Lereng Merapi

Selasa, 13 Maret 2012

PROFIL: Sepuluh Momen Terbaik Dalam Karir Paolo Maldini

Legenda AC Milan Paolo Maldini meninggalkan sepakbola dengan cara yang luar biasa.


Paolo Maldini - Milan-Roma - Serie A (Grazia Neri)
Paolo Maldini menorehkan banyak prestasi, baik di level klub maupun tim nasional. Dari semua yang sudah dicatatnya, kami rangkumkan sepuluh momen terbaik dalam karirnya. 

10. Debut

20 Januari 1985 - Udinese vs Milan (1-1) "Kamu ingin bermain di mana, kiri atau kanan?" tanya Nils Liedholm, pelatih AC Milan saat itu di jeda pertandingan. "Anda yang putuskan," jawab Paolo yang saat itu masih berusia 16 tahun. Pelatih Swedia itu kemudian memposisikannya di kanan mengisi tempat Sergio Battistini dan lahirlah seorang legenda.


9. Pertama Untuk Italia

14 Juni 1988 - Italia vs Spanyol (1-0) Paolo Maldini semakin menancapkan cakarnya di sepakbola dunia dengan menjadi salah satu pemain yang paling dikenal mulai tahun itu. Saat itu dia berusia 19 tahun  dan sekaligus mengantar Italia menang atas Spanyol 1-0 berkat gol tunggal Gianluca Vialli.

8. Scudetto Pertama

15 Mei 1988 - Como vs Milan (1-1) AC Milan meraih gelar scudetto pertama mereka sejak musim 1978/79. Sukses di tahun ini juga menjadi awal bagi Maldini mengoleksi gelar dan medali juara.

7. Hancurkan Barcelona

18 Mei 1994 - Milan vs Barcelona (4-0) Setelah kalah di tahun sebelumnya, Milan berhasil tampil di final Piala Champions berturut-turut. Barcelona yang menjadi lawan mereka dibuat tak berdaya di partai itu, terutama di barisan depan karena keberadaan Maldini di posisi bek. Setelah meluluhlantakkan Barca 4-0, Milan pun mengangkat tropi juara.

6. Penakluk Duo Brasil

17 Juli 1994 - Brasil vs Italia (3-2)
Paolo Maldini nyaris saja memenangi tropi Piala Dunia pertamanya di tahun itu. Sayang Italia kalah lewat drama adu penalti. Namun yang membuatnya spesial adalah kemampuan Maldini menghentikan duo terbaik Brasil, Bebeto dan Romario di waktu normal.

5. Kuartet Tangguh Italia

12 Februari 1997 - Inggris vs Italia (0-1)
Di tahun ini terbentuk lini belakang Italia paling tangguh di eranya, yang kemudian dikenal sebagai pertahanan gerendel. Paolo Maldini menjadi pengendali lini belakang dibantu Ciro Ferrara, Alessandro Costacurta dan Fabio Cannavaro. Sampai saat ini, ketangguhan empat pemain Italia itu belum ada yang bisa mengalahkan.

4. Hanya Tiga Bek? Tak Masalah

29 Juni 2000 - Belanda vs Italia (3-1) Di momen ini Paolo Maldini kembali membuktikan ketangguhannya memimpin lini belakang Italia. Di semifinal Piala Eropa 2000 melawan Belanda yang kental dengan total football-nya, Maldini bisa menahan gempuran lawan meski hanya ditemani dua koleganya, Cannavaro dan Nesta, setelah di menit 35 Gianluca Zambrotta diusir keluar. Hebatnya, Maldini cs lolos ujian itu dan akhirnya menang dan lolos ke final lewat drama adu penalti. 


3. Catat Rekor

7 Oktober 2000 - Italia vs Rumania (3-0)
Laga kualifikasi Piala Dunia 2002 itu menjadi partai spesial bagi Paolo Maldini karena dia mencatat caps terbanyak dengan 113 laga untuk Italia. Kemenangan 3-0 menjadi hadiah lain yang diterima Maldini setelah sebelum laga juga mendapat penghargaan berupa tropi spesial yang diberikan langsung oleh Giovanni Trapattoni, Cesare Maldini, Arrigo Sacchi dan Dino Zoff.

2. Dua Gol Kemenangan


2 Oktober 2005 - Milan vs Reggina (2-1) Ketika lini depan tidak produktif, Paolo Maldini membuktikan dirinya juga bisa diandalkan untuk membawa timnya menang. Dia mencetak dua gol lewat kaki dan kepalanya dan membawa Milan meraih tiga poin atas Reggina berkat kemenangan 2-1.

1. Liga Champions Terakhir

23 Mei 2007 - Milan vs Liverpool (2-1)
Maldini mengangkat tropi juara untuk kali kedua sebagai kapten AC Milan di usia 38 tahun setelah menundukkan Liverpool 2-1 di Athena.


Perjalanan Milan di Serie A 2011-2012

untuk sementara


Giornata 1 : 28 Agustus 2011 ( ditunda / 21 Desember 2011 )*
Cagliari vs AC MILAN [ 0-2 ]

 4'  [0 - 1] Francesco Pisano (o.g)
60' [0 - 2] Z.IBRAHIMOVIC




Giornata  2 : 10 September 2011
AC MILAN vs Lazio [ 2-2 ]
12' [0 - 1] M. Klose
21' [0 - 2] D. Cisse
29' [1 - 2] Z. IBRAHIMOVIC
33' [2 - 2] A. CASSANO



Giornata 3 : 18 September 2011
Napoli vs AC MILAN [ 3-1 ]

12' [0 - 1] A. AQUILANI
13' [1 - 1] E. Cavani
36' [2 - 1] E. Cavani
51' [3 - 1] E. Cavani





Giornata 4 : 22 September 2011
AC MILAN vs Udinese [ 1-1 ]

29' [0 - 1] A.D. Natale
64' [1 - 1] S.E. SHAARAWY




Giornata 5 : 25 September 11
AC MILAN vs Cesena [ 1-0 ]

5' [1 - 0] C. SEEDORF



Giornata 6 : 03 Oktober 11,
Juventus vs AC MILAN [ 2-0 ]

87' [1 - 0] C. Marchisio
90' [2 - 0] C. Marchisio     


    

Giornata 7 : 16 Oktober 11
AC MILAN vs Palermo [ 3-0 ]

40' [1 - 0] A. NOCERINO
55' [2 - 0] ROBINHO
63' [3 - 0] A. CASSANO


             

Giornata 8 : 23 Oktober 11
Lece vs AC MILAN [ 3-4 ]

4' [1 - 0] G.G.S. Giacomazzi
30' [2 - 0] M. Oddo (pen.)
37' [3 - 0] C. Grossmüller
49' [3 - 1] K. Boateng
55' [3 - 2] K. Boateng
63' [3 - 3] K. Boateng
83' [3 - 4] M. Yepes





Giornata 9 : 27 Oktober 11
AC MILAN vs Parma [ 4-1 ]

30' [1 - 0] A. NOCERINO
32' [2 - 0] A. NOCERINO
73' [3 - 0] Z. IBRAHIMOVIC
78' [3 - 1] S. Giovinco
90' [4 - 1] A. NOCERINO




Giornata 10: 29 Oktober 11
As Roma vs AC MILAN [ 2-3 ]

17' [0 - 1] Z. IBRAHIMOVIC
28' [1 - 1] N. Burdisso
30' [1 - 2] A. NESTA
78' [1 - 3] Z. IBRAHIMOVIC
88' [2 - 3] B. Krkic





Giornata 11: 06 November 11
AC MILAN vs Catania [ 4-0 ]

7'   [1 - 0] Z. IBRAHIMOVIC (pen.)
24' [2 - 0] ROBINHO
69' [3 - 0] F. Lodi (o.g.)
72' [4 - 0] G. ZAMBROTTA


Giornata 12: 20 November 11
Fiorentina vs AC MILAN [ 0-0 ]


Giornata 13: 28-11-11, MILAN vs Chievo [ 4-0 ]
8' [1 - 0] T. SILVA
16' [2 - 0] Z. IBRAHIMOVIC
33' [3 - 0] A. PATO
44' [4 - 0] Z. IBRAHIMOVIC (pen.)



Giornata 14: 03-12-11, Genoa vs MILAN [ 0-2 ]
56' [ 1 - 0 ] Z. IBRAHIMOVIC ( pen )
79' [ 2 - 0 ] A. NOCERINO




Giornata 15: 11-12-11, Bologna vs MILAN[ 2-2  ]


11' [1 - 0] M.D. Vaio
16' [1 - 1] C. SEEDORF
72' [1 - 2] Z. IBRAHIMOVIC (pen.) 
73' [2 - 2] A. Diamanti


 
Giornata 16: 18-12-11, MILAN vs Siena [ 2-0 ]

55' [1 - 0] A. NOCERINO
64' [2 - 0] Z. IBRAHIMOVIC (pen.)


Giornata 17: 08-01-12, Atalanta vs MILAN [ 0-2 ]
22' [0 - 1] Z. IBRAHIMOVIC ( pen )
82' [0 - 2] KP. BOATENG



Giornata 18: 15-01-12, MILAN vs Inter [ 0-1 ]
54' [ 0-1 ] D Milito



Giornata 19: 22-01-12, Novara vs MILAN [ 0-3 ]
57' [ 0-1 ] Z. IBRAHIMOVIC
74' [0 - 2] ROBINHO
90' [0 - 3] Z. IBRAHIMOVIC



Giornata 20: 29-02-12, MILAN vs Cagliari [ 3 - 0 ]
32' [1 - 0] Z. IBRAHIMOVIC
39' [2 - 0] A. NOCERINO
75' [3 - 0] M. AMBROSINI




Giornata 21: 02-02-12, Lazio vs MILAN [ 2 - 0 ]
77' [1 - 0] A. Hernanes
85' [2 - 0] T. Rocchi



Giornata 22: 05-02-12, MILAN vs Napoli [ 0 - 0 ]



Giornata 23: 12-02-12, Udinese vs MILAN [ 1-2 ]
19' [1 - 0] A.D. Natale
77' [1 - 1] M. LOPEZ
85'  [1 - 2] S.E. SHAARAWY



Giornata 24: 19-02-12, Cesena vs MILAN [ 1-3 ]
29' [0 - 1] S.A. MUNTARI
31' [0 - 2] U. EMANUELSON
55' [0 - 3] ROBINHO
65' [1 - 3] D. Pudil


Giornata 25: 26-02-12, MILAN vs Juventus [ 1-1 ]
15' [1 - 0] A. NOCERINO
83'  [1 - 1] A. Matri


Giornata 26: 04-03-12, Palermo vs MILAN [ 0-4 ]
21' [0 - 1] Z. IBRAHIMOVIC
31' [0 - 2] Z. IBRAHIMOVIC
35' [0 - 3] Z. IBRAHIMOVIC
58'  [0 - 4] T. SILVA


Giornata 27: 11-03-12, MILAN vs Lece [ 2-0 ]
7' [1 - 0] A. NOCERINO
65' [2 - 0] Z. IBRAHIMOVIC



Giornata 28: 18-03-12, Parma vs MILAN [ 0-2 ]
17' [0 - 1] Z. IBRAHIMOVIC (pen.)
55' [0 - 2] U. EMANUELSON



Giornata 29: 25-03-12, MILAN vs Roma [ 2-1 ]
44' [0 - 1] P.D. Osvaldo
53' [1 - 1] Z. IBRAHIMOVIC (pen.)
83' [2 - 1] Z. IBRAHIMOVIC



Giornata 30: 01-04-12, Catania vs MILAN [ 1-1 ]

34' [0 - 1] ROBINHO
57'  [1 - 1] N.F. Spolli

Kamis, 01 Maret 2012

Sejarah singkat dan profil pemain legenda AC MILAN


SEJARAH AC MILAN
Klub ini didirikan oleh dua orang ekspatriat Inggris , yaitu Herbert Kilpin dan Alfred Edwards dengan nama Klub Kriket dan Sepakbola Milan pada tahun 16 Desember 1899. Pada saat itu, Edwards menjadi Presiden klub pertama Milan dan Kilpin menjadi kapten tim pertama Milan. Musim 1901, Milan memenangkan gelar pertamanya sebagai jawara sepak bola Italia, setelah mengalahkan Genoa C.F.C. 3-0 di final Kejuaraan Sepakbola Italia. Pada 1908, sebagian
pemain dari Italia dan para pemain dari Swiss yang tidak menyukai dominasi orang Italia dan Inggris dalam skuad inti Milan saat itu, memisahkan diri dari Milan dan membentuk Internazionale.

GreNoLi
Pada dekade 50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trioGreNoLi , yang terdiri atas Gunnar Gren , Gunnar Nordahl , dan Nils Liedholm.Ketiganya merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan sebagai striker, sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang bayangan (playmaker). Tim di masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain berkualitas pada masanya, seperti Lorenzo Buffon, Cesare Maldini, dan Carlo Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan oleh Juventus tercipta 5 Februari 1950, dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl mencetak hat-trick.


Era Nereo Rocco
Milan kembali memenangi musim 1961/1962. Pelatihnya saat itu adalah Nereo Rocco, pelatih sepak bola yang inovatif, yang dikenal sebagai penemu taktik catenaccio(pertahanan gerendel/berlapis). Di dalam tim termasuk Gianni Rivera dan José Altafini yang keduanya masih muda. Musim berikutnya, dengan gol Altafini, Milan memenangkan Piala Eropa pertama mereka (kemudian dikenal sebagai Liga Champions UEFA) dengan mengalahkan Benfica 2-1. Ini juga merupakan pertama kalinya sebuah tim Italia memenangkan Piala Eropa.
Meskipun begitu, selama tahun 1960-an piala kemenangan Milan mulai menyusut , terutama karena perlawanan berat dari Inter yang dilatih Helenio Herrera. Scudetto berikutnya tiba hanya di 1967/1968, berkat gol Pierino Prati, topskor Seri A di musim itu, Piala Winners berhasil direbut ketika mengalahkan Hamburger SV, dan juga berkat dua gol dari Kurt Hamrin. Musim selanjutnya AC Milan memenangkan Piala Eropa kedua (4-1 untuk AFC Ajax), dan pada 1969 memenangkan Piala Interkontinental pertama, setelah mengalahkan Estudiantes de La Plata dari Argentina dalam dua leg dramatis (3-0, 1-2).

Scudetto kesepuluh dan Seri B
Di tahun 1970, Milan merebut tiga gelar Coppa Italia dan gelar Piala Winners kedua; namun, tujuan utama Milan adalah scudetto kesepuluh, yang berarti mendapatkan "bintang" untuk tim (di Italia,setiap tim yang meraih 10 gelar liga mendapat bintang yang disemat di bajunya). Di 1972 mereka meraih semifinal Piala UEFA, kalah dari pemenang sesungguhnya, Tottenham Hotspur. Musim 1972/1973 mereka hampir memenangkanscudetto kesepulh, namun gagal karena hasil kalah menyakitkan dari Hellas Verona F.C. di pertandingan terakhir musim. AC Milan menunggu sampai musim 1978/1979 untuk meraihscudetto kesepuluh mereka, yang dipimpin oleh Gianni Rivera, yang pensiun dari dunia sepak bola setelah membawa timnya meraih kemenangan tersebut.
Namun, hasil terburuk datang kepada "Rossoneri": setelah memenangkan musim 1979/1980, Milan didegradasi ke Seri B oleh F.I.G.C, bersama S.S. Lazio, karena terlibat skandal perjudian Totonero 1980. Di 1980/1981, Milan dengan mudah menjuarai Seri B, dan kembali ke Seri A, di mana penyakit tersebut terulang di musim 1981/1982, Milan terdegradasi kembali.


Kedatangan Berlusconi the Dream Team
Setelah serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya, AC Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi. Berlusconi adalah sinar harapan Milan kala itu. Dia datang pada 1986. Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan, Arrigo Sacchi, serta tiga orang pemain Belanda, Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit, untuk mengembalikan tim pada kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya, seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni Galli. 

Era Sacchi

Sacchi memenangkan Seri A musim 1987-1988. Di 1988-1989, Milan memenangkan gelar Liga Champions ketiganya, mempecundangi Steaua Bucureşti 4-0 di final, dan gelar Piala Interkontinental kedua mengalahkan National de Medellin (1-0, gol tercipta di babak perpanjangan waktu). Tim mulai mengulangi kejayaan mereka di musim-musim berikutnya, mengalahkan S.L. Benfica, dan Olimpia Asunción di 1990. Skuad kemenangan Eropa mereka adalah:
Kiper : 
- Giovanni Galli
Bek : 
- Mauro Tassotti
- Alessandro Costacurta
- Franco Baresi
- Paolo Maldini
Gelandang :
- Angelo Colombo
- Frank Rijkaard
- Carlo Ancelotti
- Roberto Donadoni
Penyerang :
- Ruud Gullit
- Marco van Basten

Era Capello
Saat Sacchi meninggalkan Milan untuk melatih Italia, Fabio Capello dijadikan pelatih Milan selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya sebagai Gli Invicibli (The Invicibles) danDream Team. Dengan 58 pertandingan tanpa satu pun kekalahan Invicibli membuat tim impian di semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini memimpin pertahanan terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti di gelandang, dan Dejan Savićević, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro bermain di sektor depan. Pada saat dilatih Capello ini, Milan pernah singgah ke Indonesia dalam rangka tur musiman dan melawan klub lokal Persib Bandung. Pertandingan yang dimulai di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada tanggal 4 Juni 1994 itu dimenangkan Milan dengan skor telak 8-0. Gol kemenangan Milan dicetak oleh Dejan Savićević ('17)('18), Gianluigi Lentini ('26), Paolo Baldieri ('27)('48)('58), Christian Antigori ('68), dan Stefano Desideri ('78).

Masa masa sulit (Tabarez ke Terim)
1996-1997
Setelah kepergian Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan keras di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu kalah dalam beberapa pertandingan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez. Milan mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Seri A, dipermalukan oleh Juventus F.C. di rumah mereka sendiri San Siro dengan skor 1-4. Milan membeli sejumlah pemain baru seperti Ibrahim Ba, Christophe Dugarry dan Edgar Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim 1996-1997 di peringkat kesebelas di Seri A.

1997-1998
Sacchi digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang menandatangani kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain potensial seperti Kristen Ziege, Patrick Kluivert, Jesper Blomqvist, dan Leonardo; tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya. Musim 1997-1998 mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa diterima para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello dipecat.

1998-1999
Dalam pencarian mereka untuk seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni menarik perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer Udinese yang telah mengakhiri musim 1997-1998 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3. Milan mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg. Milan juga menandatangani Roberto Ayala, Luigi Sala dan Andres Guglielminpietro dan dengan formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub memenangkan scudetto ke-16 kembali ke Milan. Starting XI adalah: Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Andres Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff.

1999-2000
Meskipun sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk mentransformasikan Milan seperti The Dream Team dulu. Pada musim berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy Shevchenko, Milan mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions UEFA 1999-2000 ataupun Seri A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah tantangan bagi dua pesaing scudetto kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.

2000-2001
Pada musim berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA 2000-2001 setelah mengalahkan Dinamo Zagreb agregat 9-1. Milan memulai Liga Champions dengan semangat tinggi, mengalahkan Beşiktaş JK dari Turki dan raksasa Spanyol FC Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari superstar internasional kelas dunia, Rivaldo dan Patrick Kluivert. Tapi performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan), terutama kalah 2-1 oleh Juventus di Seri A dan 1-0 untuk Leeds United. Dalam Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan seri empat kali. Mereka gagal untuk mengalahkan Deportivo de La Coruña dari Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat. Cesare Maldini, ayah dari kapten tim Paolo, diangkat dan hal segera menjadi lebih baik. Debut kepelatihan resmi Maldini di Milan dimulai dengan menang 6-0 atas A.S. Bari, yang masih memiliki senjata muda, Antonio Cassano. Itu juga di bawah kepemimpinan Maldini bahwa Milan mengalahkan saingan berat sekota Internazionale dengan skor luar biasa 6-0, skor yang tidak pernah diulang dan di mana Serginho membintangi pertandingan. Namun, setelah bentuk puncak ini, Milan mulai kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk Vicenza Calcio, dengan satu-satunya gol dalam pertandingan dicetak oleh seorang Luca Toni. Terlepas dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh bahwa Milan mencapai tempat keempat di liga di akhir musim, tapi Maldini gagal dan tim berakhir di tempat keenam.

2001-2002
Milan memulai musim 2000-2001 dengan lebih banyak penandatanganan kontrak pemain bintang termasuk Javi Moreno dan Cosmin Contra yang membawa Deportivo Alavés ke putaran final Piala UEFA. Mereka juga menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari AC Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin Laursen (dari Hellas Verona), Jon Dahl Tomasson (dari Feyenoord), Ümit Davala (dari Galatasaray) dan Andrea Pirlo (dari Inter Milan). Fatih Terim diangkat sebagai manajer, menggantikan Cesare Maldini, dan cukup sukses. Namun, setelah lima bulan di klub, Milan tidak berada di lima besar liga dan Terim dipecat karena gagal memenuhi direksi harapan.

Era Ancelotti
Terim digantikan oleh Carlo Ancelotti, meskipun rumor bahwa Franco Baresi akan menjadi manajer baru. Terlepas dari masalah cedera pemain belakang Paolo Maldini, Ancelotti berhasil dan mengakhiri musim 2001-02 dalam peringkat empat, tempat terakhir untuk di Liga Champions. Starting XI pada saat itu adalah Christian Abbiati; Cosmin Contra, Alessandro Costacurta, Martin Laursen, Kakha Kaladze, Gennaro Gattuso, Demetrio Albertini, Serginho; Manuel Rui Costa; Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi. Ancelotti membawa Milan meraih gelar juara Liga Champions pada musim 2002/2003 ketika mengalahkan Juventus lewat drama adu penalti di Manchester, Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar prestisus dengan merebut juara Liga Italia pada musim kompetisi 2003/2004 sekaligus menempatkan penyerang Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Italia, maka rossoneri-pun semakin ditakuti.

Pasang surut 2006-2008
Milan saat menghadapi corner di suatu pertandingan musim 2005/2006
Pada musim kompetisi Liga Italia Seri A 2006/2007, Milan terkait dengan skandal calciopoliyang mengakibatkan klub tersebut harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8 poin. Meskipun begitu, publik Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak bola Italia akibat calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepak bola yang paling bergengsi di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan menaklukkan Liverpool 2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi. Gelar inipun menuntaskan dendam Milan yang kalah adu penalti dengan Liverpool dua tahun silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain jenius Milan, Kaká dengan torehan 10 gol. Pada pertengahan musim, Milan mendatangkan mantan pemain terbaik dunia, Ronaldo dari Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang mereka setelah penyerang muda Marco Borriello dihukum karena terbukti doping. Musim 2007/2008, Milan terpaksa bermain di kompetisi Piala UEFA setelah hanya berhasil menduduki peringkat ke-5 dibawah Fiorentina dengan selisih 2 poin. Dalam pertandingan Serie A yang terakhir, Milan menang 4-1 atas Udinese, tapi di saat bersamaan, Fiorentina juga menang atas Torino dengan skor 1-0 yang akhirnya posisi kedua tim tak ada perubahan. Untuk memperbaiki performa di musim berikut (2008/2009), Milan membeli sejumlah pemain baru, di antaranya Mathieu Flamini dari Arsenal, serta Gianluca Zambrotta dan Ronaldinho yang keduanya berasal dari Barcelona. Pada transfer paruh musim 2008/2009, Milan mendatangkan David Beckham dengan status pinjaman dari klub sepak bola Amerika Serikat LA Galaxy.

Pasca-Ancelotti Era Leonardo
Pada akhir musim 2008/2009,Milan menempati peringkat ke-3 klasemen liga Serie A, dua peringkat di bawah rival sekota, Internazionale yang meraih scudetto dan di bawah Juventus. Untuk memperbaiki hasil yang kurang memuaskan ini, Milan mendatangkan pelatih muda yang sekaligus mantan pemain Milan era 90-an, Leonardo untuk menggantikan pelatih Milan sebelumnya, Ancelotti yang "hijrah ke London", tepatnya klub Chelsea F.C.. Milan juga terpaksa melepas beberapa pemainnya, antara lain:
  • Kaka, pindah ke Real Madrid .Nilai transfernya ± 67 juta Euro
  • Paolo Maldini, bek legendaris Milan ini memutuskan untuk pensiun
  • Yoann Gourcuff, memutuskan untuk tetap di Bordeaux.
Masalah terbesar yang mengganjal transfer para pemain tersebut adalah pihak Milan yang selalu berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang demi membeli seorang pemain. Pada bulan Juli dan Agustus 2009, Milan mendapatkan dua pemain baru, yaitu Oguchi Onyewu yang merupakan seorang mantan bek Standard Liège dengan status bebas transfer dan Klaas-Jan Huntelaar eks striker Real Madrid dengan nilai kontrak 14,7 juta Euro. Namun hasil yang di dapatkan Milan pada turnamen pra-musim banyak menuai kekecewaan, pemain anyar yang diturunkan oleh Milan pada saat tur pra-musim hanya Oguchi Onyewu karena Huntelaar baru bergabung bulan Agustus.
Musim 2009/2010 diawali Milan dengan hasil yang tidak memuaskan. Bermula ketika Milan meraih hasil imbang 2-2 melawan Los Angeles Galaxy, seterusnya, Milan terus menuai hasil negatif. Milan terperosok di ajang World Football Challange 2009. Di ajang Audi Cup, Milan juga kalah oleh Bayern Munich dengan skor 1-4. Bahkan, ketika menghadapi derby 30 Agustus 2009 melawan Internazionale di San Siro, Milan kalah memalukan dengan skor 0-4, sekaligus memecahkan rekor kemenangan terbesar Inter di San Siro.
Pertengahan Oktober 2009, penilaian berbagai pihak tentang kinerja Leonardo sebagai pelatih yang tadinya berada di titik terendah akibat serentetan performa buruk, mulai terdongkrak dengan berhasilnya Leonardo memimpin Milan mengalahkan AS Roma 2-1 di San Siro[3]. Setelah kemenangan itu, Milan juga menuai hasil positif di Stadion Santiago Bernabéu dengan kemenangan dramatis atas Real Madrid 3-2[4]. Dan setelah itu, Milan kembali menuai kemenangan atas Chievo Verona di Stadio Marc'Antonio Bentegodi, kandang Chievo, skor 2-1 untuk kemenangan AC Milan. Pada 1 November 2009, Milan mengalahkan Parma F.C. di San Siro 2-0[5] sekaligus mengantarkan Milan ke peringkat 4 klasemen sementara (Zona masuk Liga Champions terakhir). Pada 19 November 2009, kekalahan 0-2 Juventus F.C. dari Cagliari membuat Milan berada di posisi runner-up di bawah Internazionale; karena, beberapa jam setelah kekalahan Juventus, Milan memenangkan pertandingannya dengan Catania, 2-0[6].
Memasuki bagian akhir musim Serie A April 2010, Milan yang tengah berada di peringkat ketiga dan hanya selisih 4 poin dari peringkat pertama kelasemen AS Roma, dan hanya berjarak 1 poin dengan peringkat kedua Inter Milan. Namun pada akhirnya Milan harus takluk dua kali berturut-turut dari Sampdoria 2-1, dan dari Palermo dengan skor 3-1. Dengan kekalahan tersebut, impian Milan untuk meraih gelar musim ini pupus. Pada pertandingan di giornata terakhir Seri A 2009/2010 antara Milan melawan Juventus, Leonardo memimpin Milan mengalahkan Juventus 3-0 di San Siro[7], sekaligus memberi kontribusi terakhirnya bagi rossoneri, dan mengumumkan bahwa ia akan berhenti melatih Milan untuk musim depan.[8] Sejak mundurnya Leonardo, banyak spekulasi yang berpendapat mengenai pelatih baru Milan, tetapi pada 25 Juni 2010, secara mengejutkan pihak Milan mengumumkan untuk memilih Massimiliano Allegri sebagai pelatih baru Milan.[9] 

Era Allegri
Musim 2010/2011, Milan dipimpin oleh Massimiliano Allegri, dengan berbagai pembaruan mulai dari sponsor (bwin.com digantikan Emirates), hingga lini pemain. Di akhir bursa transfer, secara mengejutkan Milan memboyong Zlatan Ibrahimovic dari F.C. Barcelona (dengan opsi pinjaman dan pembelian 24 juta Euro di akhir musim), dan Robinho dari Manchester City.


1 GK Marco Amelia
4 MF Mark van Bommel
7 FW Alexandre Pato
8 MF Gennaro Ivan Gattuso (Wakil Kapten)
9 FW Filippo Inzaghi
10 MF Clarence Seedorf
11 FW Zlatan Ibrahimovic
13 DF Alessandro Nesta
14 MF Rodney Strasser
15 DF Sokratis Papastathopoulos
16 MF Mathieu Flamini
17 DF Massimo Oddo
18 DF Marek Jankulovski
19 DF Gianluca Zambrotta
20 MF Ignazio Abate
21 MF Andrea Pirlo


No.
Pos. Nama
23 MF Massimo Ambrosini ( Kapten)
25 DF Daniele Bonera
27 MF Kevin-Prince Boateng
28 MF Urby Emanuelson
30 GK Flavio Roma
32 GK Christian Abbiati
33 DF Thiago Emiliano da Silva
35 DF Dídac Vilà
52 MF Alexander Merkel
66 DF Nicola Legrottaglie
70 FW Róbson Robinho de Souza
76 DF Mario Yepes
77 DF Luca Antonini
90 FW Nnamdi Oduamadi
99 FW Antonio Cassano

Ac.Milan Legend 1899 ( Herbert Kilpin )
Herbert Kilpin (lahir di Nottingham, Inggris, 24 Januari 1870 –  meninggal 22 Oktober 1916 pada umur 46 tahun) adalah pesepakbola asal Inggris. Ia memulai kariernya di kampung halamannya, Nottingham dan bermain untuk Notts Olympic. Selanjutnya, ia bermain untuk Saint Andrews, sebelum ia berpindah ke Italia tahun 1891 dan menjadi anggota Internazionale Torino. Pada tahun 1898, ia pindah ke Milan. Di sana, ia bersama temannya,Alfred Edwards mendirikan Milan Cricket and Football Club, cikal bakal klub raksasa Italia, AC Milan. Kilpin menjadi kapten pertama Rossoneri, dan juga sebagai pelatih pertama. Dia bermain selama delapan musim di Milan dan memenangi tiga gelar lokal (1901, 1906, 1907). Ia berhenti berkarier bersama Milan saat pemain non-Italia dilarang bermain dalam liga. Saat Perang Dunia II berkecamuk, ia tetap di Italia, sampai ia meninggal tahun 1916. Dia dikremasi di Milan Muncipal Cemetery, Milan. Pada tahun 1990 ia dikremasi ulang di Monumental Graveyard dan AC Milan menyumbang sebuah batu nisan sebagai tanda penghormatan.
Biodata :
Nama lengkap Herbert Kilpin Tanggal lahir 24 Januari 1870 Tempat lahir    Nottingham, Inggris Tanggal wafat    22 Oktober 1916 Posisi bermain  Bek Gelandang Klub senior
Tahun       Klub                        Tampil     (Gol)
18??- ??     Notts Olympic                 ?          (?)
18??- ??     Saint Andrews                ?          (?)       
1891-99     Internazionale Torino       ?          (?)
1900-07     AC Milan                        27         (7)

HERBERT KILPIN, SANG PIONEER

Herbert Kilpin
(24 Januari 1870 – 22 Oktober 1916)

Herbert Kilpin, si bungsu dari sembilan bersaudara, lahir pada tanggal 24 Januari 1870 dari pasangan Edward Kilpin dan Sarah Smith, di sebuah rumah sekaligus toko daging milik Edward yang beralamat di 129 Mansfield Road, Nottingham, Inggris. Tumbuh sebagai anak tukang daging (seorang tukang daging jaman itu adalah seorang yang kaya), membuat Kilpin kecil memiliki kesempatan untuk sekolah dan belajar ilmu perdagangan dalam industri tekstil. Dan setelah setelah menyelesaikan studinya, Kilpin bekerja sebagai seorang asisten di sebuah gudang tekstil renda di kota itu. (Nottingham terkenal karena industri tekstil renda).

Masa remaja Kilpin adalah masa-masa di mana sepakbola, sebuah olahraga baru waktu itu, sedang naik daun dan dengan cepat memiliki banyak penggemar, termasuk Kilpin muda. Ia adalah seorang pemain bola yang handal, dan pada umur 13 tahun sudah menjadi pemain dari sebuah klub amatir yang kecil, Garibaldi Nottingham. Nama klub tersebut diambil dari nama pahlawan nasional Italia, Giuseppe Garibaldi. Warna merah adalah warna kebesaran klub tersebut, merujuk pada warna tradisional Garibaldi.

(Pada sebuah interview di tahun 1915, Kilpin mengungkapkan bahwa warna Merah ini selalu dibawa di dalam hatinya karena sangat mengagumkan, dan kelak dikombinasikan dengan warna Hitam, warnkostum yang menjadi tradisi dalam kehidupan sosial di kota Milan.)

Karir sepakbola Kilpin berlanjut ketika ia bermain untuk Notts Olympic. Selanjutnya, ia bermain untuk Saint Andrews, sebuah tim yang bernaung di bawah sebuah yayasan gereja, dekat Forest Recreation Ground di Gregory Boulevard, di mana ia bermain sebagai seorang bek dan gelandang.


Rumah tempat kelahiran Kilpin


............................................................................................................

Pada tahun 1891, Kilpin pindah ke Italia, tepatnya ke kota Turin, untuk bekerja pada Edoardo Bosio, seorang pedagang alat-alat tekstil berdarah Italia-Swiss yang memiliki hubungan bisnis dengan sebuah pabrik tekstil di Nottingham.
Pada tahun yang sama, mereka berdua mendirikan Internazionale Torino. Kilpin menjadi pemain di tim itu dan menjadi orang Inggris pertama dalam sejarah yang bermain di luar negeri. Selama membela Torino, Kilpin ikut dalam dua kali Kejuaraan Sepakbola Italia, namun kalah dari Genoa dalam dua kali final yang memperebutkan scudetto tersebut.

Pada final yang kedua kalinya itu, ia ingin sekali membalas kekalahan dari Genoa, di mana itu adalah musim terakhir Kilpin di Torino. Ia harus pindah ke Milan karena urusan pekerjaan dan bisnis. Tapi Torino kalah lagi dari Genoa.

Dan saat usai pertandingan, masih dengan mengenakan kostum Torino  Kilpin menghampiri kapten Genoa, Edoardo Pasteur, dan berjanji dengan penuh amarah :

"...a Milano formerò una squadra di diavoli che vi darà filo da torcere….!!"

“…di Milan aku akan membentuk skuad yang berisi “setan-setan” yang akan membuatmu menderita…!! “)


Inilah cikal-bakal simbol Setan/Devil/Diavolo di AC Milan.


*********************************************************************


Pada tahun 1898, Kilpin pindah ke kota Milan bersama rekannya sesama orang Inggris,Samuel Richard Davies (kelak menjadi striker Milan). Di Milan, ia bekerja sebagai engineer di sebuah cabang perusahaan industri tekstil dan juga sebagai konsultan di banyak perusahaan di wilayah tersebut.

Kilpin sering mengunjungi American Bar dan berkenalan dengan beberapa warga Inggris di kota itu, salah satunya adalah Alfred Ormonde Edwards, mantan Wakil Konsul Kerajaan Inggris di Milan selama 10 tahun.


Hotel du Nord Hotel Principe di Savoia
Dan pada tanggal 16 Desember 1899, di sebuah ruangan di Hotel du Nord dekat Stazione Centrale (sekarang bernama Hotel Principe di Savoia, di Piazza della Repubblica), Kilpin bersama dengan rekan-rekannya yang terdiri dari orang Inggris dan sejumlah orang Italia (mantan anggota klub Mediolanum), seperti Samuel Richard DaviesPenvhyn Liewellyn Patrick NevilleHenry Paulet Saint John MildmayBarnettDaniele dan FrancescoAngeloniGuido ValerioAntonio Dubini, dan Giulio Antonio Cederna, mendirikan Milan Football and Cricket Club.




Alfred Edwards dipilih menjadi Presiden yang pertama. Edward Nathan Berra menjadi Wakil Presiden serta mengelola section cricket sekaligus menjadi kaptennya, sementara pengelolaan section football diserahkan kepada David Allison.
(Namun di kemudian hari segala urusan di section football menjadi tanggung jawab Kilpin, menyusul pensiunnya Allison usai meraih scudetto pertama pada tahun 1901.)

Kilpin diangkat menjadi kapten pertama Rossoneri, dan juga sekaligus sebagai pelatih pertama, karena dianggap sebagai yang paling berpengalaman di antara mereka.
Namun kemudian Kilpin memberikan jabatan kapten tim, sebagai bentuk penghormatan, kepada pemain tertua di tim tersebut, David Allison, tapi hanya pada beberapa pertandingan awal saja. Sedangkan ia sendiri bertugas sebagai pemain merangkap pelatih.

Pemilihan warna dan design garis-garis pada seragam tim adalah buah karya dan warisan Kilpin hingga sekarang. Dan alam semesta pun sepertinya memang sudah dirancang bagi Kilpin dan Milan.

Warna Merah yang selalu dikaguminya sejak masih menjadi pemain Garibaldi Nottingham,sangat cocok dengan impiannya yaitu mendirikan klub yang berisi “Diavolo”, yang sangat bernuansa Merah (api).
Sedangkan warna Hitam yang adalah warna kostum yang menjadi tradisi dalam kehidupan sosial di kota Milan, sangat sesuai dengan simbol “Ketakutan / Rasa Takut” yang dirasakan lawan saat berjumpa dengan “Si Setan Merah”.

Inilah ucapan Kilpin mengenai penetapan warna kostum tim :

“ Saremo una squadra di diavoli. I nostri colori saranno il rosso come il fuoco e il nero come la paura che incuteremo agli avversari !! ”

(" Kami adalah tim yang terdiri dari “setan-setan”. Warna kami, merah bagaikan api, dan hitam bagaikan rasa takut yang menyerang lawan-lawan kami !!  ”)




Debut Kilpin bersama Milan (pertandingan pertama Milan sepanjang sejarah) adalah pada sebuah pertandingan persahabatan menghadapi Mediolanum, satu dari sekian banyak tim sekota Milan saat itu. Gol Allison dan Kilpin menutup pertandingan debut Milan itu dengan skor 2-0.

Sedangkan debut Kilpin di pertandingan resmi bersama Milan adalah, ironisnya, menghadapi mantan klub yang ikut didirikannya, Internazionale Torino.
Milan kalah 0-3.

Kilpin sangat mencintai sepakbola dan Milan.
Ia menikah dengan Maria Capua pada tahun 1905. Pada malam pengantin mereka, Kilpin menerima telegram yang berisikan panggilan untuk bertanding menghadapi Grasshoppers Zurich di Genoa. Ia segera berangkat saat itu juga, tentunya tanpa sepengetahuan istrinya. Dan saat ia kembali sehabis bertanding, istrinya menangis. Bukan karena ditinggalkan saat malam pengantin, tapi karena ia tidak bisa mengenali lagi wajah suaminya yang bengkak dan babak belur, hidungnya patah akibat terkena tendangan kaki secara langsung yang luar biasa kerasnya.

Penuh antusias dan agresif, kegigihan serta semangat yang “buas”, fleksibel dengan rekan tim dan lawan, seorang pejuang yang nyata di lapangan, teknik yang sangat baik dipadukan dengan tekad yang besar dalam tackle dan penyerangan. Sepakbola adalah gairah hidup Kilpin.

Ucapan Kilpin sangat didengar oleh yang lain, penuh wibawa, seorang pemimpin yang tak melenceng sedikitpun dari sepakbola, tidak ada kompromi di lapangan, kinerja maksimum selama latihan, dan berdarah-darah dalam pertandingan. Jenderal yang memimpin menuju kemenangan dan kejayaan.

Sejak 1902, ia berpindah posisi ke area pertahanan, menjaga daerah dengan karakter yang kuat, seorang palang pintu yang sulit untuk diatasi. Ia adalah mimpi buruk bagi penyerang-penyerang lawan. Kilpin juga bertanggung jawab untuk mengarahkan pelatihan dan pemilihan pemain untuk bisa dimasukkan ke dalam skuad inti.

Ketika Milan menjadi kampiun Italia pada tahun 1901, Kilpin lah pemeran utamanya. Dalam pertandingan yang berlangsung keras di semifinal melawan Juventus, ia mencetak gol penentu dan menang  3-2.Di final, Milan berjumpa Genoa, tim yang menjadi musuh berbuyutan Kilpin. Dan di pertandingan itu, ia mencetak satu gol, ketika menghempaskan Genoa 3-0 !!Klipin menepati janjinya kepada kapten Genoa !!!!!! 

Trophy Scudetto 1901


Namun, Kilpin memiliki kelemahan : WHISKEY !!!
Ia minum whiskey di bar, di rumah, selama latihan dan bahkan selama pertandingan !!! Sebelum pertandingan, sebotol whiskey selalu ditempatkan di belakang salah satu tiang gawang Milan.

Pada tahun 1908, Ia berhenti bermain dan memutuskan pensiun dari Milan, selain karena ada larangan bermain bagi pemain non-Italia dalam liga, alasan lain yang lebih kuat adalah kekecewaan Kilpin yang mendalam atas terjadinya perpecahan di tubuh Milan (pembentukan FC Internazionale).

Ia memainkan pertandingan resmi terakhirnya bersama Milan pada tanggal 12 April 1908, di lapangan Fratelli Bronzetti melawan Narcisse Sports Montreaux (Swiss) dan menang 4-3, lalu melawan Old Boys Basel pada tanggal 20 April 1908 pada pertandingan eksebisi merayakan Hari Raya Paskah.

Seusai pertandingan terakhirnya melawan Narcisse Sports Montreaux, ia kembali ke ruang ganti, dan berbisik dengan lirih : "Waktuku sudah selesai...... Sekarang saatnya untuk memberi jalan kepada yang muda."
Ia pensiun pada usia 38 tahun.

Kilpin bermain selama sembilan musim di Milan (1899-1908) dan sukses memenangkan tiga gelar Scudetto bagi Milan (190119061907). Ia bermain 23 kali, mencetak 8 gol.
Ia mendapat julukan “Lord atau Il Lord”.

Selama di Milan, Kilpin bertempat tinggal di rumahnya di Giotto n.9 (Pagano area), Milano.




Saat Perang Dunia I berkecamuk, ia tetap tinggal di Italia. Namun, sangat sedikit yang diketahui dari Kilpin sejak ia pensiun dari Milan. Salah satunya adalah bahwa ia sempat menjadi pelatih Enotria, sebuah klub sepakbola anak-anak di kota Milan.

Ia tidak bisa hidup jauh dari sepakbola. Jauh dari sepakbola membuat ia depresi dan semakin lekat dengan whiskey.
Tapi yang paling membenamkannya ke dalam ketergantungan minuman keras sehingga kesehatannya semakin memburuk adalah kekecewaan dan sakit hati yang mendalam atas terjadinya pembelotan di tubuh Milan Football and Cricket Club. Apalagi ada beberapa pemain rekan setimnya yang termasuk dalam para pembelot itu. Kenyataan itu semakin menambah keterpurukan batin dan hidupnya, karena ia sangat mencintai Milan. Bahkan melebihi hari pernikahannya sendiri !!

Ia pernah berujar di beberapa kesempatan bahwa Milan adalah “anak” satu-satunya, oleh sebab itu ia sering juga dipanggil dengan sebutan “Il Papa”.

Kemudian, bertahun-tahun setelah itu, tidak ada lagi yang mengetahui keadaan Kilpin. Dia seperti menghilang. Ada yang mengatakan, ia kembali ke Inggris. Ada juga yang bilang, ia pindah ke negara lain. Tak sedikit juga yang berpendapat bahwa ia sudah meninggal, mengingat kondisi kesehatan serta kemiskinannya.

Selama beberapa dekade kemudian, tak ada yang tahu kabar berita tentang Kilpin. Tragisnya, keberadaan makamnya pun tidak diketahui.


............................................................................................................

Baru pada sekitar tahun 90’an, seorang ahli sejarah yang juga adalah seorang Milanisti,Luigi La Rocca, menelusuri dan menemukan makam Kilpin di Milan Municipal Cemetery, makamnya terletak di sektor pemeluk Kristen Protestan. Tidak ada petunjuk nama pada makamnya saat ditemukan. Kecuali fakta, bahwa ia dikremasi serta tanggal kematiannya:22 Oktober 1916.


Kemudian pada tahun 1999, pada peringatan 100 tahun berdirinya AC Milan, Silvio Berlusconi dan Adriano Galliani mengatur serta membiayai pengkremasian ulang Sang Pionir dan menyumbang sebuah batu nisan pada makamnya sebagai tanda penghormatan kepada “Papa” mereka dan memindahkannya ke Monumental Cemetery, sebuah kompleks pemakaman yang khusus diperuntukkan bagi individu-individu yang telah memberi kejayaan bagi kota Milan.

Melalui sebuah petisi, pada tanggal 2 November 2010, Kilpin dipindahkan lagi ke dalamFamedio, bangunan utama pada kompleks pemakaman tersebut, di mana bersemayam orang-orang termasyhur. Di dalam Famedio, makam Kilpin terletak di Galleria BC Lower East, Department 15, cell 162.


Monumental Cemetery
Batu nisan Kilpin, sumbangan AC Milan Makam,
 Kilpin pada peringatan 90 tahun wafatnya beliau.



Herbert Kilpin telah memberikan segenap hidupnya demi AC Milan yang kita kenal sekarang. Pengorbanan, air mata, malam pengantin, jiwa, raga, dan darah demi kejayaan tim yang diimpikannya ini.
Ia tidak meminta kemewahan, penghormatan, fasilitas, uang pensiun pada saat berhenti berkarir. Ia menjauh dari hingar bingar dan glamournya kota Milan. Bahkan ia meninggal dalam kemiskinan.

Il Papa telah menunjukkan kepada kita tentang cinta yang begitu besar dan tak bersyarat kepada Rossoneri.

Dialah Milanisti yang paling SEJATI !!!!

FORZA KILPIN.....!!!

FORZA MILAN.....!!!


VITTORIO POZZO

Vittorio Pozzo
(Turin, 12 Maret 1886 – Ponderano, 21 Desember 1968)

Dikenal juga dengan sebutan “Il Vecchio Maestro” (Master Tua) adalah satu-satunya pelatih dengan 2 Gelar Piala Dunia, yang hebatnya juga dilakukan 2 kali berturut-turut yaitu tahun 1934 dan 1938, bahkan andai tidak ada Perang Dunia II (1939-1945), mungkin saja pencapaiannya lebih dari itu.

Pozzo bermain secara profesional pertama kali di Swiss bersama Grasshopper Club - Zürich selama musim 1905-06 sebelum kembali ke Italia di mana ia bermain untuk Torino hingga pensiun (1906-1911).

Tidak banyak yang bisa disampaikan mengenai karir Pozzo di Milan sebagai pemain. Berposisi sebagai midfielder, ia hanya bermain sebanyak SATU kali untuk Milan dalam pertandingan resmi dan tidak mencetak gol, yaitu pada tanggal 13 Februari 1910 dalam pertandingan melawan Genoa yang dimenangkan oleh Milan, 1-0. Itupun dengan status pinjaman dari klub Torino.

Setelah pensiun, Pozzo memulai karir kepelatihannya pada tanggal 29 Juni 1912 dan menangani tim Olimpiade Italia di Olimpiade 1912 di Stockholm, dimana Italia kalah 3-2 ke Finlandia pada pertandingan babak pertama di Traneburg.
Sepulang dari Swedia, Pozzo berhenti dari jabatan pelatih tim Italia dan kembali ke Torino dalam kapasitas manajerial, dan melatih di sana hingga tahun 1922.

***********************************************************

Pada 1924 ia melatih Milan hingga tahun 1926.

Debut Pozzo sebagai pelatih Milan di pertandingan resmi adalah pada tanggal 5 Oktober 1924, kala it Milan mengalahkan Andrea Doria dengan skor 2-0.

Pada liga musim 1924/1925, Milan memainkan 24 pertandingan dengan perincian : 10 kemenangan, 1 draw, dan 13 kekalahan. Serta selisih gol 45-51.

Liga musim 1925/1926 juga tidak banyak berbeda, Milan memainkan 22 pertandingan dengan perincian : 10 kemenangan, 2 draw, dan 10 kekalahan. Serta selisih gol 43-39.

Pertandingan terakhirnya sebagai pelatih Milan di pertandingan resmi adalah pada tanggal 3 Januari 1926, ketika Milan dikalahkan oleh Sampierdarenese dengan skor 2-1.

Karena tidak mampu mengangkat prestasi Rossoneri, Pozzo digantikan oleh Herbert Burgess.

**************************************************************

Pada tahun 1929, Pozzo dipilih kembali menjadi pelatih timnas Italia. Lima tahun sesudah debutnya itu atau tepatnya 1934, Pozzo mengawali kiprahnya di Piala Dunia pertama yang diselenggarakan di Italia. Tuan rumah dibawanya hingga ke final dan menjadi juara setelah mengalahkan Cekoslowakia 2-1. Prestasi itu setidaknya menyelamatkan nyawa Pozzo karena rumornya jika ia tak mampu membawa Italia jadi juara, maka ia diancam akan dihukum gantung oleh penguasa saat itu, Benito Mussolini, yang beraliran fasis.




Dua tahun sesudahnya, Pozzo membawa Italia berjaya di Olimpiade Berlin 1936. Italia yang saat itu diperkuat para pelajar mengalahkan Austria 2-1 di partai puncak.

Tangan dingin Pozzo kembali ampuh saat mendampingi Italia di Piala Dunia 1938 yang bertempat di Prancis. Italia sukses mempertahankan titel juara dunianya setelah mengandaskan Hungaria dengan skor 4-2 di final. Andalan Pozzo saat itu adalah striker Silvio Piola yang tenar di Lazio dan Juventus.

Akhirnya Pozzo menuntaskan perjalanannya sebagai pelatih Italia selama hampir 19 tahun atau 6,927 hari pada 1948 dengan rekor 64 kemenangan, 17 seri dan 16 kekalahan. Prestasi lainnya adalah membawa Italia tak terkalahkan selama lima tahun, dari 1934 hingga 1939. Setelah pengunduran dirinya itu, Pozzo tak banyak terdengar lagi sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya di Ponderano pada umur 82 tahun.



****************************************************************

Masa kepelatihan Pozzo di timnas Italia juga ditandai dengan munculnya taktik formasi 'metodo'. Ini bukan ide asli Pozzo tapi hasil pengembangan strategi yang dikaguminya jaman itu.

Herbert Chapman (Arsenal) menerapkan strategi dengan cara mendorong bermain menyerang untuk menyesuaikan dengan perubahan dalam hukum off-side pada tahun 1925. Padahal sebelumnya formasi tetap sama sejak tahun 1890-an (dalam formasi 2-3-5). Chapman menggunakan 'stopper' yang berdiri di depan pertahanan (dalam tim Arsenal tahun 1920-an ini adalah taktik yang diadopsi demi Herbie Roberts, seorang pemain yang lambat larinya, tapi bagus dalam hal mengoper bola).

Dengan menaruh seorang pemain tengah yang bermain tepat di belakang striker, Chapman membuat Roberts berhasil mengatasi penyerang tengah lawan dan kemudian mengoper bola dengan cerdas untuk mengatur serangan. Juga ada tanggung jawab yang lebih besar pada sayap untuk lebih menyerang.

Cliff Bastin adalah komponen kunci dari kisah sukses Arsenal pada 1930-an, pemain sayap yang mampu mencetak gol. Kemudian Pozzo berevolusi ke pembentukan sistem formasi (2-3-2-3), yang menciptakan pertahanan kuat.

Penggabungan kekuatan relatif dari Chapman dan ide-ide Pozzo telah diuji pada tahun 1933 selama tur Eropa mereka, ketika Inggris (dilatih oleh Herbert Chapman) imbang 1-1 dengan Italia.



****************************************************************

Ada pameo atau kutukan mengenai Pozzo yang berasal dari masyarakat Italia bagian selatan, yakni ketika Pozzo sukses merebut Piala Dunia tahun 1934 dan 1938, diselingi lagi dengan Juara Sepakbola Olimpiade di Berlin tahun 1936,  Vittorio Pozzo dengan gagah & jumawa berkata :

” Tidak ada negara lain yg bisa menahan kehebatan Italia merebut gelar ketiga berturut-turut 4 tahun lagi . ”


Ternyata tak lama setelah berkata demikian, Perang Dunia II pun berkecamuk membuat ambisi dan mimpi Vittorio Pozzo meraih Tripllete da Mondial ( Treble Winners ) gagal total.
Selesai Perang Dunia II, Piala Dunia kembali diselenggarakan di Brazil tahun 1950. Dimana, kekuatan Italia sedang menurun setelah terjadi tragedi kecelakaan Superga yg menewaskan sejumlah pemain Torino (El Grande Torino, Juara Scudetto 5 kali berturut-turut) yang juga adalah pemain inti timnas Italia.

Atas kegagalan tragis Italia itu, masyarakat Italia terutama Italia Selatan, menganggap semua tragedi kekalahan tim Italia bahkan terjadinya Perang Dunia dan kecelakaan pesawat Superga adalah buah dari kesombongan sang diktator Italia Benito Mussolini dan juga kecongkakan sang pelatih Italia saat itu Vittorio Pozzo.

Dari peristiwa itulah muncul istilah ”Kutukan Pozzo”, yaitu bila suatu saat nanti Italia kembali merebut Piala Dunia jangan pernah dengan pelatih yg sama untuk mempertahankannya 4 tahun kemudian.

Entah secara kebetulan atau tidak, kutukan ini ternyata benar-benar terjadi ketika tahun 1982 Italia sukses meraih Juara Piala Dunia lagi dengan Pelatih Enzo Bearzot di Spanyol, namun dengan pelatih yg sama Italia gagal mempertahankannya di Meksiko tahun 1986 bahkan Italia sudah terpental di babak 8 besar.

Usai Roberto Donadoni gagal total di Piala Eropa 2008, Marcello Lippi yang sudah sukses merebut gelar Juara Dunia tahun 2006 di Jerman, diangkat kembali menjadi pelatih Italia di Piala Dunia tahun 2010.
Dan ternyata Gli Azurri gagal total.


Apakah ”Kutukan Pozzo” itu memang benar-benar ampuh dan tak bisa dipatahkan……..?
Mari sama-sama kita tunggu.


RENZO DE VECCHI

RENZO DE VECCHI.( 3 Februari 1894 – 14 Mei 1967 )


Bintang sejati Rossoneri, murni ras Milan.
Ayahnya, Henry yang adalah seorang pendukung fanatik Rossoneri, sangat menyadari keterampilan sepak bola yang kuat dari anaknya. Dan pada tahun 1908, Henry rela menanggung biaya yang berat demi untuk mendaftarkan anaknya, Renzo, di Milan Cricket dan Football Club.

Herbert Kilpin lah yang secara langsung mengajarkan dasar-dasar sepak bola kepada De Vecchi dengan metode dan disiplin yang keras. Kilpin tak segan-segan menendang bokong De Vecchi untuk “memaksa”-nya lari lebih cepat.

Tapi, beberapa sumber mengungkapkan bahwa, pernah dalam sebuah latihan permainan antara pemain inti dan cadangan, para pemain “diperbolehkan” untuk merebut bola dari kaki Kilpin. Sang pendiri sekaligus mantan kapten legendaris itu justru mendapat tendangan di bokong oleh De Vecchi. :)

Kelak Kilpin menyatakan bahwa De Vecchi adalah sampel kualitas bagi pemain-pemain yang lain.


Pertandingan resmi pertama De Vecchi di Serie A, terjadi pada tanggal 14 November 1909, ketika ia berumur 15 tahun 9 bulan 11 hari, bermain sebagai sayap kiri saat derby panas melawan Ausonia (salah satu dari sekian banyak tim yang sama-sama berbasis di kota Milan pada saat itu), dan menang 2-1.

Renzo muda pun mencatakan dirinya sebagai pemain termuda Milan yang bermain di Serie A.

De Vecchi menjalani debutnya ini dengan penuh kharisma, berkelas, dan efektif. Bermain dengan skill yang menakjubkan si usia yang sangat muda, serta kepribadian yang sangat baik, membuat ia dihormati dan mendapat julukan dari pers dan rekan-rekan setimnya : "Il Figlio di Dio" (The Son of God atau Si Anak Tuhan).

Selanjutnya, ia bagaikan bendera Merah-Hitam bagi timnya setiap kali bertanding. Hatinya dipenuhi oleh semangat dan gairah khas Milan.
Ia mencetak golnya yang pertama bagi AC Milan pada tanggal 28 November 1909 (dua minggu setelah debutnya), saat Milan membantai Torino dengan skor 6-2 di Serie A.

Kemudian De Vecchi menjalani debut internasional bersama timnas Italia pada tanggal 26 Mei 1910 di usia 16 tahun, 3 bulan dan 23 hari, saat bertandang ke Hungaria. Ia masuk di babak kedua menggantikan Aldo Cevenini (pemain Milan juga) yang cedera.
Sayang, Italia dibantai 1-6 oleh tuan rumah.
Walaupun begitu, De Vecchi dianggap sebagai pemain terbaik di pertandingan tersebut.

Melalui pertandingan ini, De Vecchi mencatatkan dirinya sebagai pemain termuda yang pernah bermain untuk timnas Italia.

Hingga masa tuanya kelak, De Vecchi masih mengingat keikutsertaannya dalam perjalanan pertamanya ke luar negeri ini, yaitu ke Hungaria, dengan masih memakai celana pendek. :)

……………………………………………………………..

AC Milan kemudian mengalami tahun-tahun yang sulit. Kisah para pelopor Inggris telah berakhir dan hengkangnya pemain-pemain berbakat Milan yang disebabkan oleh krisis perusahaan sejak dari tahun 1908 telah menyebabkan penurunan tajam dalam bidang olahraga dan menciptakan “gurun” bagi kehidupan De Vecchi.

Penolakannya yang gigih untuk meninggalkan AC Milan menjadi pelecut semangat tim serta menjadi sumber inspirasi yang kuat bagi pemain-pemain yang lain untuk tetap berjuang demi Milan.

Meskipun keberadaannya di tim Milan sebagai sampel piawainya seorang pemain, tapi hal itu tidak bisa memberikan prospek kokoh bagi De Vecchi, baik di bidang olahraga maupun kehidupan pribadi.

Pertandingan resmi De Vecchi yang terakhir bersama AC Milan adalah pada tanggal 5 April 1913, menghadapi Vicenza di Serie A, yang berakhir dengan skor 1-1.


Dan dengan berat hati, usai musim 1912-13, di era ketika sepakbola tidak bisa menjamin kehidupan ekonomi dari para pemain, dan juga melalui bujukan yang dilakukan oleh Eduardo Mariani (mantan partnernya di Milan), De Vecchi meninggalkan Milan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik di klub Genoa. :(
Para pendukung Milan sangat shock dengan kejadian ini, tapi memaklumi keputusan De Vecchi itu.

Genoa membayar 24 juta lira untuk De Vecchi yang masih berusia 19 tahun. Ini akan menjadi momen yang monumental dalam sejarah klub itu. Segera De Vecchi muncul sebagai pemain terbaik di Italia.
Pada musim 1914/1915, De Vecchi membawa Genoa merebut scudetto.

……………………...................................................................


Kemudian pecahlah Perang Dunia I, yang menghabisi karir dan nyawa banyak bintang-bintang sepakbola waktu itu, tapi hal itu tidak terjadi pada Si Anak Tuhan.

Ketika perang usai, De Vecchi justru memenangkan dua scudetto lagi bersama Genoa, yaitu musim 1922/1923 dan 1923/1924.

Musim 1927/1928, De Vecchi menjalani tugas rangkap di Genoa, sebagai pemain dan pelatih. Dia pensiun sebagai pemain pada tahun 1929, dan mengakhiri kepelatihannya di Genoa setahun sesudahnya.Ia kemudian menjadi pelatih Rapallo Ruentes di Serie C (1930-32) dan Brescia (1946-47) Pertandingan terakhirnya di Serie A adalah pada tanggal 9 Desember 1928, ketika membawa Genoa bermain seri dengan Reggiana, 2-2. Sedangkan pertandingan terakhirnya bersama Azzuri adalah pada tanggal 22 Maret 1925, ketika Italia melumat Prancis dengan skor 7-0.

Setelah karir di bidang olahraga itu, De Vecchi menjadi kolaborator dari "The Football Illustrated", dan pada tahun 1939 merilis edisi pertama "Illustrated Almanac of Football", dan menjadi "kitab suci" bagi penggemar sepak bola Italia hingga sekarang.


Bersama Milan (1909-1913), total De Vecchi tampil sebanyak 64 kali dan mencetak 7  gol. Dan bersama timnas Italia (1910-1925), tampil sebanyak 43 kali tapi tidak pernah mencetak gol. Justru ia tercatat sebagai pemain pertama yang melakukan gol bunuh diri bagi Azzuri.
Ia juga tampil sebagai punggawa tim Azzuri di Olimpiade tahun 1912, tapi hanya bermain dalam 1 pertandingan di ajang tersebut. Ia menjadi kapten Azzuri dalam 26 pertandingan.



Renzo De Vecchi adalah superstar pertama dalam sejarah sepak bola Italia. Julukannya adalah sebagai buktinya.

Si Anak Tuhan.
Ia bermain tanpa cacat. Ia memimpin pertahanan dengan wibawa yang tinggi dan menjadi inspirasi bagi tim Azzurri sehingga menjadi salah satu timnas yang disegani di dunia pada saat sekarang ini.

Kecil, cepat, kuat, gesit, cerdas, seorang tackler sekaligus pengoper bola yang hebat serta memiliki teknik yang luar biasa meskipun ia adalah seorang defender, dan mampu memimpin serangan dari belakang dengan kehebatan kaki kirinya yang menawan. Ia juga terkenal sebagai seorang defender dengan permainan yang bersih.

Ada ungkapan di Italia :
“Sebelum Paolo Maldini, ada Giacinto Facchetti. Dan sebelum Facchetti, ada Renzo De Vecchi.”


Renzo De Vecchi, Sang Sampel, meninggal dunia pada tanggal 14 Mei 1967.


Tapi kisah menakjubkan tentang "Si Anak Tuhan" terus hidup hingga sekarang.

RICCARDO CARAPELLESE
Riccardo Carapellese (1 Juli 1922 – 20 Oktober 1995).
Lahir di Cerignola, provinsi Foggia.

Carapellese adalah seorang striker. Ia memulai karirnya pada musim 1942-43 bersama klub Spezia Calcio 1906 di Serie B, dimana ia bermain sebanyak 19 kali dan mencetak 3 gol.

Sempat pindah ke Como,  Carapellese melakukan debutnya di Serie A bersama Milan pada tahun 1946, di mana ia menjadi anggota Rossoneri hingga tahun 1949, dan mendapatkan satu tempat di timnas Italia, bahkan dipercaya untuk mengenakan ban kapten. Inilah pertama kali seorang pemain Milan menjadi kapten timnas Italia. Selama di Milan, ia tampil sebanyak 106 kali dan mencetak 52 gol.

Pada musim 1949-50, setelah Tragedi Superga, ia pindah ke Torino, dan mewarisi ban kapten dari Valentino Mazzola (ayah Sandro Mazzola, legenda Inter) yang ikut tewas dalam tragedi tersebut.

Tahun 1952, ia pindah ke Juventus dan hanya bermain selama semusim. Setelah itu, ia pindah ke Genoa. Tahun 1957, ia kembali ke Serie B bersama Catania dan pensiun di sana pada tahun 1959. Tahun 1961, sempat bermain kembali bersama klub Ternana, tapi hanya 3 pertandingan, tanpa mencetak gol.

Bersama timnas Italy, ia melakukan debutnya pada bulan November 1947 melawan Austria, kalah 1–5 dan mencetak satu-satunya gol Italia. Ia juga ikut dalam Piala Dunia 1950, dan mencetak 2 gol, masing-masing 1 gol ketika menghadapi Swedia dan Paraguay.

Carapellese meninggal dunia di Rapallo, Italia tanggal 20 Oktober 1995 pada umur 73 tahun.

Nélson de Jesus Silva (born 7 October 1973), best known as Dida (Portuguese pronunciation: [ˈdʒidɐ]), is a Brazilian goalkeeper currently being a free agent. He first rose to prominence in Brazilian club football in the 1990s with Vitória, Cruzeiro EC and SC Corinthians, where he gained a reputation as a penalty-saving specialist. However, Dida is probably best remembered for his successful and often tumultuous ten-year stint with Italian Serie A club A.C. Milan from 2000 to 2010. During his tenure with the Rossoneri, he became equally known for mistakes as well as excellent gameplay, from a notorious error during a UEFA Champions League match against Leeds United in September 2000, to suffering a lengthy decline in form after being hit with a lit flare in a Champions League quarterfinal match against crosstown rival F.C. Internazionale in April 2005, and being assaulted by an opposing fan during an October 2007 match withCeltic F.C..
One of only two goalkeepers in Milan history to make over 200 Serie A appearances, Dida won the Champions League twice in 2003 and 2007, with the former coming after he saved three penalties in a shoot-out against Juventus F.C. He is also the first two-time winner of the FIFA Club World Cup, the inaugural winner of the FIFPro Goalkeeper of the Year award, and a five-time nominee of the IFFHS World's Best Goalkeeper award. In 2003, Dida became the first Brazilian keeper to be shortlisted for the Ballon d'Or, with a second nomination in 2005.
On the international level, Dida earned 91 caps in eleven years for the Brazilian national team, including the most appearances in FIFA Confederations Cup history (22). He notably broke a color barrier by becoming the first Afro-Brazilian goalkeeper to start for theSeleção since Moacyr Barbosa in the 1950 FIFA World Cup following his international debut in July 1995. Dida won the 2002 World Cup with Brazil without playing a game, and was the starter in 2006, conceding only twice in five matches. He retired from international play after Brazil were eliminated in the quarterfinals.


Kakhaber 'Kakha' Kaladze lahir pada 27 Februari 1978 di Samtredia) adalah seorang pemain sepak bola Georgia. Sejak tahun 2001 ia memperkuat AC Milan. Di Milan selama beberapa musim hingga musim 2005/06 ia biasa dimainkan sebagai bek atau gelandang kiri, namun sejak pertengahan musim tersebut ia juga mulai bermain sebagai bek tengah, yang merupakan posisi yang ia mainkan sebelum bergabung dengan Milan.
Sebelum bermain di Milan, Kaladze memperkuat Dinamo Tbilisi (1993-97) dan Dinamo Kiev (1998-2000). Saat dibeli Milan dari Kiev dengan harga €16 juta, Kaladze menjadi pemain termahal Georgia sepanjang sejarah.
Kaladze mulai dipanggil ke tim nasional sepak bola Georgia pada tahun 1996. Sejak saat itu ia telah memperkuat Georgia lebih dari 50 kali dan dua kali terpilih sebagai Pemain Terbaik Georgia (2001 dan 2002).

Paolo Di Canio (lahir di Roma, Italia, 9 Juli 1968; umur 42 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Italia. Paolo Di Canio telah bermain di banyak klub di Eropa. Selain bermain di Italia Paolo Di Canio pernah bermain di Skotlandia dan Inggris. Saat ini bermain di Serie C2 bersama Cisco Roma


James Peter 'Jimmy' Greaves (born 20 February 1940 in East Ham, England) is an English former football player, England's third highest international goalscorer, the highest goalscorer in the history of Tottenham Hotspur football club, the highest goalscorer in the history of English top flight football and more recently a television pundit - famous for his trademark catchphrase it's a funny old game. He is considered to be one of the finest goalscorers of his generation.


PROFIL CHRISTIAN BROCCHI

Cristian Brocchi (born 30 January 1976, Milan) is an Italian footballer, who currently plays for Lazio.
  
Career
Early career
Starting his career at his native club A.C. Milan youth system, he was loaned to Pro Sesto and Lumezzane in early years.
Hellas Verona
In 1998, Brocchi was sold to Hellas Verona in Serie B. Brocchi followed the club promoted to Serie A.
Internazionale
After a year in the top-division, Marcello Lippi signed him for Internazionale in 2000, but it was a difficult season for Brocchi and the rest of the Inter team as Lippi was sacked after their opening Serie A game, a defeat to Reggina. Marco Tardelli guided the Nerazzurri to 5th place in the end and new boss Hector Cuper, who took over in Summer 2001, decided to move Brocchi on. Brocchi has later described his time at Inter "as the worst experience I ever had", [1] citing the lack of support from the club while injured, as the reason for this.
Milan
In the summer of 2001, A.C. Milan re-signed him in exchange of Andrés Guglielminpietro, who went to Inter. In AC Milan, Brocchi had to compete with the likes of Fernando Redondo, [[Gennaml|title=Brocchi extends Milan stay|date=2003-09-19|accessdate=2010-06-03|publisher=UEFA.com}}</ref>
Fiorentina
Brocchi was loaned to ACF Fiorentina in July 2005, with a view to a permanent deal at the end of the season[2] but at the end of 2005–06, he returned to A.C. Milan, partly as a result of the problems Milan faced in finding new recruits due to the 2006 Italian football scandal.
Third Spell in Milan
Brocchi made a career high 29 Serie A appearances in the 2006–07 season. Although Emerson arrived in the 2007–08, Brocchi continued to appear regularly making 24 appearances, 10 as starter, effectively becoming Carlo Ancelotti's first choice replacement in midfield.
Lazio
A.C. Milan and S.S. Lazio reached an agreement for a permanent transfer on 29 August 2008. He signed a three year deal with Lazio and just cost Lazio a nominal transfer fees.[3][4]
His first season was successful as he won the Coppa Italia, the fifth in the history of Lazio.
International career
He made his international debut for the Italy national football team in a friendly against Turkey on 15 November 2006.
Personal life
Brocchi has other interests outside of football, he opened a cafe in Milan along with AC Milan teammate Christian Abbiati, and started his own clothing brand (Baci & Abbracci) with close friend and footballer Christian Vieri and model Alena Šeredova.
Honours
AC Milan
  • Serie A: 2004
  • Coppa Italia: 2003
  • UEFA Champions League: 2003, 2007
  • FIFA Club World Cup: 2007
  • UEFA Supercup: 2003, 2007

PROFIL RIVALDO

Rivaldo Vitor Borba Ferreira (lahir 19 April 1972; umur 39 tahun) merupakan seorang pemain sepak bola berkebangsaan Brasil yang kini bermain untuk klub FC Bunyodkor. Dia pernah membela klub utamanya seperti Santa Cruz, Mogi Mirim, Corinthians, Palmeiras, Deportivo La Coruña, Barcelona, Milan, Cruzeiro, Olympiacos,dan AEK Athens. Di timnas Brasil, dia bermain 74 kali dan mencetak 34 gol.

PROFIL RUI COSTA

Rui Manuel César Costa, biasanya disebut Rui Costa (lahir 29 Maret 1972 di Lisboa), adalah seorang pemain sepak bola asal Portugal. Ia adalah salah seorang pemain Portugal yang berasal dari 'Generasi Emas', bersama dengan pemain lain seperti Luis Figo. Saat ini ia membela klub SL Benfica (sejak 2006). Sebelumnya ia juga pernah memperkuat Benfica dari tahun 1991 hingga 1994, ACF Fiorentina (1994-2001), dan AC Milan (2001-2006).

AC Milan
AC Milan adalah sebuah klub sepak bola Italia yang berbasis di Milan. Mereka bermain dengan seragam bergaris merah-hitam dan celana hitam, sehingga dijuluki Rossoneri(“merah-hitam”). Milan adalah tim tersukses kedua dalam sejarah persepak bolaan Italia, menjuarai Seri A 17 kali dan Piala Italia lima kali.

Klub ini didirikan pada tahun 1899 dengan nama Klub Kriket dan Sepak bola Milan (Milan Cricket and Football Club) oleh Alfred Edwards, seorang ekspatriat Inggris. Sebagai penghormatan terhadap asal-usulnya, Milan tetap menggunakan ejaan bahasa Inggris nama kotanya (Milan) daripada menggunakan ejaan bahasa Italia Milano.
Stadion tim saat ini adalah Stadion Giuseppe Meazza atau yang dikenal dengan sebutan San Siro yang berkapasitas 85.000 orang. Stadion ini digunakan bersama dengan Internazionale (”Inter milan”), klub besar lain di Milan. Suporter AC Milan menggunakan “San Siro” untuk menyebut stadion itu karena dulunya Giuseppe Meazza merupakan seorang pemain bintang bagi Inter.
Secara sejarah, AC Milan (dipanggil dengan “Milan” saja di Italia) didukung oleh para pekerja dan para buruh di Milan, sementara Inter lebih didukung orang-orang kaya. Meskipun begitu, pada beberapa tahun terakhir, basis pendukung telah banyak berubah. Milan kini dimiliki oleh raja media dan perdana menteri Italia saat ini, Silvio Berlusconi, sementara Inter dimiliki pebisnis garis tengah-kiri.

Skuad musim 2004/2005
1  Dida
2  Cafu
3  Paolo Maldini
4  Kakha Kaladze
5  Alessandro Costacurta
7  Andriy Shevchenko
8  Gennaro Gattuso
9  Filippo Inzaghi
10 Rui Costa
11 Hernán Crespo
12 Valerio Fiori
13 Alessandro Nesta   14 Dario Šimić
15 Jon Dahl Tomasson
17 Christian Abbiati
20 Clarence Seedorf
21 Andrea Pirlo
22 Kaká
23 M. Ambrosini
24 Vikash Dhorasoo
26 Giuseppe Pancaro
27 Serginho
31 Jaap Stam
32 Christian Brocchi
Prestasi
  • Seri A : 18
      1901, 1906, 1907, 1950-51, 1954-55, 1956-57, 1958-59, 1961-62, 1967-68, 1978-79, 1987-88, 1991-92, 1992-93, 1993-94, 1995-96, 1998-99, 2003-2004, 2010-2011
  • Liga Champions :7
      1962-63, 1968-69, 1988-89, 1989-90, 1993-94, 2002-03,2006-2007
  • Piala Italia : 5
      1966-67, 1971-72, 1972-73, 1976-77. 2002-03
  • Piala Super Italia :6
      1988, 1992, 1993, 1994, 2004, 2011
  • Piala Interkontinental : 3
      1969, 1989, 1990
  • Piala Super Eropa :5
      1989, 1990, 1994, 2003, 2007
  • Piala Winners : 2
      1967-68, 1972-73
  • Piala Latin (Piala yang paling penting bagi klub-klub Eropa pada tahun 40an dan 50an. Diselenggarakan sejak 1949 hingga 1957 antara juara-juara Perancis, Italia, Portugal dan Spanyol. Kejuaraan ini menghilang setelah dimulainya Piala Champions.)
      1951, 1956
  • Piala Mitropa
      1981-82
  • Piala Dunia Antar Klub 1
                 2007

Pemain Bintang yang pernah dan masih dimiliki
Renzo De Vecchi, Cesare Maldini, Karl Heinz Schnellinger, Kurt Hamrin, Sandro Salvadore, Juan Alberto Schiaffino, Jose Altafini, Gunnar Gren, Ruud Gullit, Marco van Basten, Frank Rijkaard, Gunnar Nordahl, Nils Liedholm, Gianni Rivera, Luther Blissett, Franco Baresi, Giovanni Trapattoni, Angelo Sormani, Roberto Donadoni, George Weah, Demetrio Albertini, Paolo Di Canio, Roberto Baggio, Zvonimir Boban, Gianluigi Lentini, Carlo Ancelotti, Paolo Maldini, Alessandro Costacurta, Cafu, Andriy Shevchenko, Hernán Crespo, Filippo Inzaghi, Jean-Pierre Papin, Dejan Savicevic, Ray Wilkins, Jimmy Greaves, Jaap Stam, Alessandro Nesta, Kaká.

PROFIL FERNANDO REDONDO

Fernando Carlos Redondo Neri (lahir di Adrogué, Argentina, 6 Juli 1969; umur 41 tahun) merupakan mantan pemain sepak bola berkebangsaan Argentina. Dia pernah bermain di klub utamanya seperti Argentinos Juniors, CD Tenerife, Real Madrid, dan AC Milan.
Di timnas Argentina, dia bermain 29 kali dan mencetak 1 gol.

PROFIL FRANCESCO COCO

Francesco Coco (lahir 8 Januari 1977) merupakan seorang mantan pemain sepak bola berkebangsaan Italia yang berposisi sebagai pemain belakang. Dia memulai kariernya di klub remaja AC Milan. Klub yang pernah ia bela ialah AC Milan, Vicenza Calcio, Torino F.C., Internazionale, FC Barcelona, dan AS Livorno Calcio. Di timnas Italia, dia bermain 17 kali.

PROFIL DARIO SIMIC

Dario Šimić [IPA|ˈdaːriɔ ˈʃiːmitɕ] (lahir 12 November 1975 di Zagreb) adalah seorang pemain sepak bola Kroasia. Ia berposisi sebagai sweeper atau bek tengah. Sejak musim 2008/09 ia membela AS Monaco setelah sebelumnya bermain di klub A.C. Milan di Serie A Italia sejak tahun 2002. Sebelum di Milan, Simic pernah memperkuat Inter Milan (1999-2002) dan Dinamo Zagreb (1992-98). Berjuluk 'The Pitbull' karena permainan sepak bolanya, ia juga berpartisipasi di Euro 1996, Euro 2004, Euro 2008, Piala Dunia 1998, Piala Dunia 2002, dan Piala Dunia 2006.


PROFIL MARTIN LAURSEN

Martin Laursen (born 26 July 1977) is a Danish former footballer who played in the centre back position. He played three seasons for Italian club AC Milan, with whom he won the 2003 UEFA Champions League and the 2004 Serie A championship. He also played for Italian clubs Hellas Verona and Parma FC, and was the team captain of English club Aston Villa.
Laursen was capped 53 times and scored two goals for the Denmark national team from 2000 to 2008, and he was named 2008 Danish Football Player of the Year. He represented Denmark at the 2000 European Championship, 2002 FIFA World Cup, and 2004 European Championship tournaments.

PROFIL JON DAHL TOMASSON

Jon Dahl Tomasson (lahir 29 Agustus 1976; umur 34 tahun) adalah seorang pemain sepak bola berkebangsaan Denmark yang kini membela klub Feyenoord. Klub yang pernah ia bela ialah Køge BK, SC Heerenveen, Newcastle United, Milan, Stuttgart, dan Villarreal. Dia merupakan anggota timnas Denmark untuk Piala Dunia FIFA 1998, Piala Dunia FIFA 2002, Piala Eropa 2000, dan Piala Eropa 2004.

PROFIL SERGINHO

Serginho, bernama lengkap Sergio Claudio dos Santos (lahir di Rio de Janeiro, 27 Juni 1971; umur 39 tahun) adalah seorang pemain sepak bola asal Brasil. Posisi yang umumnya ia tempati adalah gelandang sayap atau bek di sebelah kiri lapangan. Ia memperkuat AC Milan di Seri A Italia sejak tahun 1999, dan telah bermain di final Liga Champions 2003 dan 2005.
Serginho pernah memperkuat tim nasional sepak bola Brasil dari tahun 1998 hingga 2001, mencetak 1 gol dalam 10 kali penampilan.
Perjalanan karier
  • Itaperuna (1992-1993)
  • Vitoria Bahia (1993-1994)
  • Flamengo (1994-1995)
  • Cruzeiro (1995-1996)
  • Sao Paulo (1996-1999)
  • A.C. Milan (1999-..)


PROFIL MARCOS CAFU

Marcos Evangelista de Moraes atau akrab disapa sebagai Cafu (lahir pada tanggal 7 Juni 1970 di São Paulo, Brasil) adalah seorang pemain sepak bola Brasil. Pemain dengan tinggi badan 176 cm ini berposisi sebagai bek dan bergabung ke AC Milan pada tahun 2003.
Pada Piala Dunia FIFA 2006, Cafu yang merupakan kapten tim nasional Brasil menambahkan catatan rekor dalam kariernya di level internasional menjadi pemain tim Samba (julukan Brasil) yang paling sering menang di pertandingan Piala Dunia. Sehabis pertandingan melawan Australia di Munich, Minggu 18 Juni 2006, Cafu resmi menyamai rekor yang dipegang Carlos Dunga dan Claudio Taffarel sebagai pemain yang paling sering membela Brasil di Piala Dunia, yakni sebanyak 18 pertandingan. Cafu telah merasakan 14 kemenangan, lebih banyak daripada Dunga, Taffarel, dan pemain Brasil manapun. Sampai saat piala dunia 2006, Cafu juga masih memegang rekor pemain Brasil dengan capterbanyak, yakni 148 pertandingan. Dari ratusan partai itu ia hanya merasakan kekalahan sebanyak 19 kali. Rekor ini terus bertambah ketika Brasil menang atas Ghana pada babak 16 besar.

PROFIL GIANLUCA ZAMBROTTA

Gianluca Zambrotta (lahir di Como, 19 Februari 1977; umur 34 tahun) adalah bek atau gelandang sayap tim nasional sepak bola Italia yang bertinggi badan 181 cm. Ia mengenakan baju nomor 19 untuk Juventus di Serie A. Bersama Lilian Thuram, ia pindah ke Barcelona, Spanyol, di musim 2006-2007 dengan nilai transfer tidak disebutkan. Di Barcelona dia memakai kostum nomor 11. Pada 1 Juni 2008 diumumkan bahwa Zambrotta telah bergabung ke AC Milan dengan nilai kontrak yang tidak disebutkan.[1]
Perjalanan karier
  • Como (1994–1997)
  • AS Bari (1997–1999)
  • Juventus (1999–2006)
  • FC Barcelona (2006–2008)
  • AC Milan (2008-)

PROFIL CHRISTIAN ABBIATI

Christian Abbiati (lahir di Abbiategrasso, 8 Juli 1977; umur 33 tahun) adalah seorang pemain sepak bola dari Italia dengan posisi penjaga gawang.
Karier
Abbiati mulai dikenal oleh publik saat bermain bersama AC Milan dan tim nasional Italia. Ia memulai debutnya pada 17 Januari 1999 saat bermain menggantikan Sebastiano Rossi, kiper legendaris Milan, dalam sebuah pertandingan. Namun sejak musim 2002/03 di Milan, posisinya di tim utama mulai tergeser oleh Dida, kiper utama tim nasional Brasil. Abbiati akhirnya dipinjamkan Milan ke tim lain pada musim 2005/2006.
Ia sebenarnya kemudian bergabung dengan Genoa sebagai pemain pinjaman, namun karena Genoa diharuskan turun ke Seri C1 karena terbentur masalah, Milan lalu meminjamkannya ke Juventus. Setelah setahun di Juventus, ia kemudian pindah ke Torino (2006/07), dan lalu Atletico Madrid (2007-2008).

PROFIL IGNAZIO ABATE

Ignazio Abate (lahir 12 November 1986; umur 24 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Italia yang bermain sebagai pemain sayap untuk klub Seri A AC Milan.
Karier Klub
Lahir di Sant'Agata de 'Goti, Provinsi Benevento, ia adalah putra mantan kiper Beniamino Abate.
Kariernya dimulai dengan tim muda Milan. Ia bermain dengan Napoli (Serie C1), Sampdoria (Seri A)[1] dan Piacenza, Modena (Seri B ).
Dia kembali ke Milan pada 16 Juni 2008,[2] dan kemudian ia dipindahkan ke Torino dalam sebuah kesepakatan kepemilikan bersama pada 23 Juli 2008.[3] Pada Juni 2009 , ia kembali lagi ke Milan[4].
Karier Internasional
Dia membuat tim U-21 debutnya melawan Luksemburg U-21, 12 Desember 2006, menggantikan Marino Defendi di menit ke 62.


PROFIL LUCA ANTONINI

Luca Antonini 
Tanggal Lahir: 4 Agustus 1982 (Usia 28)
Tempat Lahir: Milano
Negara: Itali
Tinggi Badan: 182 cm.
Berat Badan: 70 Kg.
Peranan: Bek
Nomor Punggung: 77

PROFIL MASSIMO AMBROSINI

Massimo Ambrosini (lahir pada 29 Mei 1977 di Pesaro) adalah seorang pemain sepak bola asal Italia. Sejak tahun 1995 ia bermain bagi AC Milan. Tinggi badannya adalah 1,82 meter dan ia berposisi sebagai gelandang bertahan.
Ia mengawali karier melalui tim remaja Cesena pada tahun 1992. Tahun 1994 ia memulai debut profesional bersama Cesena di Seri B. Setahun kemudian, ia dibeli Milan namun ia dipinjamkan ke Vicenza pada musim 1997/98 karena jarang dimainkan. Sekembalinya ke Milan pada tahun 1999, ia sempat masuk tim inti sebelum mengalami cedera yang menyebabkannya jarang mendapat kesempatan bermain. Ia kembali sehat sepenuhnya dan mengantarkan Milan menjuarai Piala Italia dan Liga Champions pada tahun 2003, namun lagi-lagi setelah itu cedera menghantuinya sehingga ia lebih sering menghabiskan waktu sebagai cadangan, selain pula karena kehilangan bentuk permainan terbaiknya.
Ambrosini memperkuat tim nasional sepak bola Italia U-21 dari tahun 1995 hingga 1999. Debut internasional seniornya terjadi pada April 1999 saat Italia melawan Kroasia. Di timnas ia pernah bermain dalam ajang Olimpiade Sydney 2000 dan Piala Eropa 2000 namun ia dua kali cedera saat susunan tim nasional untuk Piala Dunia 2002 dan 2006 sedang dibentuk.

PROFIL GENNARO GATTUSO

Gennaro Ivan Gattuso (lahir di Corigliano Calabro, Italia, 9 Januari 1978; umur 33 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Italia. Ia berposisi sebagai gelandang. Sejak tahun 1999 ia memperkuat AC Milan di Seri A. Ia akrab dipanggil Rino (Badak) dikarenakan kekuatan fisik yang dimilikinya.
Ia mengawali karier profesionalnya di Perugia, namun pindah ke Rangers di Skotlandia pada tahun 1997. Di sana, ia disenangi para pendukung Rangers karena teknik bermainnya yang sangat agresif. Gattuso menyebut pelatih Rangers saat itu, Walter Smith, sebagai pengaruh yang kuat baginya dan menganggapnya seperti 'ayah kedua'. Musim 98/99 Smith digantikan Dick Advocaat, dan Gattuso dijual ke Salernitana. Sepuluh bulan di Salernitana, Gattuso kemudian pindah ke AC Milan.
Sejak pindah ke Milan yang merupakan tim yang lebih mengutamakan operan bola, kemampuan Gattuso telah meningkat. Tahun 2000 ia dipanggil ke tim nasional sepak bola Italia. Sejak saat itu, ia telah memperkuat Italia lebih dari 40 kali, termasuk di Olimpiade Sydney 2000, Piala Dunia 2002 dan 2006, serta Piala Eropa 2004.
Gattuso dikenal sebagai pekerja keras di tengah lapangan, dan dikenal akan semangat, serta tenaga badaknya yang tinggi. Meskipun bermain di sisi lapangan, ia rajin membantu pertahanan, terutama kepada rekannya, Andrea Pirlo, yang aktif menyerang meskipun diposisikan sebagai gelandang bertahan. Ia juga merupakan seorang pemain yang emosional dan mudah terpancing lawan.
Karier
  • Perugia Calcio (1994-1997)
  • Rangers F.C. (1997-Okt. 1998)
  • Salernitana (Okt. 1998-1999)
  • A.C. Milan (1999—)

PROFIL CLARENCE SEEDORF

Clarence Seedorf (lahir di Paramaribo, Suriname, 1 April 1976; umur 35 tahun) adalah pemain sepak bola berkewarganegaraan Belanda yang berposisi sebagai pemain tengah. Ia bergabung dengan AC Milan pada tahun 2002 dan menjadi langganan untuk memperkuat timnas Belanda.


PROFIL DEJAN SAVICEVIC
Dari awal 90an kita cuma mengenal Zvonimir Boban,Manuel Rui Costa,Ricardo kaka',Clarence Seedorf atw Andrea Pirlo sbg maestro lapangan tengah Milan,tp pernahkah kita ingat dg nama Il Genio Dejan Savicevic..??
Dia adalah salah satu pengatur serangan handal yg pernah dimiliki Il Diavolo Rosso..ini datanya :
Nama :DEJAN SAVICEVIC.
Julukan : il genio (si jenius).
Tgl lahir : 15 september 1966.
Negara : Montenegro (dulu trgabung di Yugoslavia).
Caps : 84 (29) dari tahun 92 s/d 98.
Posisi : attacking midfield/winger.
Prestasi :
-3 Scudetto (92-93/93-94/95-96).
-1 Champions (93-94).
-3 super italia (92/93/94).
-1 super eropa (94).
Sekarang dia menjabat sbg Presiden Federasi Sepak Bola Montenegro.


PROFIL ALESSANDRO NESTA

Alessandro Nesta (lahir di Roma, Italia, 19 Maret 1976; umur 35 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Italia. Ia mengawali karier profesionalnya di klub SS Lazio. Dia turut membantu SS Lazio meraih Piala Winners pada tahun 1999. Ia memiliki tinggi tubuh 187 cm dan berposisi sebagai bek tengah dan bergabung dengan AC Milan sejak tahun 2002. Nesta termasuk andalan dalam tim nasional Italia untuk membantu sektor pertahanan. Ia mengawali debut bersama SS Lazio pada tanggal 13 Maret1994 melawan Udinese dengan skor akhir 2-2. Di AC Milan dia meraih 1 juara liga Italia Serie A, 2 Piala/Liga Champions, 1 Piala Super Eropa, 1 Piala Italia, 1 League Supercup. Dia masuk dalam timnas di piala dunia 2006 di Jerman. Pada pertandingan melawan Ceko, dia cedera. Walaupun tidak ikut bermain di final Piala Dunia, Italia berhasil keluar menjadi juara yang ditentukan oleh adu penalti. Nesta juga telah pensiun dari tim nasional Italia.

PROFIL OLIVER BIERHOFF

Oliver Bierhoff (lahir 1 Mei 1968) merupakan mantan pemain sepak bola berkebangsaan Jerman. Dia pernah membela klub utamanya seperti Bayer Uerdingen, Hamburger SV, Borussia Mönchengladbach, Austria Salzburg, Ascoli Calcio, Udinese Calcio, AC Milan, AS Monaco, dan Chievo Verona.
Di timnas Jerman, dia bermain 70 kali dan mencetak 37 gol.

Milan
  • Serie A: 1998-99
Internasional
  • Piala Eropa: 1996

PROFIL ALESSANDRO COSTACURTA

Alessandro Costacurta (lahir pada tanggal 24 April 1966 di Orago) adalah seorang pemain sepak bola asal Italia. Dia adalah seorang bek tengah (defender). Untuk saat ini ia masih aktif bermain untuk A.C. Milan dimana ia sudah bermain di klub tersebut sejak tahun 1987.
Bersama tim nasional Italia ia mengikuti ajang Piala Dunia tahun 1994, Piala Dunia tahun 1998 dan juga Piala Eropa 1994. Ia pensiun dari tim nasional pada tahun 1998 dengan total penampilan 59 kali.
Bersama Milan, Ia telah memenangkan 7 kali titel Serie A, Piala Champion Klub Eropa sebanyak 4 kali (1989, 1990, 1994, 2003).
Saat ini (Agustus 2005) ia masih terikat kontrak selama 1 tahun bersama Milan, yang berarti ia masih akan menjadi pemain walau ia sudah berusia 40-an. Ia adalah salah satu pemain setia untuk Rossoneri.
Perjalanan Karier (sampai musim 2004/2005)
Seri A, debut 25 Oktober 1987, Verona-Milan 0-1
Total Penampilan di Seri A, 419 (30 kali bersama Monza sebagai pemain pinjaman) total Gol 2. Total Penampilan di Piala Italia, 70 kali. Total Penampilan di kejuaraan Eropa, 116 Kali.


Ac. Milan Legend 1899 - 2011 ( Trio GreNoli )

Gunnar Gren
(lahir di Gårda, Swedia, 31 Oktober 1920 – meninggal di Göteborg, Swedia, 10 November 1991 pada umur 71 tahun) adalah seorang pemain dan pelatih sepak bola asal Swedia. Bersama kedua temannya, Gunnar Nordahl dan Nils Liedholm, ia membentuk trio legendaris GreNoLi di klub AC Milan dan Swedia. Ia meninggal tanggal 10 November tahun 1991, di Göteborg, Swedia.
Informasi pribadi
Nama lengkap Gunnar Gren Tanggal lahir 31 Oktober 1920 Tempat lahir  
Gårda,Swedia
Tanggal wafat    1 November 1991 (umur 71)  Tempat wafat Göteborg, Swedia
Posisi bermain     Penyerang

Catatan Karier  Gunnar Gren

Klub junior 

Silverkällans IK
BK Strix
Lindholmens BK

Klub senior 
Tahun                         Klub                           Tampil       (Gol)

1936-1937       Göteborgs AIK
1938-1941       Gårda BK                                     54           (16)
1941-1949       IFK Göteborg                             168           (79)
1949-1953       AC Milan                                    133           (38)
1953-1955       AC Fiorentina                               55            (5)
1955-1956       Genoa CFC                                  29            (2)
1956-1957       Örgryte IS


Tim nasional
1939 - 1958     Swedia                                       57           (32)

Kepelatihan 

1952                A.C. Milan
1956-1959        Örgryte IS
1960                Göteborg
1961                Juventus
1963-1964        GAIS
1965-1966        FK Värnamo
1967                Redbedbergslids IK
1968-1969        GAIS

1970                Skogens IF
1973                Fässbergs IF
1976                IK Oddevold

Gunnar Nordahl
(Lahir, 19 Oktober 1921–Alghero – meninggal di Sardinia, 15 September 1995) adalah seorang pemain sepak bola dari Swedia. Bersama dengan Gunnar Gren dan Nils Liedholm, ketiganya dikenal sebagai trio GreNoLi yang ditakuti di AC Milan. Selama kariernya di Milan, Nordahl mengemas 210 goal dalam 257 pertandingan dan merupakan pencetak gol terbanyak bagi Milan sepanjang sejarah. Jumlah golnya tersebut juga merupakan terbanyak kedua di Seri A. Nordahl juga dua kali membawa Milan menjadi juara di Liga Champions (tahun 1951 dan 1955).
Kariernya berawal di Degerfors di Swedia sebelum kemudian pindah ke IFK Norrköping. Bersama Norrköping, ia menjuarai empat gelar Liga Swedia. Selama di Swedia, ia mencetak 149 gol dalam 172 pertandingan. Ia dipanggil ke tim nasional Swedia pada tahun 1945. Pada tahun 1948, ia membawa Swedia menjadi juara Olimpiade dan merupakan pencetak gol terbanyak di turnamen tersebut. Selama empat tahun di timnas, jumlah golnya adalah 44 dari 33 pertandingan.
Ia bergabung dengan Milan pada 22 Februari 1949. Setelah meninggalkan Milan, ia sempat bermain di AS Roma selama dua musim.

Nils Liedholm 
(lahir 8 Oktober 1922 – meninggal 5 November 2007 pada umur 85 tahun) adalah mantan pemain dan pelatih sepak bola berkebangsaan Swedia. Dia pernah membela tim IK Sleipner, IFK Norrköping, dan AC Milan serta menjadi pelatih tim AC Milan, Hellas Verona, A.C. Monza Brianza 1912, A.S. Varese 1910, ACF Fiorentina, dan AS Roma. Di timnas Swedia, dia bermain 21 kali serta membawa timnya meraih tempat kedua di Piala Dunia FIFA 1958. Posisinya adalah gelandang.
Liedholm memperkuat Milan dari tahun 1949-1961 dan memenangi empat gelar Seri A. Ia membela Milan selama 359 kali dan mencetak 81 gol. Liedholm adalah bagian dari trio legendaris GreNoLi (Gunnar Gren, Gunnar Nordahl dan Nils Liedholm). Terkenal akan akurasi operan bolanya, ia pernah membuat sejarah selama dua tahun tidak pernah membuat timnya kehilangan penguasaan bola.

PROFIL ALEXANDRE PATO

Nama Lengkap : Alexandre Rodrigues da Silva
Tempat Lahir : Pato Branco, Brazil
Tanggal Lahir : 2 September 1989
Kebangsaan : Brazil
Posisi : Penyerang
Bermain di Klub : AC Milan

Alexandre Rodrigues da Silva lahir pada tanggal 2 September 1989 di Pato Branco, Parana), Brasil. Pemain yang lebih dikenal dengan sebutan Alexandre Pato ini bermain di posisi striker. Panggilan Pato merupakan penghormatan untuk tempat kelahirannya, tetapi membuat para komentator menyebutnya dengan panggil "Si Bebek".

Pato mulai bermain futsal di kota kelahirannya di usia 3 tahun. Kemampuan dan talentanya sebagai pencetak gol, membuatnya menjadi terkenal di bagian selatan Brasil. Meski ingin memperkuat Gremio, bujukan orang taunya membuatnya bergabung dengan Internacional.

Pada tahun 2000, ketika Pato masih berusia 11 tahun, dokternya mengatakan kalau Pato mengidap tumor yang berbahaya di lengannya, yang terjadi saat lengannya patah. Jika tidak diangkat, 2 bulan kemudian akan menjadi kanker. Keluarganya tidak mampu membiayai operasi tetapi salah satu temen keluarganya yang berprofesi sebagai dokter, mengoperasinya dengan gratis.

Pato mencetak gol bersama Internacional di Piala Dunia Antar Klub FIFA di usia 17 tahun 102 hari yang membuatnya menjadi pencetak gol termuda di kompetisi resmi klub FIFA du saat itu, mengalahkan Pele yang mencetak gol di usia 17 tahun 137 hari. AC Milan kemudian membelinya pada bulan Agustus 2007 dengan membayar transfer sebesar 22 juta Euro. Namun Pato baru resmi bisa diturunkan sejak 4 Januari 2008. Pato mencetak gol pertamanya bersama Milan di debutnya melawan Napoli pada tanggal 13 Januari 2008.

Pato mencetak gol pertamanya bagi tim nasional Brasil ketika pertandingan melawan Swedia di Stadion Emirates milik Arsenal pada tanggal 26 Maret 2008. Mengalahkan rekor Pele dalam mencetak gol dalam beberapa detik pertama saja di debutnya bersama tim nasional
Prestasi

Brazil  
  • Piala Konfederasi FIFA : 2009
  • South American U-20 Championship
  • Sendai Cup : 2006
  • Olimpiade Beijing 2008 : medali perunggu sepakbola Pria
Internasional 
  • Recopa Sudamericana : 2007
  • FIFA Club World Cup : 2006
 Individu
  • Kejuaraan Top-Pencetak gol - 2006
  • Brasil Kejuaraan U-20 Player Paling Berharga - 2006
  • Piala Sendai Top-Pencetak gol - 2006
  • Sendai Piala Kebanyakan Player Berharga - 2006
  • Serie A Pemain Dari Bulan ini - Januari 2009
  • Tuttosport Golden Boy of the Year - 2009
  • 2009 Serie A Pemain Muda Tahun - 2009
  • Player Football Italia Terbaik Oscar Player Muda - 2009

RENZO BURINI

Renzo burini lahir d kota palmanova tgl 10 october 1927...memulai debutxa di serie A bersama AC MILAN Pd tgl 4januari thn 1948 melawan bari MILAN menang 8-1...stlah 3musim bersama AC MILAN Renzo baru bisa mengangkat scudetto brsama milan thn 50-51-----Namun pada 1feb 1953 ktika brjumpa palermo dia cidera kakinya patah shinga dia hrus istrahat hingga akhir musim...stlah musim 1953 usai renzo d pinang lazio dan selama 6musim bersama AC MILAN renzo burini membukukan 190caps dan mencetak 88gol...trus dia hijrah ke lazio thn 53-54 d lazio dia sembuh dr cideraxa.dan menjadi pahlawan ketika lazio mengalahkan roma dlm derbi capitale untuk ajang copa itali dalam 2pertmuan d final dgn skor 3-0 pada thn 1955...dan 2-1 di thn 1958...selama 6 musim brsama lazio membukukan 140caps renzo mencetak 40 gol....pada msim panas 1959 renzo d jual ke cesena dan mengakhiri karirnya bersama cesena pada thn 1962.....Renzo membukukan 66caps dan mencetak 13gol...sblom dia pensiun..Renzo cuma 4kali bermain brsama timnas dan mencetak 1 gol ktika pertandingan pertamanya melawan portugal d kota lisbon yg merupakan pertandingan persahabatan......di mana pada pertandingan trsebut italia menang 4-1...3 pertandingan lainnya melawan yugoslavia 0-0...swiss 1-1 dan german 2-1 italia menang.Total Renzo Burini bermain brsama club 396caps dan mencetak 136 gol bersama 3 club berbeda....


PROFIL FRANK RIJKAARD

Franklin Edmundo Rijkaard (lahir di Amsterdam, Belanda, 30 September 1962; umur 48 tahun) adalah seorang mantan pemain sepak bola asal Belanda, pelatih dan manajer. Rijkaard pernah bermain untuk klub sepak bola Ajax Amsterdam, Real Zaragoza dan AC Milan. Ia bermain untuk timnas sepak bola Belanda sebanyak 73 kali dan menyarangkan 10 gol. Ia menjadi manajer FC Barcelona sejak 2003 hingga 2008 . Posisi Rijkaard di FC Barcelona diganti oleh Josep Guardiola.
Melatih Galatasaray
Sejak 6 Juni 2009 Rijkaard ditunjuk melatih klub raksasa Turki yang berhomebase di Istanbul, Galatasaray.

Profil Demetrio Albertini

TLL : 23-AGUSTUS-1971 beranza in brianza ITALIA
POSISI :MIDFIELDER
KARIER CLUB :
-1988/2002 AC MILAN ( 295 caps 21 gol )
-1990-1991 padova (28 caps 5 gol )
-2002/2003 atletico madrid ( 28 caps 2 gol )
-2003/2004 ss lazio ( 23 caps 2 gol )
-2004 atlanta b.c ( 14 caps 1 gol )
-2005 barcelona ( 5 caps )
KARIER TIMNAS ITALIA :
-1989 U18 (7 caps )
-1990/2002 TIMNAS SENIOR ( 79 caps 3 gol )
PRESTASI CLUB :
AC MILAN : 5 scudetto
5 SCUDETTO :1991/1992
1992/1993
1993/1994
1995/1996
1998/1999
4 SUPER COPPA ITALIA :1988
1992
1993
1994
3 UCL : 1988/1989
1989/1990
1993/1994
3 UEFA SUPER CUP : 1989
1990
1994
SS LAZIO : 1 COPPA ITALI 2003/04
BARCELONA : 1 LA LIGA 2004/05

PROFIL ANDREA PIRLO

Andrea Pirlo (lahir di Flero, Lombardy, Italia, 19 Mei 1979; umur 31 tahun) adalah seorang pemain sepak bola dengan posisi gelandang asal Italia.

Perjalanan karier Pirlo di klub sepak bola: Brescia (1994-1998 dan 2001), Internazionale (1998-1999 dan 2000), Reggina (1999-2000), A.C. Milan (2001- )

Bersama A.C. Milan ia telah memenangkan 1 titel Scudetto, 2 titel Liga Champions dan 1 titel Piala Dunia Antar Klub. Untuk kariernya di tim nasional Italia, ia telah bermain di ajang Euro 2004, memenangkan medali perunggu pada ajang Olimpiade tahun 2004, dan menjadi juara di Piala Dunia 2006.

Ia mulai dikenal di kalangan pesepak bola sejak ia bermain di tim nasional Italia U-21, bersama dengan Gennaro Gattuso, Nicola Ventola, dan Christian Abbiati. Walau pada awal kariernya ia adalah seorang gelandang menyerang tapi ia dapat beradaptasi menjadi seorang gelandang tengah bertahan seperti yang ia lakoni sampai saat ini di klubnya. Ia adalah seorang inspirator lapangan yang kreatif, dimana banyak gol-gol yang lahir dimulai dari pergerakan/umpan-umpannya.

Untuk saat ini ia dihargai oleh banyak pihak sebagai salah satu gelandang terbaik, terutama di Serie A. Pirlo adalah seorang pemain dengan bakat yang hebat dalam hal kreativitas dan mengumpan bola, menjadikan ia seorang playmaker di klub yang dibelanya saat ini, A.C. Milan. Meskipun posisinya berada tepat di depan barisan pertahanan (gelandang bertahan), namun ia sering maju ke depan untuk memberi umpan-umpan kepada para penyerang. Selain itu, dia juga dikenal mempunyai tendangan bebas yang akurat.


PROFIL IL'CAPITANO PAOLO MALDINI

Paolo Maldini (lahir di Milan, Italia, 26 Juni 1968; umur 42 tahun) adalah seorang pesepak bola Italia. Sepanjang kariernya dia hanya bermain di klub AC Milan, di mana dia paling sering diposisikan sebagai bek kiri dan bek tengah. Ia bertinggi tubuh 188 cm. Maldini adalah salah satu legenda sepak bola Italia yang sangat disegani. Meskipun sekarang umurnya sudah hampir mencapai kepala empat, tapi dia tetap konsisten dengan permainannya. Di Milan, saat ini ia sering dipasangkan dengan Alessandro Nesta jika bermain sebagai bek tengah.

Di pentas Seri A, Paolo Maldini berhasil menyamai rekor penampilan Dino Zoff di Seri A sebanyak 570 kali pada 18 September 2005 dalam pertandingan melawan Sampdoria. Pertandingan tersebut juga merupakan yang ke-800 dalam kariernya bersama AC Milan. Kontrak Maldini awalnya akan berakhir pada akhir musim 2007-08 namun kemudian diperpanjang hingga musim 2008-09. Untuk dedikasi terhadap klubnya, AC Milan, seragam bernomor 3 akan turut dipensiunkan sampai putranya, Christian, masuk ke skuad utama AC Milan.
[sunting] Karier klub

Debut Maldini di Seri A terjadi pada tahun 1985 melawan Udinese, saat berusia 16 tahun. Sejak saat itu dia mempunyai karier yang cemerlang, memenangi banyak trofi bersama Milan (hingga 2007: 7 gelar Seri A dan 4 gelar Liga Champions). Maldini bisa dikatakan adalah bek terbaik di dunia pada puncak kariernya. Hal ini ditandai dengan keberhasilan Maldini meraih Ballon d'Or versi majalah France Football pada tahun 1994.

Pada debutnya, Maldini dipasang oleh pelatih Nils Liedholm sebagai bek kanan. Musim berikutnya, posisi Maldini diubah menjadi bek kiri, seiring kemampuannya menggunakan kedua kakinya. Di posisi ini Maldini melegenda sampai bertahun-tahun sebagai seorang bek kiri. Pada tahun 1997, setelah Franco Baresi (kapten dan bek tengah Milan) pensiun, Maldini mulai dicoba posisi sebagai bek sentral. Peran ini dilakoni dengan baik, hingga saat ini Paolo Maldini juga dikenal sebagai seorang bek sentral. Maldini juga dikenal akan kepemimpinannya yang berpengaruh, temperamennya yang tenang dan pertahanannya yang tanpa cela.

Maldini adalah orang ke-5 yang tampil seratus kali di Liga Champions sepanjang sejarah seiring dengan penampilannya melawan Glasgow Celtic di babak kedua Liga Champions Eropa 2006/2007. Setelah 22 tahun membela Milan, Maldini melempar pernyataan tentang kemungkinan dirinya akan pensiun pada akhir musim 2007/2008, seiring dengan berakhir kontrak dirinya dengan Milan. Namun, menginjak usia 40 tahun pada bulan Juni 2008, Maldini masih akan bermain untuk Milan pada musim 2008/2009. Maldini benar-benar pensiun pada musim 2009, ia telah memutuskan untuk pensiun dari AC milan, klub yang telah membesarkan namanya.
[sunting] Tim nasional

Sama dengan karier klub-nya, Paolo Maldini pertama bermain di tim nasional sebagai bek kiri. Pada tahun 1998, Paolo Maldini pertama kali bermain sebagai bek sentral dalamm sistem tiga bek tengah di Piala Dunia 1998. Selepas itu, seiring dengan perannya di klub, Maldini selalu bermain sebagai bek sentral di tim nasional sampai menyatakan mundur pada tahun 2002.

Maldini adalah pemain dengan rekor penampilan terbanyak dalam tim nasional Italia meski belum pernah meraih gelar pada tingkat internasional. Maldini berpartisipasi di empat Piala Dunia, dan turut serta dalam final Piala Dunia 1994. Dia pensiun dari timnas setelah Piala Dunia 2002 dengan jumlah penampilan 126 kali dan mencetak 7 gol. Selain itu, Paolo Maldini juga 3 kali masuk ke dalam skuad Italia di Piala Eropa, yaitu di tahun 1988, 1996 dan 2000. Pada Piala Eropa 2000 Maldini menjadi kapten dari tim nasional Italia yang kalah dramatis dari Perancis di final.

Setelah pensiun dari timnas, Paolo Maldini masih bermain untuk AC Milan, dan membantu klub tersebut memenangi gelar juara Liga Champions tahun 2003 dan juara Serie A Italia pada tahun berikutnya. Sehingga muncul tuntutan publik yang menginginkan Maldini untuk keluar dari masa pensiun timnas-nya guna mengikuti Piala Eropa pada tahun 2004, namun hal tersebut ditolak dengan alasan pribadi. Pada 31 Mei 2009 menjadi lembaran akhir Maldini berkaos AC Milan. Ia resmi gantung sepatu di laga terakhirnya AC Milan versus Fiorentina di kandang Fiorentina. Pertandingan itu dimenangkan AC Milan dengan skor 2-0.
[sunting] Kehidupan Pribadi

Paolo Maldini lahir dari keluarga pesepak bola. Ayahnya, Cesare, merupakan kapten AC Milan pada tahun 1960-an yang turut menjuarai Piala Champions pada tahun 1963. Generasi ketiga Maldini yang merupakan putra pertama Paolo dengan model asal Venezuela Adriana Fossa, Christian Maldini, saat ini juga masuk ke dalam klub AC Milan untuk kategori tim muda.

PROFIL PIPPO INZAGHI

Filippo "Pippo" Inzaghi Cavaliere Ufficiale OMRI (lahir di Piacenza, 9 Agustus 1973; umur 37 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Italia yang berposisi sebagai penyerang. Julukannya adalah Pippo atau Superpippo. Saat ini ia bermain bagi A.C. Milan yang telah dibelanya sejak tahun 2000. Ia adalah pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah kompetisi Eropa (70 gol), sebelum rekornya disamai oleh Raúl González.[2]

Ia juga adalah pencetak gol terbanyak untuk Milan di kompetisi internasional dengan 43 gol, dan pemain yang paling sering mencetak Hattrick di pentas Seri A (10) dan di Liga Champions (3 - sama dengan Michael Owen)

Inzaghi juga satu-satunya penyerang yang bisa mencetak gol di semua kompetisi yang diikuti oleh klub dari eropa, setelah dua gol yang ia sarangkan ke gawang Boca Juniors pada final Piala Dunia Antarklub tahun 2007.

Adiknya, Simone Inzaghi, juga adalah seorang pemain sepak bola profesional.

PROFIL KAKA

Ricardo Izecson dos Santos Leite (lahir di Brasília, 22 April 1982; umur 28 tahun), lebih dikenal dengan nama Kaká, adalah seorang pemain sepak bola asal Brasil yang kini membela klub Real Madrid (bergabung tahun 2009; sebelumnya pada 2003-2009 di A.C. Milan). Kaká umumnya bermain di posisi gelandang serang ataupun penyerang. Ia dikenal mempunyai dribble yang sangat baik serta umpan-umpan yang akurat. Tinggi badannya ialah 186 cm.
Kaká menikah dengan Caroline Celico pada 23 Desember 2005 di sebuah gereja di São Paulo, Brasil.

Masa kecil
Kaká dilahirkan di Brasília, Brazil pada tanggal 22 April 1982, ia merupakan anak dari pasangan Simone Cristina dos Santos Leite dan Bosco Izecson Pereira Leite. Kaká mempunyai adik laki-laki, Rodrigo, yang dikenal sebagai Digão, yang mengikuti langkahnya bermain bola di Italia.
Nama panggilannya Kaká, diambil dari bahasa aslinya, Bahasa Portugis, yang diucapkan seperti ejaannya, dengan penekanan pada suku kata kedua yang ditandai dengan aksen. Itu biasa dipakai untuk menyingkat nama "Ricardo" di Brasil, bagaimanapun juga, Kaká mendapatkan nama panggilannya dari adiknya, Rodrigo, yang tidak bisa mengucapkan kata "Ricardo" ketika mereka masih kecil. Rodrigo memanggil kakaknya "Caca" yang kemudian berganti menjadi Kaká. Di Eropa ia dikenal dengan pamnggilan RickyKaka.
Pada bulan September 2000, di usia 18 tahun, Kaká mengalami ancaman pada kariernya dan kemungkinan patah tulang belakang yang menyebabkan lumpuh sebagai akibat dari sebuah kecelakaan kolam renang. Hal yang terburuk tidak terjadi dan Kaká pulih sepenuhnya dari insiden itu. Dia bersyukur kepada Tuhan atas kesembuhannya dan sejak saat itu ia menyumbangkan penghasilannya untuk gerejanya. untuk itulah setiap kali ia mencetak gol tangannya selalu di arakan keatas ,bertanda rasa terimah kasih kepada Tuhan.Begitupun bajunya,di balik baju olahraganya ada baju dengan tulisan seperti I belong to Jesus dan sebagainya.Tulisan itu biasanya ditunjukkan sesudah mencetak gol atau saat akhir pertandingan di stadium.


 Karier klub
Kaká dengan AC Milan
Kaká menandatangani kontrak dengan São Paulo pada usia 15 tahun dan memimpin tim juniornya pada kemenangan ‘Copa de Juvenil’. Ia memulai debutnya di São Paulo FC tahun 2001 ketika di berusia 18 tahun. Pada musim pertama, ia mengoleksi 12 gol dalam 27 pertandingan dan 10 gol dalam 22 pertandingan di musim berikut. Pada usia 17 tahun, ketika ia masih dalam tim junior, Sao Paulo berniat menjual Kaká ke tim dari Liga divisi 1 Turki, Gaziantepspor. Transaksi tidak terjadi, karena manajer Gaziantepspor, Nurullah Sağlam, dan dewan pengurus tim itu menolak untuk membayar $1.5m untuk pemuda 17 tahun itu. Setelah bergabung dengan tim senior São Paulo FC, penampilan Kaká menarik perhatian klub-klub Eropa.
Dia bergabung dengan AC Milan(Satu paket dengan adiknya,digao) dengan bayaran US $8.5 m, jumlah yang dianggap sedikit oleh pemilik klub Silvio Berlusconi. Dalam sebulan, ia telah masuk ke dalam tim utama dan sejak saat itu pula ia menjadi starter. Debutnya di Serie A adalah ketika Milan bertandang melawan A.C. Ancona, menang 2-0. Dia menghasilkan 10 gol dalam 30 pertandingan pada musim itu, memenangkan Serie A dan Piala Super Italia.
Kaká adalah bagian inti dari lima orang pemain tengah pada musim 2004-2005, biasa bermain dalam posisi penyerang bayangan di belakang striker Andriy Shevchenko. Dia mengoleksi 7 gol dalam 36 pertandingan liga dan juga memenangkan Piala Super Italia bersama dengan klubnya. Milan meraih posisi kedua setelah Juventus di Serie A dan dalam partai final dengan Liverpool pada adu penalti di Piala/Liga Champions.
Salah satu gol Kaká yang sangat menakjubkan adalah ketika melawan Fenerbahçe SK di pertandingan pertama AC Milan dalam Piala/Liga Champions 2005-06, Rossoneri menang 3-1. Gol itu membuatnya disamakan dengan Diego Maradona, karena Kaká memulai larinya dari tengah lapangan dan melewati tiga ganjalan sebelum memasuki daerah penalti dan menyelesaikannya dengan shot rendah di bawah kiper Fenerbahçe, Volkan Demirel.
Pada 9 April 2006, ia membuat tiga gol pertamanya dalam pertandingan melawan Chievo Verona. Ketiga golnya dihasilkan pada babak pertama. Pada 2006, Real Madrid menunjukkan ketertarikannya menggaet bintang 25 tahun ini, tetapi Milan dan Kaká menolak untuk menjual. Kaká telah menandatangani perpanjangan kontrak dengan Milan hingga 2011.
Pada 1 November 2006, AC Milan lolos babak penyisihan Piala/Liga Champions setelah Kaká membuat tiga gol yang membantu timnya menang 4-1 melawan R.S.C. Anderlecht. Ini adalah tiga gol keduanya di Milan dan tiga gol pertamanya di kompetisi Eropa.
Kemudian pada tanggal 8 Juni 2009, Kaká bergabung dengan Real Madrid dengan kontrak 6 tahun, dengan nilai transfer yang diperkirakan sekitar 65 Juta Poundsterling.

 Tim nasional
Kaká di timnas Brasil
Kaká melakukan debut internasionalnya pada bulan Januari 2002 dalam pertandingan melawan Bolivia. Dia adalah bagian dari tim nasional yang menang pada Piala Dunia 2002, tetapi aksinya tidak terlalu terlihat karena hanya bermain 19 menit di babak pertama pertandingan Kosta Rika. Pada tahun 2003, dia menjadi kapten tim dalam turnamen Piala Emas di Amerika Serikat dan Meksiko, memimpin Brasil ke posisi kedua dan membuat gol yang menentukan dalam pertandingan melawan Kolombia. Setelah itu, dia beraksi di Piala Konfederasi 2005, dengan Kaká menciptakan gol dan menang dalam pertandingan final melawan Argentina (dalam perayaan setelah pertandingan, dia dan rekan-rekan setimnya memakai T-shirt dengan tulisan "Jesus Loves You--Yesus mencintaimu" dalam berbagai bahasa.) Dia berhasil mendapat tempat ke-10 dalam voting penghargaan untuk FIFA World Player of the Year 2004. Pada kompetisi tahun 2005, ia naik dua peringkat lebih tinggi. Terakhir, ia membantu Brasil dalam masuk kualifikasi pada Piala Dunia 2006. Kaká semakin matang sebagai pemain dan dianggap sebagai salah satu pesepak bola terbaik dari Brasil. Dia mencatatkan gol pertama Brazil di Piala Dunia 2006 pada pertandingan melawan Kroasia tanggal 13 Juni 2006. Pada 3 September 2006 dia menyumbangkan salah satu gol briliannya untuk tim Brazil setelah melakukan umpan yang membuahkan gol kepada pemain yang baru masuk, Elano Blumer. Kaká mendapat bola dari pantulan sepak pojok Argentina, dan mengambil bola dari ¾ lapangan lalu mencetak gol. Pada 15 November 2006, Kaká dipilih sebagai kapten Brazil dalam pertandingan persahabatan melawan Swiss karena absennya kapten Brasil sebelumnya, Lucio yang disebabkan oleh cedera.
Piala Dunia 2006
Pada pertandingan pertama Brasil di grup F, Kaká mencetak gol di menit ke-99 saat melawan Kroasia. Tendangan kaki kiri dari jarak 25 meter membuat Brazil meraih kemenangan 1-0. Media menganggap Kaká sebagai satu-satunya anggota dari "magic quartet" – Adriano, Kaká, Ronaldo, Robinho and Ronaldinho yang dihasilkan dalam pertandingan itu. Dan juga ketika melawan Ghana dia mencatatkan dirinya dalam sejarah dengan mengumpan kepada Ronaldo, yang akhirnya menghasilkan gol, sehingga Ronaldo memecahkan rekor Gerd Müller, gol terbanyak di Piala Dunia. Kaká ternyata tidak dapat meneruskan kinerjanya ke pertandingan selanjutnya dan Brasil dikalahkan oleh Perancis di perempat final.
[sunting] Piala Dunia Afrika Selatan 2010
Bermain untuk tim Brazil di grup G, pada pertandingan keduanya melawan Pantai Gading Kaka memberikan kontribusi untuk gol yang dicetak Luis Fabiano. Sayangnya Kaka terpancing emosi oleh permainan keras tim Pantai Gading yang menyebabkanya mendapat kartu merah. Jika tidak, ia berpeluang menjadi Man of The Match yang akhirnya disandang Luis Fabiano.

Kehidupan pribadi dan agama
Kaká dengan Caroline Celico
Kaká menikahi Caroline Celico di Gereja pada 23 Desember 2005, dua tahun setelah kepindahan Kaká dari Sao Paulo ke Milan. Caroline dilahirkan pada 26 Juli 1987, anak dari Rosangela Lyra, direktur Dior di Brazil dan Celso Celico, seorang pengusaha. Dia dan Kaká bertemu pada tahun 2001 ketika ia masih seorang menjadi seorang siswi dan Kaká masih bermain untuk São Paulo Football Club. Pernikahannya dihadiri 600 orang, termasuk rekan-rekan pesepak bola: Cafu, Ronaldo, Adriano, Dida, Júlio Baptista dan juga pelatih nasional Brasil, Carlos Alberto Parreira. Caroline berencana mendapatkan gelar sarjana bisnis dari universitas di Milan.
Kaká adalah seorang penganut Kristen yang taat. Dia dikenal suka memakai Christian geardari dulu: dia pernah memakai T-shirt dengan tulisan I Belong to Jesus dalam beberapa pertandingan, seperti saat perayaan kemenangan Brasil di Piala Dunia 2002, dan perayaan Scudetto Milan pada Mei 2004. Dia menggunakan sepatu yang ditambah dengan tulisan pada lidah sepatunya. Tiap kali ia mencetak gol dia menunjuk dengan jari-jarinya ke langit sebagai tanda terim kasihnya kepada Tuhan dan mungkin ini yang pertama bagi seorang pesepak bola yang di levelnya: Dia bangga bahwa dia masih virgin ketika dia menikah.
Tidak seperti kebanyakan pemain bola lainnya, minuman yang disukai Kakà hanyalah air putih dimana kebanyakan pesepak bola lainnya lebih suka menenggak minuman-minuman keras sambil berpesta di bar. Walau sempat diremehkan rekan-rekannya, ia tetap konsisten pada pendiriannya sehingga akhirnya ia justru dihormati teman-temannya, keukaanya mendengar musik gospel juga aneh di kalangan pemain yang lain ia sangat mengidolakan penyanyi gospel Brasil, Aline Baros. Kakà suka dengan kepribadiannya yang saleh. Semua rekan-rekannyanya sama sekali tidak mengetahui Aline Baros karena mereka mungkin lebih memilih musik bertipe rock, dan lain-lain. Hal ini pulalah yang dulu membuat hubungan Kakà dan Andriy Shevchenko sangat dekat, Shevchenko juga seorang pribadi religius sehingga Kakà merasa begitu dekat dengannya, namun hubungan itu harus terputus setelah Shevchenko pindah ke Chelsea musim 2006, tetapi Kakà kadang-kadang masih menyempatkan diri menghubungi Shevchenko. Kakà sangat menyukai warna putih yang melambangkan kesucian serta ketulusan. Kakà sangat suka berdoa, bahkan ia sering mengajak rekan-rekannya turut berdoa. Kakà termasuk seorang penggila mobil Ferrari, ia suka dengan modelnya yang sporty dan elegan. Kakà juga mengidolakan aktor Tom Hanks.
[sunting] Serba-Serbi
  • Kaká adalah anggota organisasi "Athletes of Christ".
  • Dalam bahasa Italia, bahasa bekas klubnya (AC Milan), padanan kata fonetisnya tertulis sebagai Kakà. Bagaimanapun juga, nama yang tertulis di kaos pemain dieja KAKA'(dengan tanda petik satu, bukan A dengan aksen) baik di klubnya di Milan maupun di tim nasional Brazil dulu. Pada Piala Dunia 2006, bagian punggung kaosnya tertulis KAKÁ. Kaká juga diambil dari bahas Portugis.
  • Sejak November 2004, Kaká telah menjadi duta Against Hunger untuk Program World Food PBB. Dia adalah duta yang paling muda pada saat dia ditunjuk.
  • Musik favorit Kaká adalah musik gospel.
  • Moto hidup Kaká adalah "I belong to Jesus" dan "God is faithful", yang ia jahitkan pada lidah sepatu Adidas Predator Absolutenya.
Prestasi
Pemain terbaik dunia versi FIFA tahun 2006

Klub
  • Piala Super Eropa: 2003
  • Serie A: 2004
  • Piala Super Italia: 2004
  • Piala/Liga Champions: 2006-07
  • Piala Dunia Antarklub: 2007

Internasional
  • Piala Dunia: 2002
  • Piala Konfederasi: 2005, 2009

Prestasi individu
  • Bola de Ouro (Golden Ball; Pemain Terbaik Liga Brazil), 2002
  • UEFA Club Football Awards 2004-05, Pemain Tengah Terbaik
  • Pencetak gol terbanyak Liga Champions 2006-07 (10 gol)
  • Pemain Terbaik Dunia FIFA 2006-07
  • Ballon d'Or (2007)
  • Pemain terbaik pada Piala Konfederasi FIFA 2009


Profil Andriy Shevchenko

Andriy Shevchenko (Андрій Шевченко, Андрій Миколайович Шевченко - Andriy Mikolaiovich Shevchenko, Андрей Николаевич ШевченкоAndrei Nikolaevich Shevchenkolahir di Dvirkivschyna, Uni Soviet, 29 September 1976; umur 34 tahun; juga akrab dipanggilSheva) adalah seorang pemain sepak bola Ukraina yang bermain sebagai striker untuk AC Milan dan Ukraina. Bertinggi tubuh 183 cm.
Shevchenko memulai kariernya dengan klub Ukraina Dinamo Kiev, di mana di bawah arahan Valeri Lobanovsky dia tumbuh menjadi salah satu pemain yang paling penting dan terampil di klub tersebut, hal itu dibuktikannya dengan membawa Dynamo Kyiv menjadi semifinalis Liga Champions musim 1998/1999, ketika itu mereka disingkirkan oleh FC Bayern Munich. tim yang dikalahkan Dynamo Kyiv bukanlah klub dengan reputasi semenjana. dari Arsenal hingga Real Madrid pernah menjadi tim yang merasakan eksplosivitas pemain yang ketika itu diincar oleh sembilan klub besar eropa. mulai dari AC Milan, Lazio, Juventus, Real Madrid, Barcelona, Arsenal, FC Bayern Munich, Manchester United dan Liverpool.
Pada 1999, Shevchenko bergabung dengan AC Milan di Italia dengan harga sebesar $26 juta dan telah menjadi salah seorang pemain terpenting Milan. Sejak bergabung dengan Milan, dia telah dua kali meraih gelar Seri A, pada musim 1999/2000, dan 2003/2004. Selain itu, dia juga telah satu kali mencicipi gelar Piala/Liga Champions pada musim 2002/2003. Pada Liga Champions musim 2005/2006 ia mencetak sejarah sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah liga tersebut. Pada Mei 2006, ia pindah ke Chelsea FC di Liga Inggris dengan rekor transfer termahal di Inggris saat itu dengan alasan bahwa ia ingin anaknya dibesarkan di lingkungan berbahasa Inggris. Saat pindah, ia merupakan pencetak gol terbanyak kedua sepanjang sejarah bagi Milan di belakang Gunnar Nordahl dengan 173 gol. Kariernya di Chelsea tidak secemerlang di Milan dan ia hanya mencetak 22 gol dalam 76 pertandingan di seluruh kompetisi (9 gol dalam 47 pertandingan di liga). Pada 23 Agustus 2008, Chelsea mengumumkan persetujuan kembalinya Shevchenko ke Milan.[1]
Pada Desember 2004 Shevchenko dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Eropa tahun itu. Dia juga disebut oleh Pele sebagai salah satu dari 125 pesepak bola terbaik dunia yang masih hidup pada bulan Maret 2004.


Profil Ruud Gullit

Ruud Gullit (lahir di Amsterdam, Belanda, 1 September 1962; umur 48 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Belanda. Ia bersama dengan Marco van Basten dan Frank Rijkaard merupakan bagian dari timnas sepak bola Belanda yang memenangkan Piala Eropa pada tahun 1988.
Ruud Gullit, yang sebenarnya bernama Ruud Dil, lahir di Amsterdam sebagai anak di luar nikah dari seorang Suriname bernama George Gullit dan wanita asli Amsterdam bernama Ria Dil. George Gullit berhijrah dari Suriname pada tahun 1958 dengan istri dan ketiga anaknya. Ria Dil adalah wanita simpanannya. Mudah dicirikan karena memiliki gaya main yang begitu keras, berbadan besar, dengan tendangan yang sangat akurat, serta ciri khasnya, rambut gimbal yang unik. Sekarang menjabat sebagai pelatih salah satu klub di amerika , Los Angeles Galaxy.

Profil George Weah

George Manneh Oppong Ousman Weah (lahir di Monrovia, 1 Oktober 1966; umur 44 tahun) adalah seorang politikus dan mantan pemain sepak bola Liberia.
Weah dilahirkan pada 1966 dari keluarga dengan 12 anak dan tumbuh di lingkungan kumuh di Monrovia. Pada tahun 1995, ia meraih penghargaan Pemain Terbaik FIFA, sehingga merupakan orang Afrika pertama yang meraih gelar tersebut, Pemain Terbaik Eropa, serta Pemain Terbaik Afrika. Ia sering dianggap sebagai salah satu pemain sepak bola Afrika terbaik sepanjang masa. Sepanjang kariernya, ia telah bermain di beberapa klub di Eropa, termasuk Monaco, Paris Saint Germain, dan AC Milan. Meskipun sukses di klub, ia belum pernah mencicipi ajang Piala Dunia FIFA bersama dengan tim nasional sepak bola Liberia.
Sejak pensiun, Weah beralih menjadi politikus. Ia dikalahkan oleh Ellen Johnson-Sirleaf dalam pemilu presiden Liberia pada Oktober dan November 2005.
Karier sepak bola
  • Invincible Eleven (Liberia)
  • Tonnerre Yaoundé (Kamerun)
  • 1988-1992 - Monaco
  • 1992-1995 - Paris Saint Germain
  • 1995-2000 - AC Milan
  • 2000 - Chelsea
  • 2000 - Manchester City
  • 2000-2001 - Olympique Marseille
  • 2001 - Al Jazeera FC (Uni Emirat Arab)
Profil Marco van Basten

Marcell "Marco" van Basten (lahir di Utrecht, Belanda, 31 Oktober 1964; umur 46 tahun) adalah seorang mantan pemain sepak bola berkebangsaan Belanda. Ia adalah mantan pelatih tim sepak bola Belanda dan mantan pelatih Ajax Amsterdam. Sebelumnya, semasa masih menjadi pemain ia bermain untuk tim Ajax Amsterdam dan A.C. Milan di tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an. Ia dikenal sebagai salah satu penyerang depan yang handal di sepanjang sejarah dan mencetak sebanyak 276 gol dalam kariernya. Dikenal atas kekuatannya dalam penguasaan bola, kemampuan taktis serta tendangan keras dan volinya yang spektakuler, van Basten meraih penghargaan Pemain Sepak bola Terbaik Eropa sebanyak tiga kali (tahun 1988, 1989 dan 1992) juga Pemain Terbaik Dunia FIFA di tahun 1992. Kariernya sangat singkat, pada umur 29 tahun, ia sudah pensiun karena cederanya yang parah dan kambuhan. Bahkan, pada penghormatan terakhirnya di San Siro, membuat pelatih Milan saat itu, Fabio Capello menangis.

Profil Gianni Rivera

Giovanni ("Gianni") Rivera (lahir di Alessandria, Italia, 18 Agustus 1943; umur 67 tahun) merupakan mantan pemain sepak bola Italia yang memenangkan Pemain Terbaik Eropa pada tahun 1969. Dia sekarang berkarier sebagai politikus. Dia dipanggil golden boy dalam sepak bola Italia.
Gelar
  • 4 × Italian cup (1967, 1972, 1973, 1977)
  • 3 × Italian title (1962, 1968, 1979)
  • 2 × Cup Winners Cup (1968, 1973)
  • 2 × European Cup (1963, 1969)
  • 1 × European Player of The Year (1969)
  • 1 × European Player of The Year runner-up (1968)
  • 1 × World Cup runner-up (1970)
  • 1 × Italian League Top Scorer (1973)
  • 1 × Intercontinental Cup (1969)
  • 1 × European Championship (1968)

PROFIL ZVONIMIR BOBAN

Zvonimir Boban (lahir pada tanggal 8 Oktober 1968, di Imotski, Kroasia) adalah seorang pemain sepak bola asal Kroasia yang meraih hampir seluruh kesuksesannya bersama tim A.C. Milan. Ia bermain sebagai gelandang menyerang ("playmaker") yang kreatif.
Karier profesionalnya dimulai bersama klub Dinamo Zagreb. Ia memainkan peranan yang besar memenangkan tim Yugoslavia pada kejuaraan Piala Dunia Junior tahun 1987. Walau pada akhirnya ia menjadi pemain untuk tim nasional Kroasia menyusul terjadinya perpecahan di Negara Federasi Yugoslavia.
Pada tahun 1991, Boban pindah ke klub A.S. Bari, tetapi ia hanya bertahan setahun di sana karena Milan merekrutnya pada musim berikutnya. Ia bermain bersama Milan selama 9 musim kompetisi dan menikmati kesuksesan bersama klub itu. Ia membantu Milan merebut titel Liga Champions pada tahun 1994 dan menjadi runner up pada tahun berikutnya. Bersama Milan juga ia telah memenangkan 4 titel juara Seri A. Pada tahun 2001 setelah perannya di Milan digantikan oleh Rui Costa, ia bermain untuk Celta Vigo dengan status pemain pinjaman selama 1 tahun dan memutuskan untuk pensiun sebagai pemain pada tahun 2002.
Boban memainkan peranan yang sangat penting untuk tim nasional Kroasia saat merebut posisi ketiga pada Piala Dunia tahun 1998 di Perancis. Di kompetisi itu dan juga Piala Eropa tahun 1996, ia menjadi kapten kesebelasan Kroasia. Bersama tim nasional ia telah bermain sebanyak 51 kali pada rentang waktu 1990 sampai dengan 1999 dengan total gol yang ia cetak sebanyak 12.
Sejak pensiun sebagai pemain sepak bola, ia menamatkan kuliahnya di Universitas Zagreb. Ia juga bekerja sebagai pembicara untuk acara olahraga di sebuah stasiun TV Kroasia bernama "RTL Televizija" dan statiun TV Italia Sky Italia.

PROFIL DEJAN SAVICEVIC

Dejan Savićević (lahir 15 September 1966) merupakan seorang mantan pemain sepak bola berkebangsaan Montenegro. Dia kini menjabat sebagai presiden Asosiasi Sepak bola Montenegro. Dia pernah membela klub Budućnost Titograd, Red Star Belgrade, A.C. Milan, Red Star Belgrade, dan Rapid Wien. Di timnas Serbia, dia bermain 56 kali dan mencetak 19 gol. Dejan Savicevic adalah salah satu pemain yang sangat jenius . Ia memiliki skill yang sangat bagus . Ia memiliki julukan Si Jenius dari Montenegro.Ia pernah mengantar AC Milan menjadi juara liga champion.

PROFIL FRANCO BARESI

Franco Baresi (lahir di Travagliato, Brescia, 8 Mei 1960; umur 50 tahun) adalah seorang pemain sepak bola asal Italia. Posisinya adalah pemain belakang (stoper). Ia menghabiskan sepanjang kariernya di AC Milan, dari tahun 1977 hingga 1997, dan merupakan salah seorang legenda Milan. Nomor punggungnya, 6, kini dipensiunkan oleh Milan, sehingga tak akan ada lagi pemain AC Milan yang mengenakan nomor tersebut.
Baresi 81 kali memperkuat tim nasional sepak bola Italia, dari tahun 1982 hingga 1994. Ia tampil dalam dua Piala Dunia FIFA, 1990 dan 1994. Dalam final tahun 1994 melawan Brasil, ia adalah salah seorang pemain yang penaltinya gagal sehingga turut menyebabkan kekalahan Italia di pertandingan tersebut.Sejak tahun 2002 ia menjadi pelatih tim remaja Milan.

PROFIL MAURO TASSOTI

Mauro Tasssotti (Roma, 19 Januari 1960) adalah pesepak bola Italia yang biasa bermain di posisi bek untuk klubnya. Setelah gantung sepatu ia beralih profesi menjadi pelatih, tetapi sampai saat ini ia masih sebatas asisten pelatih di AC Milan.
Karier bersama tim nasional sepak bola Italia dirasakan antara tahun 1992-1994 dengan mengemas 8 penampilan. Mauro Tassotti merasakan Piala Dunia tahun 1994 di Amerika Serikat.

PIETRO LANA
Lahir di Milan pada 10 Oktober 1888, adalah seorang striker yang dijuluki "Infanteri", handal dalam penggunaan kaki kiri.

Pada 1908 ia adalah bagian dari kelompok pembangkang yang mendirikan tim kedua di tubuh Milan: Internazionale. Tapi, Lana segera bertobat, dan kembali ke barisan Rossoneri.

Debut liga Lana adalah melawan sepupu mereka, 10 Januari 1909, dalam derby pertama musim itu (yang ketiga dalam sejarah derby).

Pertandingan disaksikan sekitar 150 orang di lapangan Bronzetti, pada musim dingin. Sangat berat, ditambah lagi wasit yang memimpin adalah Goodley, mantan pemain dan manajer Juventus. Hasil akhir adalah 3-2 untuk Milan.
Inter mengadukan keabsahan pemain Milan asal Jerman, Johann Ferdinand Madler. AC Milan membalas dengan pengaduan yang sama untuk pemain Inter asal Swiss, Jamie Niedermann. Federasi sepakbola Italia menyatakan hasil akhir tetap 3-2 untuk Rossoneri. Dalam pertandingan tersebut, La Gazzetta dello Sport menggambarkan Lana sebagai pencetak gol yang baik.

...........................................................
Setelah itu, Pietro Lana menapaki jenjang sejarah sepak bola Italia ketika tampil sebagai pemain nasional Italia.

Tanggal 15 Mei 1910, Arena Theatre di Milan.
Formasi tim Italia: De Simoni, Varisco, Cali, Trerè, Fossati, Capello D., Debernardi, Rizzi, A. Cevenini, Lana, Boiocchi. (Manager: Umberto Meazza).
Jam 15:30, kickoff pertandingan pertama tim nasional Italia sepanjang sejarah dimulai.
Lana membuka skor setelah beberapa menit, dan itu adalah awal dari parade gol yang menghancurkan Perancis.
Gol Lana ini adalah gol pertama timnas Italia sepanjang sejarah.
Pada pertandingan ini, Lana juga mencetak gol pertama Italia yang berasal dari titik penalti.
Dan yang paling mengesankan adalah Lana mencetak hattrick pada pertandingan itu, yang mana adalah hattrick pertama timnas Italia sepanjang sejarah. Pertandingan berakhir dengan skor 6-2 untuk Italia.

Italia bermain dengan menggunakan jersey putih karena alasan ekonomi (biaya kurang), para pemain mengenakan kaus kaki dari klubnya sendiri, menyediakan bahkan membeli sepatu sendiri untuk pertandingan itu. Dan sehabis pertandingan, pemain-pemain Italia mendapat hadiah dari sekitar 40.000 penonton, yaitu berbungkus-bungkus rokok yang dilemparkan ke tengah lapangan. :)

Namun, Lana hanya bermain satu pertandingan lagi sebagai pemain timnas yaitu pada tahun itu juga, namun tidak mencetak gol, dan mengalami kekalahan 1-6 melawan Hungaria.
Total penampilan di timnas Italia : 2 pertandingan, 3 gol (yaitu : gol pertama Italia, penalty pertama Italia, hattrick pertama Italia.  Mantaaaaaaaap..)

Sebagai pemain Milan (1907-1914), Lana bermain sebanyak 51 kali dan mencetak 18 gol.

Pietro Lana meninggal di Milan pada tanggal 6 Desember 1950.
Namanya akan tetap harum selamanya dalam sejarah sepak bola Italia.

DAFTAR PRESIDEN AC MILAN
* 1899-1909 Alfred Edwards
* 1909-1909 Giannino Camperio (regent)
* 1909-1928 Piero Pirelli
* 1928-1930 Luigi Ravasco
* 1930-1933 Mario Bernazzoli
* 1933-1935 Luigi Ravasco (komisi khusus)
* 1935-1936 Pietro Annoni
* 1936-1936 Annoni, Lorenzini dan Valdameri (majelis regent)
* 1936-1939 Emilio Colombo
* 1939-1940 Achille Invernizzi
* 1940-1944 Umberto Trabattoni (komisi khusus)
* 1944-1945 Toni Busini
* 1945-1954 Umberto Trabattoni
* 1954-1963 Andrea Rizzoli
* 1963-1965 Felice Riva
* 1965-1966 Federico Sordillo (regent)
* 1966-1967 Luigi Carraro
* 1967-1971 Franco Carraro
* 1971-1972 Federico Sordillo
* 1972-1975 Albino Buticchi
* 1975-1976 Bruno Pardi
* 1976-1977 Vittorio Duina
* 1977-1980 Felice Colombo
* 1980-1982 Gaetano Morazzoni
* 1982-1986 Giuseppe Farina
* 1986-1986 Rosario Lo Verde
* 1986-2004 Silvio Berlusconi
* 2004-2006 lowong (pelaksana harian diserahkan kepada wakil presiden Adriano Galliani)
* 2006-2008 Silvio Berlusconi
* 2008-kini lowong (pelaksana harian diserahkan kepada wakil presiden Adriano Galliani)

tEAM tERBAIK AC MILAN DI DEKADE 2000-2010
MILAN – AC Milan memang gagal bersinar di ajang Serie A di awal abad 21. Namun dalam satu dekade (2000-2010), I Rossoneri
sukses mengecap sukses di ajang Eropa, terutama Liga Champions. Lalu, siapakah punggawa-punggawa Milan yang pantas menghuni tim terbaik dalam kurun waktu sepuluh tahun lalu itu?  
Dalam satu dekade tersebut, Milan bisa
dikatakan gagal mematahkan
dominasi Juventus dan Inter Milan
yang dalam empat musim terahir ini
tampil sebagai kampiun Serie A, meski
dua dari empat trofi Scudetto beruntun itu merupakan hibahan dari
Bianconerri yang telempar ke Serie B,
akibat skandal Calciopoli pada 2006
lalu. Rossoneri hanya mampu sekali
merengkuh scudetto yakni pada
musim 2003/2004. Namun, meski gagal di kancah domestik anak-anak asuhan Carlo Ancelotti sukses memetik hasil menggembirakan di kompetisi Eropa. Dalam kurun waktu 10 tahun, Il Diavolo mengoleksi dua gelar Champions yakni pada 2002/2003 & 2006/2007 yang membuat Milan tampil sebagai tim pengumpul trofi terbanyak kedua setelah Real Madrid dengan koleksi tujuh trofi LC. Tak hanya di LC, dalam kurun waktu tersebut, Rossoneri juga sukses merengkuh dua trofi Super Cup pada 2003 & 2007 serta satu gelar kampiun
Piala Dunia Antar Klub (FIFA World Cup) 2007 setelah menundukkan wakil CONMEBOL, Boca Juniors 4-2 pada partai puncak di Jepang. Mengingat prestasi yang ditunjukkan Rossoneri, Goal edisi Rabu (15/7/2009) melansir para pemain terbaik Milan dalam satu dekade terakhir. Mereka adalah: Christian
Abbiati (1998-2005) & (2008-…) Meski sempat menjadi
penghuni setia bench
cadangan pada
periode
perdananya di Milan dan kerap dipinjamkan ke klub lain, namun, menurunnya performa kiper kawakan
Nelson Dida memaksa manajemen klub kembali memanggil Abbiati dari masa pinjamannya di Atletico Madrid pada musim 2008 lalu. Kepercayaan yang diberikan manajemen klub tak lagi di sia-siakan kiper 32 tahun itu dengan menampilkan performa impresif. Meski
musim lalu hanya mampu mengantar Milan menduduki peringkat tiga di klasemen akhir, di bawah Juventus dan sang juara bertahan Inter Milan, namun penampilan Abbiati pantas di acungi jempol. Marcos Cafu (2003-2008) Performa briliannya baik saat menjaga pertahanan maupun melakukan penetrasi di sisi kanan pertahanan Milan, membuat Cafu termasuk dalam tim terbaik Milan. Meski, pada 2008 lalu telah resmi pensiun, namun konsistensi permainan yang ditampilkan bek pemilik nama lengkap Marcos Evangelista de Moraes selama lima musim membela panji Milan pantas dihargai. Alessandro Nesta (2002-…) Meski dalam beberapa musim terakhir ini gagal menampilkan performa cemerlang karena kerap dibekap cedera, namun sebelum itu Nesta merupakan salah satu sosok kunci rapatnya pertahanan Milan. Bersama dengan tandem abadinya Paolo Maldini atau Alessandro Costacurta, bek 33 tahun berhasil membuat Milan sempat disebut salah satu tim dengan pertahanan terbaik di dunia. Alessandro
Costacurta (1986-2007) Kini, pria 43 tahun memang tak lagi merumput
setelah
memutuskan
pensiun pada 2007 silam. Costacurta kini aktif sebagai di jajaran staf Rossoneri dengan menjabat asisten teknis pelatih. Selama bermain, bek tengah yang akrab disapa Billy itu sukses menyumbangkan lima trofi Liga Champions, 4 Super Cup dan satu trofi Coppa Italia. Paolo Maldini (1985-2009) Loyalitas Paolo Maldini bersama Milan tak perlu diragukan. Sejak mengawali karir profesionalnya pada 1985, Maldini hanya mengabdikan dirinya hanya kepada Milan hingga akhirnya dia memutuskan pensiun pada akhir musim 2008/2009 di usia 40 tahun Ia juga berhasil mencatatkan rekor sebagai pemain yang hanya membela satu klub selama kurun waktu 25 tahun. Lima trofi LC, 5 piala Super Cup, dua gelar Interkontinental, satu Coppa
Italia dan satu gelar Piala dunia Antar Klub menjadi persembahan putra Cesare Maldini yang mengenakan kostum nomor punggung 3 yang hingga kini juga turut dipensiunkan klub. Andrea Pirlo (2001-…) Gelandang jangkar yang hingga kini menjadi andalan Milan. Selepas meninggalkan Inter Milan, Pirlo mengambil keputusdan tepat dengan merapat ke San Siro. Di Milan, Pirlo sukses menemukan kembali sinarnya meski harus mengorbankan posisinya aslinya yang playmaker menjadi gelandang bertahan oleh Carletto. Tendangan bebas dan umpan akurat menjadi senjata khas Pirlo dalam mengawal lini tengah Il Diavolo. Gennaro
Gattuso (1999-…) Gelandang pekerja keras menjadi julukan Gattuso di Milan.Tenaganya
untuk terus berlari bak badak sepanjang pertandingan membuat Gattuso mendapat panggilan akrab Rhino (nama latin badak). Keistimewaan Gattuso tak hanya dari sisi tenga yang tak pernah habis. Gelandang yang kini berusai 31 tahun itu dikenal sebagai pemain yang piawai dalam menghalau serangan lawan dengan tekel-tekelnya kerasnya yang tak kenal kompromi. Clarence Seedorf (2002-…) Seedorf menjadi satu-satunya pemain Milan yang sukses merengkuh gelar Liga Champions sebanyak tiga kali bersama tiga klub berbeda: Ajax Amsterdam, Real Madrid dan Milan. Sama dengan Pirlo, Seedorf merupakan pemain yang gagal bersinar bersama Inter namun Milan menemukan kembali performa terbaiknya di Rossoneri. Hingga kini, pemilik kostum pemilik nomor punggung 10 itu masih menjadi andalan di lini tengah allenatore anyar Milan, Leonardo Araujo. Ricardo Kaka’ (2003-2009) Saat pertama kali melihat Kaka beraksi dengan kostum Milan pada 2003, banyak orang langsung kepincut dengan goyang Sambanya yang langsung menyebutnya sebagai Zico baru Brasil. Meski pada akhir musim 2008/2009 lalu telah resmi dilepas Milan ke Real Madrid, namun peran vital mantan pilar Sao Paulo itu dalam mengatur serangan dan membawa Milan berjaya di Eropa selama enam musim, membuat nama Kaka tetap harum, meski tak jarang juga tifosi Milan yang mengecapnya sebagai pengkhianat. Walau bagaimanapun menurut sobat sendiri kaka’ hanyalah korban dari ketidakbecusan club dalam mengelola keuangan Andriy
Shevchenko (1999-2006)
&
(2008-2009) Di
era
1999-2006,
nama
Sheva kerap dielu-elukan tifosi sebagai salah satu bomber tajam yang dimiliki Milan selama satu dekade dengan koleksi 127 dalam 208 caps. Bomber Ukraina itu juga kerap disebut-sebut sebagai titisan Marco van Basten. Sayang, Sheva mengambil keputusan buruk dengan bergabung ke Chelsea pada 2007. Gagal beradaptasi di Premier League, Sheva kembali ke San Siro pada awal 2008. Sayang, saat itu Sheva tenggelam di bawah bayang- bayang Alexandre Pato yang terus mendapat kepercayaan Carletto di lini depan. Filippo
Inzaghi (2001-
…) Memiliki
julukan
Super
Pippo, Inzaghi membuktikannya dengan ketajamannya di depan gawang lawan. Bomber 35 tahun ini memang tak perlu mendapat banyak ruang untuk mencetak gol. Lolos jebakan offside menjadi senjata rahasianya, meski tak jarang juga ia terperangkap.
Dua gol yang dicetaknya saat Milan merengkuh trofi LC 2006/2007 kala membalas kekalahan pahit di Athena dari Liverpool dua tahun silam menjadi
bukti ketajaman Inzaghi. Selama berkostum Milan sejak 2001, torahan gol bomber oportunis itu sangat mengesankan. Inzaghi membungkus 70 gol dalam 165 caps. Susunan Tim Terbaik Milan dekade
  1. 2000-2010: 
Formasi
(4-3-1-2) Kiper: Christian Abbiati Belakang: Marcos Cafu, Alessandro Nesta, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini Tengah: Gennaro Gattuso, Andrea Pirlo, Clarence Seedorf Playmaker: Ricardo Kaka’ Depan: Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi

Sejarah San Siro
Sejarah Stadion San Siro 

Sebuah hadiah dari Pirelli 
Stadion San Siro (dinamai berdasarkan seorang Santo yang mendapatkan sebuah kapel di pinggir kota ini) merupakan hadiah dari presiden Milan Piero Pirelli (menjabat dari 1909 selama 20 tahun) buat 'Milan-nya’. Stadion ini dibangun dalam waktu hanya 13 dan setengah bulan berkat kerja keras 120 pekerja bangunan. Total biaya pembangunannya mencapai 5 juta lira yang nilainya saat ini sama dengan 4,5 juta euro. Stadion ini didesain oleh Ulisse Stacchini, arsitek yang punya karya besar seperti Stasiun Pusat Milan, dan insinyur terkenal, Alberto Cugini.
Peresmian
San Siro didesain berdasarkan stadion model Inggris, hanya untuk sepakbola dengan empat tribun yang berkapasitas 35.000 penonton. Stadion itu dibuka pada 19 September 1926, saat Inter mengalahkan Milan 6-3. Pertandingan liga pertama di stadion ini dimainkan pada 19 September 1926 saat Milan kalah 1-2 dari Sampierdarenese sementara laga internasional pertama dimainkan pada 20 Februari 1927 di mana Italia imbang 2-2 dengan Cekoslowakia. Hingga akhir tahun 1945, San Siro hanya menjadi properti eksklusif Milan sementara Inter memainkan laga kandang mereka di Arena di pusat kota. Sejak saat itu “Teater Sepakbola” ini telah mengalami banyak renovasi hingga terciptanya monumen sepakbola seperti sekarang.
Perluasan pertama
Milan menjual stadion ini ke dewan kota pada 1935 dan tiga tahun kemudian dibuat keputusan untuk memperluas tribun. Sepakbola semakin menjadi fenomena masal sehingga San Siro harus diperluas untuk memenuhi tuntutan itu. Arsitek Rocca dan Insinyur Calzolari diberi tugas itu dan mereka memanfaatkan struktur yang sudah ada yang mendukung interiornya untuk membangun lereng eksternal untuk memudahkan akses ke stadion. Pada 1952, kapasitasnya ditargetkan 150.000 penonton, tapi setelah diskusi dengan dewan kota jumlah itu ditolak. Setelah menghabiskan 5,1 juta lira untuk memodernisasi stadion, peresmian dilakukan pada 13 Mei 1939 saat Italia imbang 2-2 dengan Inggris. Jumlah pemasukan dari penjualan tiket untuk laga itu mencapai 1,2 juta lira.
Pengembangan kedua
Pekerjaan untuk perluasan kedua stadion tersebut dimulai pada 1954 dan 12 bulan kemudian, pada 26 Oktober 1955, stadion itu dibuka dengan kapasitas 85.000 penonton. Set lampu sorot pertama dipasang pada 1957 dan yang diikuti pemasang papan skor elektronik pada 1967. Lampu-lampu sorot itu dimodernisasi pada 1979 saat level kedua dibangun. Stadion utu kemudian secara resmi diganti namanya sebagai penghormatan terhadap Giuseppe Meazza, pemain Inter dan Milan yang terkenal pada 1930 dan 1940-an, pada 3 Maret 1980. Pada 1986, level pertama menjadi sektor tempat duduk bernomor dan berwarna. Tribun utama berubah menjadi merah, tribun di sekitarnya dan menghadap ke sana diwarnai jingga, tribun utara di belakang gawang diwarnai hijau dan tribun selatan tempat para fans Milan berkumpul diberi warna b ru.
Ring Ketiga
Menyambut Piala Dunia 1990 Kotapraja Milan memutuskan untuk memugar stadion “Meazza” setelah mereka menolak usulan untuk membangun stadion baru dengan alasan biaya tinggi dan waktu terbatas. Usulan pertama adalah mendesain proyek futuristik dan menakjubkan: pembangunan ring ketiga dan atap untuk menaungi semua penonton. Proyek yang didesain oleh Arsitek Giancarlo Ragazzi, Arsitek Enrico Hoffer dan Insinyur Leo Finzi, ini adalah pembangunan ring ketiga di tribun yang bertumpu pada tiang independen yang didesain disekitar bangunan stadion. Struktur ring kewtiga yang baru ini bertumpu pada 11 menara silinder yang dibuat dari beton. Menara-menara ini juga menyediakan akses ke tribun dan berbagai layanan dan berdiri terpisah dari bangunan yang sudah ada. Empat dari menara ini juga menopang balok-balok atap. Untuk memberikan kenyamanan maksimal, semua tempat duduk baru bersifat ergonomis, diberi nomor dan diwarnai dengan empat warna berbeda untuk menunjukkan empat sektor utama di stadion. Ke-85.700 penonton dinaungi oleh atap melengkung yang terbuuat dari polikarbon. Setelah itu dipasang sebuah sistem drainase baru dan pemanas dan sebuah sistem lampu sorot. Pada 8 Juni 1990 stadion itu menggelar upacara pembukaan Piala Dunia dengan pertandingan perdana Argentina lawan Kamerun. Sejak itu “Scala del Calcio” menjadi ajang gairah jutaan fans. Pada musim panas 2008, untuk memenuhi standar baru UEFA, kapasitas stadion telah menjadi 80.018 penonton.
Figur 
Untuk merampungkan bangunan ini dibutuhkan 10.000 kwintal semen, 3500 meter kubik pasir dan 1500 kwintal besi. Untuk menandai lapangan dibutuhkan 80kg kapur untuk menggarisi dimensi dengan panjang 105 meter dan lebar 68 meter. Balok-balok pembatas berjumlah 204 masing-masing dengan panjang 296 meter dan berat 1100 dan 2000 ton. Atapnya dilengkapi dengan 256 lampu sorot yang memancarkan sinar 3500 watt. Untuk membangun konstruksi utama dipasang dua mesin derek setinggi 64 meter. Di dalam stadion terdapat sejumlah pintu keluar darurat dan sebuah elevator servis dengan kapasitas berat 1000 kg. Stadion San Siro terletak di seberang lintasan balap kota dan 6 kilometer dari pusat kota Milan.
Tak hanya sepakbola
Stadion San Siro adalah simbol kota Milan (seperti Scala dan Duomo) dan bangunan ini terkenal tak hanya untuk sepakbola, tapi juga event-event besar lainnya yang mengukir sejarah. Contohnya pertandingan tinju antara Duilio Loi dan Carlo Ortis (1 September 1960), duel ulangan dari perebutan gelar juara dunia kelas welter junior. Ada 53.043 orang saat itu, 8 ribu di antaranya berada di dekat ring tinju. Pertarungan itu dimenangi oleh petinju Italia, Loi dan menghasilkan 130 juta lira. Stadion itu juga juga pernah digunakan untuk menggelar konser musik. Bob Marley (27 Juni 1980) menampilkan aksinya di Tribun Utara. Ada 90 ribu orang yang datang menyaksikan pemusik jamaika itu. Pemandangan serupa saat pertunjukkan Bruce Springsteen (1985). Tribun Merah pernah digunakan untuk menggelar event disko terbuka. Kini, di bawah Tribun Selatan, ada sebuah museum yang menampilkan semua sejarah A.C. Milan dan Inter F.C. lewat memorabilia dari orang-orang yang membuat sejarah itu. Stadion itu dikunjungi oleh 50 ribu orang saat tak ada pertandingan. Sejak 1 Juli 2000 San Siro diurus bersama oleh A.C. Milan dan Inter F.C.


Tragedi Superga.
Tragedi Superga.
 Ada member yang ingin tau tentang ini.
Ini aku cari, tapi maaf yach ini hasil dari wiki, maklum aku juga newbie ^_^
Sebelum tanggal 4 Mei 1949, Torino adalah salah satu klub tersakti di kolong langit sepakbola Italia. Saking jagonya, klub itu menyumbang nyaris setengah pemain untuk tim nasional Italia. Torino juga memanangi empat kali juara liga secara beruntun mulai tahun 1946 sampai 1949. Tapi semua itu lenyap dalam sekejap. Tanggal 4 Mei 1949, nyaris sama seperti Munich disaster, pesawat yang ditumpangi oleh para pemain Torino jatuh dan terbakar di bukit Superga ketika tim berjuluk 'Il grande Torino' Atau "Torino yang Hebat" itu pulang dari sebuah pertandingan persahabatan melawan Benfica di Lisbon untuk testimonial pemain Benfica, Jose Fereira.
Pesawat Italian Airlines Fiat G212CP tersebut terjebak badai di atas udara Superga yang sedang buruk dan berjarak pandang sangat terbatas. Pihak yang berwenang menyatakan kecelakaan itu disebabkan oleh kabut, badai, kerusakan navigasi pesawat dan buruknya komunikasi dengan bandara. Pesawat tersebut menabrak bukit Superga dan meledak, menewaskan semua penumpang termasuk 18 pemain Torino, club official, jurnalis, dan awak pesawat.

Korban :

Pemain
* Valerio Bacigalupo
* Aldo Ballarin
* Dino Ballarin
* Milo Bongiorni
* Eusebio Castigliano
* Rubens Fadini
* Guglielmo Gabetto
* Ruggero Grava
* Giuseppe Grezar
* Ezio Loik
* Virgilio Maroso
* Danilo Martelli
* Valentino Mazzola
* Romeo Menti
* Piero Operto
* Franco Ossola
* Mario Rigamonti
* Julius Schubert

Club official

* Arnaldo Agnisetta, manager
* Ippolito Civalleri, manager
* Egri Erbstein, trainer
* Leslie Lievesley, coach
* Ottavio Corina, masseur

Jurnalis

* Renato Casalbore, (founder of Tuttosport)
* Luigi Cavallero, (La Stampa)
* Renato Tosatti, (Gazzetta del Popolo)

Kru Pesawat

* Pierluigi Meroni, captain
* Antonio Pangrazi
* Celestino D'Inca
* Cesare Biancardi

Lainnya

* Andrea Bonaiuti, organiser

Dua pemain yang selamat dari kejadian itu adalah Sauro Tomà yang batal ikut karena cedera, dan Ladislao Kubala, pemain asli Portugal yang memilih tinggal sebentar di rumahnya karena anaknya sakit. Torino terpaksa meneruskan kompetisi dengan menurunkan pemain Primavera mereka. Torino gagal meraih gelar juara sampai tahun 1976. dan kecelakaan itu juga mengguncang timnas Italia dimana sepuluh pemain Torino ada di dalamnya termasuk kapten legendaris mereka, Valentino Mazzola. Kejadian itu pula yang, disadari atau tidak, telah menyusutkan kehebatan Torino dari klub raksasa menjadi klub medioker sampai saat ini, dan entah sampai kapan.


10 Hal Menarik Dari Roberto Baggio
Roberto Baggio seolah menarik diri dari dunia sepakbola yang membesarkannya. Meski demikian fans-nya, dan publik sepakbola dunia, akan selalu mengenangnya. Ia adalah salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki Itali, tapi tiga kali gagal memenangkan Piala Dunia akibat adu penalti.

Sejak 16 Mei 2004, atau ketika kali terakhir bermain, Roberto Baggio seperti lenyap dari dunia sepakbola. Fans sepakbola Italia hanya bisa mengingat saat-saat terakhir ketika dia meninggalkan lapangan Stadion San Siro, dan 80 ribu penonton memberikan standing ovation. Usai pertandingan, pemain AC Milan dan Brescia -- klub terakhir yang dibela Baggio -- memberikan salam perpisahan.
Baggio muncul lagi di depan publik, bukan untuk bermain, ketika menemani Stefano Borgonovo -- rekannya di Fiorentina yang menderita penyakit  amyotrophic lateral sclerosi -- menyaksikan pertandingan amal. Laga amal itu digelar untuk mengumpulkan dana bagi penelitian penyakit yang diderita Borgonovo.
Kesibukan sehari-hari pemain berjuluk Il Divin Codino ini adalah bertukar kata dengan fansnya lewat situs pribadi dan blog yang diluncurkan pada 18 Februari 2007, saat dia berulang tahun ke-40. Baggio tidak pernah memperlihatkan keinginan kembali menekuni sepakbola; menjadi pelatih, sibuk di manajemen salah satu klub, atau sekadar menjadi komentator televisi.
Ia masuk dalam European XI untuk laga amal Hope Indian Ocean Tsunami pada 15 Februari 2005 di Nou Camp, Barcelona, tapi menolak hadir. Terdapat kesan ia menjauh dari lapangan sepakbola, kecuali untuk hal-hal yang dianggapnya khusus dan penting.
Meski terkesan bersembunyi dari keriuhan stadion dan media massa, Baggio adalah sosok bersejarah dalam sepakbola Italia dan dunia. Berikut sepuluh hal menarik yang dikenang penggemarnya di seluruh dunia.
10. Lahir di Caldogno, Venete, 18 Februari 1967. Bergabung di klub lokal pada usia sembilan tahun. Mencetak enam gol dalam satu pertandingan, yang membuat scout Antonio Mora membujuknya untuk bermain bersama Vicenza. Tahun 1982 ia memulai kariernya di Vicenza, klub yang berlaga di Serie C1 Italia.
9. Pindah ke Fiorentina tahun 1985, dan memulai debutnya di Serie A Italia pada 21 September 1986 dalam laga melawan Sampdoria. Ia mencetak gol pertamnya di untuk La Viola pada 10 Mei 1987 ke gawang Napoli. Ia dengan cepat menjadi pemain paling dikultuskan, dan dianggap salah satu pemain terbaik di dunia.
8. Dijual ke Juventus tahun 1990 dengan harga €12 juta, termahal saat itu. Fans Fiorentina mengamuk di jalan-jalan Florence, 50 orang terluka. Baggio memanaskan situasi dengan mengatakan; "Saya dipaksa menerima transfer ini."
7. Memenangkan trofi Piala UEFA untuk Juventus, dan meraih penghargaan Pemain Terbaik Eropa dan Dunia untuk dirinya. Dua tahun kemudian memenangkan Scudetto pertamanya.
6. Silvio Berlusconi, chairman AC Milan, menekan Juventus untuk menjual Baggio. Juve melepasnya, meski saat itu Blackburn Rovers dan Manchester United tertarik memboyongnya.
5. Menjadi pemain pertama yang memenangkan dua Scudetto berturutan dengan klub berbeda. Belakangan diketahui agennya membuat perjanjian dengan Milan, sebelum Baggio diboyong Juventus.
4. Baggio tampil di tiga Piala Dunia; 1990, 1994 dan 1998, tapi tak pernah menjuarainya. Di tiga Piala Dunia itu, Italia tersingkir lewat adu penalti. Padahal, 86 persen tembakan penalti Baggio masuk Ia telah 122 kali menembak penalti, 106 kali berhasi. Ia tercatat sebagai pemain yang mencetak gol di tiga Piala Dunia,
3. Ia mengakhiri karier sebagai pemain yang mencetak 205 gol di Serie A Italia, membuatnya berada di tempat kelima di belakang Silvio Piola, Gunnar Nordahl, Giuseppe Meazza dan José Altafini. Jika ditambah gol-gol di Serie C1, Baggio total mengoleksi 300 gol, dan menjadi pemain yang mencetak gol terbanyak dalam setengah abad terakhir. Namun ia masih di belakang Piola (364) dan Meazza (338).
2. Bertengkar dengan banyak manajer klub, dan timnas, yang diungkapkan dalam otobiografi bertajuk Una porta nel cielo. Kebiasannya mengkritik manajer menyebabkan dia tidak diberangkatkan ke Piala Dunia 2002 oleh pelatih Giovanni Trapattoni.
1. Lahir dari keluarga Roma Katolik, Baggio memilih menjadi pengikut Budha Nichiren dan kini anggota organisasi Soka Gakkai International Buddhist.


10 Pencetak Gol Terbanyak Serie A Sepanjang Masa :
1. Silvio Piola (Lazio) 274 Gol
2. Gunnar Nordhal (Milan) 225 Gol
3. Giussepe Meazza (Inter) 216 Gol
4. Jose Altafani (Milan) 216 Gol
5. Roberti Baggio (Juventus) 205 Gol
6. Fransesci Totti (Roma) 196 Gol
7. Kurt Hamrin (Fiorentina) 190 Goal
8. Giussepe Signori (Lazio) 188 Gol
9. Gabriel Batistuta (Fiorentina) 184 Gol
10.Alessandro Del Piero (Juventus) 180 Gol

UEFA Club Footballer of the Year
UEFA Club Footballer of the Year (mulai 1997) 

Pemain & Pelatih Milan yang meraih penghargaan ini 

Best Player : 
  • Kaka         2007

Best Defender : 
  • Alessandro Nesta    2003
  • Paolo Maldini           2007

Best Midfielder: 
  • Kaka                        2005
  • Clarence Seedorf    2007

Best Forward : 
  • Kaká        2007

Coach of the Year 1997-2006 : 
  • Carlo Ancelotti    2003

UEFA start 11 Team of the Year (Mulai 2001) 
  • 2001    : Cosmin Contra
  • 2002    : Alessandro Nesta, Clarence Seedorf
  • 2003    : Alessandro Nesta, Paolo Maldini
  • 2004    : Alessandro Nesta, Cafu, Andriy Shevchenko
  • 2005    : Cafu, Paolo Maldini, Andriy Shevchenko
  • 2006    : Kaka
  • 2007    : Alessandro Nesta, Kaká, Clarence Seedorf
  • 2008    : -
  • 2009    : Kaka
  • 2010    : -
Oscar del Calcio
Oscar del Calcio : Penghargaan untuk Insan sepakbola di Italia

Pemain & Pelatih Milan yang meraih penghargaan ini

Serie A Footballer of the Year (mulai tahun 1997) 
  • Kaka : 2004, 2007

Serie A Defender of the Year (Mulai tahun 2000) 
  • Alessandro Nesta    : 2003 (2000,2001,2002 Lazio)
  • Paolo Maldini           : 2004

Serie A Foreign Footballer of the Year (Mulai tahun 1997) 
  • Andriy Shevchenko : 2000
  • Kaka                        : 2004, 2006, 2007

Serie A Young Footballer of the Year  (Mulai tahun 1997) 
  • Alexandre Pato : 2009

Serie A Coach of the Year (Mulai Tahun 1997) 
  • Alberto Zaccheroni : 1999
  • Carlo Ancelotti    : 2004

Tahun ini Milan Akan mendapat tambahan gelar..!!
Forza Milan Tu sei tutta la mia vita

Berikut ini daftar gol tercepat dalam sejarah Liga Champions :

1. Roy Makaay (Bayern Munich vs Real Madrid) (10.02 detik)
2. Gilberto Silva (Arsenal vs PSV) (20.07 dtk)
3. Alessandro Del Piero (Juventus vs Manchester United) (20.12 dtk)
4. Clarence Seedorf (AC Milan vs Schalke 04) (21.06 dtk)
5. Dejan Stankovic (Inter Milan vs Schalke 04) (25*dtk)
6. Mariano Bombardo (Willem II vs Sparta Praha) (28.21 dtk)
7. Alexandros Alexoudis (Panathinaikos vs Aalborg) (28.46 dtk)
8. Deco (FC Porto vs Molde) (30.08 dtk)
9. Andreas Moeller (Borussia Dortmund vs Juventus) (37.04 dtk)
10. Vratislav Lokvenc (Sparta Prague vs Spartak Moskwa) (42.58 dtk)

RENTETAN GOL MILAN update 06 Maret 2011
RENTETAN GOL – GOL MILAN DI PERTANDINGAN RESMI DARI TAHUN 1899 - 2011 (BAGIAN 9)

(update terakhir tanggal 06 maret 2011)

KETERANGAN :

C: Campionato

CAI: Campionato Alta Italia

CM: Coppa Mauro

CRL: Campionato Regionale Lombardo

CCI: Campionato CCI

CFed: Coppa Federale

TBL: Torneo Benefico Lombardo

CB: Campionato di Serie B

Spar: Spareggi

CMit: Mitropa Cup

CA: Coppa delle Alpi

CF: Coppa delle Fiere

CC: Coppa dei Campioni

CL: Champions League

CU: Coppa Uefa

CCop: Coppa delle Coppe

CLat: Coppa Latina

CInt: Coppa Intercontinentale / Mondiale per Clubs

CI: Coppa Italia

SI: Supercoppa Italiana

SE: Supercoppa Europea

TE: Torneo Estivo



PASINATO 7

Monza-Milan 1-4 CB 1982-83

Cremonese-Milan 3-3 CB 1982-83

Sambenedettese-Milan 1-1 serie B 1982-83

Arezzo-Milan 2-2 CB 1982-83

Bari-Milan 1-4 CB 1982-83

Bologna-Milan 1-3 CB 1982-83

Milan-Lazio 5-1 CB 1982-83



ICARDI 6

Lecce-Milan 1-1 CB 1982-83

Reggiana-Milan 2-3 CB 1982-83

Fiorentina-Milan 2-2 C 1983-84

Inter-Milan 1-2 CI 1984-85

Bari-Milan 0-1 C 1985-86

Como-Milan 1-1 C 1985-86



GADDA 1

Perugia-Milan 3-2 CB 1982-83



D’ESTE 1

Milan-Como 2-0 CB 1982-83



GERETS 1

Milan-Verona 4-2 C 1983-84



BLISSETT 6

Milan-Verona 4-2 C 1983-84

Milan-Lazio 4-1 C 1983-84

Milan-Udinese 3-3 C 1983-84

Milan-Vicenza 2-1 CI 1983-84

Torino-Milan 1-2 C 1983-84

Milan-Pisa 2-1 C 1983-84



EVANI 19

Milan-Catania 2-1 (2) C 1983-84

Milan-Ascoli 2-0 C 1987-88

Milan-Cesena 3-0 C 1987-88

Milan-Juventus 4-0 C 1988-89

Atalanta-Milan 1-2 C 1988-89

Milan-Ascoli 5-1 C 1988-89

Milan-HJK Helsinki 4-0 CC 1989-90

Milan-Barcellona 1-0 SE 1989-90

Milan-Nacional Medellin 1-0 (d.t.s.) CINT 1989-90

Fiorentina-Milan 2-3 C 1989-90

Milan-Bari 4-0 (2) C 1989-90

Lazio-Milan 1-1 C 1990-91

Sampdoria-Milan 1-1 SE 1990-91

Juventus-Milan 0-3 C 1990-91

Milan-Bologna 6-0 C 1990-91

Milan-Sampdoria 5-1 C 1991-92

Ternana-Milan 2-6 CI 1992-93



F. GALLI 4

Milan-Avellino 1-0 C 1983-84

Milan-Avellino 3-0 C 1985-86

Milan-Como 1-0 C 1985-86

Brescia-Milan 1-2 CI 1991-92



DI BARTOLOMEI 14

Parma-Milan 1-2 CI 1984-85

Milan-Brescia 1-1 CI 1984-85

Milan-Napoli 2-1 CI 1984-85

Milan-Roma 2-1 C 1984-85

Milan-Inter 2-1 C 1984-85

Cremonese-Milan 0-1 C 1984-85

Milan-Juventus 3-2 C 1984-85

Milan-Avellino 2-0 (2) C 1984-85

Milan-Arezzo 3-1 CI 1985-86

Milan-Torino 1-0 C 1985-86

Milan-Napoli 1-2 C 1985-86

Milan-Sambenedettese 1-0 CI 1986-87

Milan-Atalanta 2-1 C 1986-87



HATELEY 21

Parma-Milan 1-2 CI 1984-85

Milan-Udinese 2-2 C 1984-85

Milan-Cremonese 2-1 (2) C 1984-85

Milan-Roma 2-1 C 1984-85

Milan-Inter 2-1 C 1984-85

Udinese-Milan 1-1 C 1984-85

Milan-Fiorentina 1-1 C 1984-85

Cagliari-Milan 0-1 CI 1985-86

Milan-Avellino 3-0 (2) C 1985-86

Milan-Auxerre 3-0 CU 1985-86

Sampdoria-Milan 1-1 C 1985-86

Milan-Lokomotive Lipsia 2-0 CU 1985-86

Lecce-Milan 0-2 C 1985-86

Pisa-Milan 0-1 C 1985-86

Milan-Udinese 2-0 (2) C 1985-86

Milan-Atalanta 1-1 C 1985-86

Milan-Avellino 2-0 C 1986-87

Milan-Torino 1-0 C 1986-87



VIRDIS 76

Carrarese-Milan 0-2 CI 1984-85

Milan-Udinese 2-2 C 1984-85

Juventus-Milan 1-1 C 1984-85

Milan-Atalanta 2-2 C 1984-85

Lazio-Milan 0-1 C 1984-85

Milan-Juventus 3-2 (2) C 1984-85

Roma-Milan 0-1 C 1984-85

Inter-Milan 2-2 C 1984-85

Milan-Lazio 2-0 C 1984-85

Juventus-Milan 0-1 CI 1984-85

Inter-Milan 1-2 CI 1984-85

Sampdoria-Milan 2-1 CI 1984-85

Gebnoa-Milan 2-2 CI 1985-86

Milan-Reggiana 1-0 CI 1985-86

Milan-Arezzo 3-1 CI 1985-86

Milan-Lecce 1-0 C 1985-86

Auxerre-Milan 3-1 CU 1985-86

Milan-Auxerre 3-0 (2) CU 1985-86

Milan-Lokomotive Lipsia 2-0 CU 1985-86

Milan-Pisa 1-0 C 1985-86

Lokomotive Lipsia-Milan 3-1 CU 1985-86

Roma-Milan 2-1 C 1985-86

Waregem-Milan 1-1 CU 1985-86

Atalanta-Milan 1-1 C 1985-86

Lecce-Milan 0-2 C 1985-86

Milan-Fiorentina 1-0 C 1985-86

Milan-Torino 1-3 TE 1985-86

Triestina-Milan 0-1 CI 1986-87

Empoli-Milan 0-3 C 1986-87

Milan-Brescia 2-0 C 1986-87

Milan-Fiorentina 3-0 (2) C 1986-87

Milan-Avellino 2-0 C 1986-87

Roma-Milan 1-2 (2) C 1986-87

Milan-Verona 1-0 C 1986-87

Atalanta-Milan 1-2 (2) C 1986-87

Milan-Juventus 1-1 C 1986-87

Inter-Milan 1-2 C 1986-87

Fiorentina-Milan 2-2 C 1986-87

Napoli-Milan 2-1 C 1986-87

Milan-Roma 4-1 (3) C 1986-87

Milan-Bari 5-0 CI 1987-88

Milan-Sporting Gijon 3-0 (2) CU 1987-88

Milan-Ascoli 2-0 C 1987-88

Verona-Milan 0-1 C 1987-88

Pescara-Milan 0-2 C 1987-88

Milan-Napoli 4-1 C 1987-88

Milan-Como 5-0 C 1987-88

Ascoli-Milan 0-1 (4-2 d.c.r.) CI 1987-88

Milan-Sampdoria 2-1 C 1987-88

Roma-Milan 0-2 C 1987-88

Milan-Inter 2-0 C 1987-88

Napoli-Milan 2-3 (2) C 1987-88

Como-Milan 1-1 C 1987-88

Milan-Licata 2-0 CI 1988-89

Vitocha-Milan 0-2 CC 1988-89

Milan-Vitocha 5-2 CC 1988-89

Milan-Fiorentina 4-0 (3) C 1988-89

Pescara-Milan 1-3 C 1988-89

Milan-Crvena Zvezda 1-1 CC 1988-89

Napoli-Milan 4-1 C 1988-89

Milan-Como 4-0 C 1988-89

Roma-Milan 1-3 C 1988-89

Milan-Pescara 6-1 (2) C 1988-89

Lecce-Milan 1-1 C 1988-89



SCARNECCHIA 1

Milan-Inter 1-1 CI 1984-85



WILKINS 3

Milan-Arezzo 3-1 CI 1985-86

Avelino-Milan 1-1 C 1985-86

Milan-Sampdoria 2-2 C 1985-86



P. ROSSI 3

Milan-Inter 2-2 (2) C 1985-86

Milan-Empoli 2-1 CI 1985-86



BORTOLAZZI 2

Milan-Waregem 1-2 CU 1985-86

Pescara-Milan 0-2 C 1987-88



MACINA 1

Lecce-Milan 1-1 TE 1985-86



GALDERISI 4

Barletta-Milan 0-3 CI 1986-87

Inter-Milan 1-2 C 1986-87

Milan-Empoli 1-0 C 1986-87

Fiorentina-Milan 2-2 C 1986-87



MASSARO 70

Milan-Atalanta 2-1 C 1986-87

Empoli-Milan 0-3 C 1986-87

Milan-Sampdoria 1-0 Spar 1986-87 (spareggio Uefa)

Milan-Bari 5-0 CI 1987-88

Milan-Cesena 3-0 C 1987-88

Ascoli-Milan 1-1 C 1987-88

Milan-Pescara 2-0 C 1987-88

Roma-Milan 0-2 C 1987-88

Cesena-Milan 0-3 C 1989-90

Cremonese-Milan 0-1 CI 1989-90

Milan-Udinese 3-1 C 1989-90

Milan-HJK Helsinki 4-0 (2) CC 1989-90

Inter-Milan 0-3 C 1989-90

Milan-Lecce 2-0 C 1989-90

Lazio-Milan 1-3 C 1989-90

Milan-Genoa 1-0 C 1989-90

Milan-Napoli 3-0 C 1989-90

Milan-Napoli 3-1 (2) CI 1989-90

Milan-Cremonese 2-1 C 1989-90

Roma-Milan 0-4 C 1989-90

Milan-Sampdoria 1-0 C 1989-90

Milan-Fiorentina 2-1 C 1990-91

Atalanta-Milan 0-2 C 1990-91

Lecce-Milan 2-2 CI 1990-91

Milan-Pisa 1-0 C 1990-91

Genoa-Milan 1-1 C 1990-91

Milan-Cesena 2-0 C 1990-91

Milan-Lazio 3-1 C 1990-91

Bari-Milan 0-1 C 1991-92

Milan-Roma 4-1 C 1991-92

Milan-Torino 2-0 C 1991-92

Milan-Napoli 5-0 C 1991-92

Cagliari-Milan 1-4 C 1991-92

Milan-Sampdoria 5-1 C 1991-92

Milan-Inter 1-0 C 1991-92

Torino-Milan 2-2 C 1991-92

Milan-Lazio 2-0 C 1991-92

Milan-Ternana 4-0 CI 1992-93

Milan-Parma 2-1 SI 1992-93

Ternana-Milan 2-6 CI 1992-93

Milan-Atalanta 2-0 C 1992-93

Olimpija Lubiana-Milan 0-3 CL 1992-93

Fiorentina-Milan 3-7 (2) C 1992-93

Brescia-Milan 0-1 C 1992-93

IFK Goteborg-Milan 0-1 CL 1992-93

Cagliari-Milan 1-1 C 1992-93

Milan-Genoa 1-0 C 1993-94

Milan-Porto 3-0 CL 1993-94

San Paolo-Milan 3-2 CINT 1993-94

Milan-Cagliari 2-1 (2) C 1993-94

Milan-Piacenza 2-0 C 1993-94

Atalanta-Milan 0-1 C 1993-94

Roma-Milan 0-2 C 1993-94

Lazio-Milan 0-1 C 1993-94

Milan-Foggia 2-1 C 1993-94

Milan-Sampdoria 1-0 C 1993-94

Milan-Inter 2-1 C 1993-94

Milan-Parma 1-1 C 1993-94

Milan-Monaco 3-0 CL 1993-94

Milan-Barcellona 4-0 (2) CL 1993-94

Milan-Parma 1-1 C 1994-95

Casino Salisburgo-Milan 0-1 CL 1994-95

Bari-Milan 3-5 C 1994-95

Milan-Arsenal 2-0 SE 1994-95

Milan-Cremonese 3-1 C 1994-95



DONADONI 23

Milan-Brescia 2-0 C 1986-87

Milan-Roma 4-1 C 1986-87

Milan-Bari 5-0 CI 1987-88

Barletta-Milan 1-1 (3-5 d.c.r.) CI 1987-88

Pisa-Milan 1-3 C 1987-88

Milan-Avellino 3-0 C 1987-88

Milan-Napoli 4-1 C 1987-88

Milan-Como 5-0 C 1987-88

Milan-Licata 2-0 CI 1988-89

Milan-Fiorentina 4-0 C 1988-89

Milan-Real Madrid 5-0 CC 1988-89

Milan-Juventus 3-2 C 1989-90

Milan-Bologna 1-0 C 1989-90

Milan-Cesena 3-0 C 1989-90

Milan-Bari 4-0 C 1989-90

Milan-Napoli 4-1 C 1990-91

Lecce-Milan 0-3 C 1990-91

Milan-Napoli 5-0 C 1991-92

Milan-Pescara 4-0 C 1992-93

Inter-Milan 1-2 CI 1994-95

Milan-Torino 5-1 (2) C 1994-95

Milan-Parma 3-0 C 1995-96



P. MALDINI 33

Como-Milan 0-1 C 1986-87

Milan-Avellino 3-0 C 1987-88

Milan-Sampdoria 2-1 C 1987-88

Milan-Napoli 3-0 C 1989-90

Torino-Milan 1-1 C 1990-91

Cagliari-Milan 1-1 C 1990-91

Pisa-Milan 0-1 C 1990-91

Juventus-Milan 0-3 C 1990-91

Verona-Milan 2-2 CI 1991-92

Milan-Napoli 5-0 C 1991-92

Milan-Ascoli 4-1 C 1991-92

Foggia-Milan 2-8 C 1991-92

Pescara-Milan 4-5 C 1992-93

Slovan Bratislava-Milan 0-1 CL 1992-93

Ancona-Milan 1-3 C 1992-93

Roma-Milan 0-2 C 1993-94

Milan-Werder Brema 2-1 CL 1993-94

Milan-Inter 1-1 C 1994-95

Brescia-Milan 0-5 C 1994-95

Milan-Piacenza 3-0 C 1995-96

Udinese-Milan 0-2 C 1995-96

Torino-Milan 1-1 C 1995-96

Udinese-Milan 1-1 C 1996-97

Milan-Parma 2-1 C 1998-99

Milan-Lecce 2-2 C 1999-2000

Milan-Parma 2-2 C 2000-01

Milan-Perugia 3-0 C 2002-03

Lazio-Milan 1-1 C 2002-03

Liverpool-Milan 3-3 (3-2 d.c.r.) CL 2004-05

Milan-Reggina 2-1 (2) C 2005-06

Milan-Messina 1-0 C 2006-07

Milan-Atalanta 1-2 C 2007-08



GULLIT 56

Milan-Bari 5-0 CI 1987-88

Como-Milan 1-2 CI 1987-88

Milan-Parma 2-2 (3-4 d.c.r.) CI 1987-88

Pisa-Milan 1-3 C 1987-88

Milan-Sporting Gijon 3-0 CU 1987-88

Sampdoria-Milan 1-1 C 1987-88

Milan-Napoli 4-1 C 1987-88

Juventus-Milan 0-1 C 1987-88

Milan-Como 5-0 (2) C 1987-88

Milan-Cesena 3-0 C 1987-88

Milan-Pescara 2-0 C 1987-88

Milan-Inter 2-0 C 1987-88

Campobasso-Milan 1-3 (2) CI 1988-89

Vitocha-Milan 0-2 CC 1988-89

Verona-Milan 1-2 C 1988-89

Milan-Como 4-0 C 1988-89

Milan-Pescara 6-1 (2) C 1988-89

Milan-Verona 1-1 C 1988-89

Milan-Real Madrid 5-0 CC 1988-89

Milan-Steaua Bucarest 4-0 (2) CC 1988-89

Napoli-Milan 1-1 C 1990-91

Milan-Sampdoria 2-0 SE 1990-91

Milan-Juventus 2-0 C 1990-91

Bologna-Milan 1-1 C 1990-91

Milan-Bari 2-0 C 1990-91

Milan-Lazio 3-1 C 1990-91

Milan-Napoli 4-1 C 1990-91

Milan-Olympique Marsiglia 1-1 CC 1990-91

Lecce-Milan 0-3 C 1990-91

Milan-Brescia 2-0 CI 1991-92

Milan-Parma 2-0 C 1991-92

Sampdoria-Milan 0-2 (2) C 1991-92

Milan-Cremonese 3-1 C 1991-92

Milan-Torino 2-0 C 1991-92

Milan-Verona 4-0 C 1991-92

Foggia-Milan 2-8 C 1991-92

Milan-Ternana 4-0 CI 1992-93

Ternana-Milan 2-6 (2) CI 1992-93

Fiorentina-Milan 3-7 (2) C 1992-93

Milan-Lazio 5-3 C 1992-93

Sampdoria-Milan 1-2 C 1992-93

Roma-Milan 0-1 C 1992-93

Inter-Milan 0-3 CI 1992-93

Torino-Milan 1-1 C 1992-93

Inter-Milan 1-1 C 1992-93

Milan-Sampdoria 1-1 (5-4 d.c.r.) SE 1994-95

Cagliari-Milan 1-1 C 1994-95

Milan-Lazio 2-1 (2) C 1994-95



VAN BASTEN 124

Milan-Bari 5-0 CI 1987-88

Como-Milan 1-2 CI 1987-88

Monza-Milan 0-2 (2) CI 1987-88

Milan-Parma 2-2 (3-4 d.c.r.) CI 1987-88

Pisa-Milan 1-3 C 1987-88

Milan-Empoli 1-0 C 1987-88

Napoli-Milan 2-3 C 1987-88

Messina-Milan 1-1 CI 1988-89

Pescara-Milan 1-2 (2) CI 1988-89

Milan-Vitocha 5-2 (4) CC 1988-89

Crvena Zvezda-Milan 1-1 (2-4 dcr) CC 1988-89

Pescara-Milan 1-3 C 1988-89

Milan-Lecce 2-0 C 1988-89

Torino-Milan 2-2 (2) C 1988-89

Milan-Como 4-0 C 1988-89

Roma-Milan 1-3 C 1988-89

Ascoli-Milan 0-2 (2) C 1988-89

Milan-Bologna 1-1 C 1988-89

Lazio-Milan 1-1 C 1988-89

Milan-Werder Brema 1-0 CC 1988-89

Milan-Real Madrid 5-0 CC 1988-89

Milan-Torino 2-1 C 1988-89

Milan-Steaua Bucarest 4-0 (2) CC 1988-89

Milan-Roma 4-1 C 1988-89

Pisa-Milan 0-2 (2) C 1988-89

Milan-Sampdoria 3-1 SI 1988-89

Milan-Ascoli 5-1 (3) C 1988-89

Bologna-Milan 1-4 (2) C 1988-89

Milan-Real Madrid 2-0 CC 1989-90

Milan-Roma 1-0 C 1989-90

Milan-Juventus 3-2 (2) C 1989-90

Inter-Milan 0-3 C 1989-90

Barcellona-Milan 1-1 SE 1989-90

Milan-Lecce 2-0 C 1989-90

Bari-Milan 0-1 C 1989-90

Milan-Cesena 3-0 C 1989-90

Milan-Atalanta 3-1 (3) C 1989-90

Udinese-Milan 0-2 (2) C 1989-90

Fiorentina-Milan 2-3 (2) C 1989-90

Milan-Napoli 3-0 C 1989-90

Milan-Napoli 3-1 CI 1989-90

Milan-Cremonese 2-1 C 1989-90

Roma-Milan 0-4 (2) C 1989-90

Milan-Mechelen 2-0 (d.t.s.) CC 1989-90

Lecce-Milan 1-2 C 1989-90

Milan-Bayern Monaco 1-0 CC 1989-90

Cesena-Milan 0-1 C 1990-91

Milan-Fiorentina 2-1 C 1990-91

Milan-Cagliari 2-0 (2) C 1990-91

Atalanta-Milan 0-2 C 1990-91

Milan-Cesena 2-0 C 1990-91

Milan-Lazio 3-1 C 1990-91

Inter-Milan 0-1 C 1990-91

Milan-Bologna 6-0 (3) C 1990-91

Milan-Brescia 2-0 CI 1991-92

Brescia-Milan 1-2 CI 1991-92

Milan-Cagliari 1-0 C 1991-92

Milan-Fiorentina 1-1 C 1991-92

Atalanta-Milan 0-2 C 1991-92

Milan-Parma 2-0 C 1991-92

Verona-Milan 2-2 CI 1991-92

Milan-Roma 4-1 C 1991-92

Milan-Genoa 1-1 C 1991-92

Milan-Cremonese 3-1 C 1991-92

Inter-Milan 1-1 C 1991-92

Milan-Verona 1-1 CI 1991-92

Lazio-Milan 1-1 C 1991-92

Milan-Napoli 5-0 C 1991-92

Milan-Foggia 3-1 (3) C 1991-92

Cagliari-Milan 1-4 (3) C 1991-92

Milan-Juventus 1-1 C 1991-92

Milan-Atalanta 3-1 (3) C 1991-92

Milan-Bari 2-0 C 1991-92

Milan-Sampdoria 5-1 C 1991-92

Milan-Verona 4-0 C 1991-92

Foggia-Milan 2-8 (2) C 1991-92

Milan-Parma 2-1 SI 1992-93

Pescara-Milan 4-5 (3) C 1992-93

Milan-Olimpija Lubiana 4-0 (2) CL 1992-93

Milan-Atalanta 2-0 C 1992-93

Fiorentina-Milan 3-7 (2) C 1992-93

Milan-Lazio 5-3 (2) C 1992-93

Napoli-Milan 1-5 (4) C 1992-93

Milan-IFK Goteborg 4-0 (4) CL 1992-93

Ancona-Milan 1-3 C 1992-93



COLOMBO 7

Milan-Avellino 3-0 C 1987-88

Milan-Napoli 4-1 C 1987-88

Milan-Pisa 1-0 C 1987-88

Fiorentina-Milan 0-2 C 1988-89

Milan-Torino 2-1 C 1988-89

Bologna-Milan 1-4 C 1988-89

Lazio-Milan 1-3 C 1989-90



ANCELOTTI 11

Milan-Como 5-0 C 1987-88

Torino-Milan 1-1 C 1987-88

Pescara-Milan 1-3 C 1988-89

Fiorentina-Milan 0-2 C 1988-89

Milan-Real Madrid 5-0 CC 1988-89

Atalanta-Milan 0-1 C 1989-90

Milan-Udinese 3-1 C 1989-90

Sampdoria-Milan 1-1 C 1989-90

Milan-Juventus 2-0 C 1990-91

Milan-Verona 4-0 (2) C 1991-92



MANNARI 8

Campobasso-Milan 1-3 CI 1988-89

Milan-Lazio 2-1 CI 1988-89

Sambenedettese-Milan 0-3 (2) CI 1988-89

Milan-Juventus 4-0 (2) C 1988-89

Milan-Sampdoria 3-1 SI 1988-89

Bologna-Milan 1-4 C 1988-89



CAPPELLINI 1

Milan-Lazio 2-1 CI 1988-89



RIJKAARD 26

Milan-Atalanta 1-2 C 1988-89

Milan-Pescara 6-1 C 1988-89

Atalanta-Milan 1-2 C 1988-89

Milan-Real Madrid 5-0 CC 1988-89

Sampdoria-Milan 1-1 C 1988-89

Milan-Sampdoria 3-1 SI 1988-89

Milan-Udinese 3-1 C 1989-90

Genoa-Milan 1-1 C 1989-90

Milan-Real Madrid 2-0 CC 1989-90

Milan-Benfica 1-0 CC 1989-90

Milan-Sampdoria 2-0 SE 1990-91

Milan-Lecce 1-0 C 1990-91

Milan-Olimpia Asuncion 3-0 (2) CINT 1990-91

Milan-Napoli 4-1 C 1990-91

Milan-Bologna 6-0 C 1990-91

Milan-Roma 4-1 C 1991-92

Milan-Napoli 5-0 C 1991-92

Milan-Ascoli 4-1 C 1991-92

Milan-Sampdoria 5-1 C 1991-92

Napoli-Milan 1-1 C 1991-92

Olimpija Lubiana-Milan 0-3 CL 1992-93

Milan-Slovan Bratislava 4-0 CL 1992-93

PSV Eindhoven-Milan 1-2 CL 1992-93

Foggia-Milan 2-2 C 1992-93

Ancona-Milan 1-3 C 1992-93



STROPPA 9

Cesena-Milan 0-3 C 1989-90

Milan-HJK Helsinki 4-0 CC 1989-90

Milan-Ascoli 2-1 C 1989-90

Milan-Olimpia Asuncion 3-0 CINT 1990-91

Palermo-Milan 0-1 (2-4 d.c.r.) CI 1994-95

Milan-Casino Salisburgo 3-0 CL 1994-95

Milan-Cremonese 3-1 C 1994-95

Brescia-Milan 0-5 C 1994-95

Inter-Milan 3-1 C 1994-95

Prestasi Para Pemain Milan di Timnas dan Gelar Pribadi
AC Milan bukan hanya Tim dengan raihan gelar Internasional terbanyak di Dunia bersama River Plate, namun juga menghasilkan talenta2 pemain yang ikut berprestasi bersama Timnasnya maupun penghargaan individu.

Berikut adalah daftar prestasi tersebut...

Pemain yang memenangi Piala Dunia saat bermain di Milan
  • Pietro Arcari (Italia 1934)
  • Franco Baresi (Spanyol 1982)
  • Fulvio Collovati (Spanyol 1982)
  • Marcel Desailly (Perancis 1998)
  • Roque Júnior (Korsel-Jepang 2002)
  • Cafu (Korsel-Jepang 2002)
  • Gennaro Gattuso (Jerman 2006)
  • Alberto Gilardino (Jerman 2006)
  • Filippo Inzaghi (Jerman 2006)
  • Alessandro Nesta (Jerman 2006)
  • Andrea Pirlo (Jerman 2006)
Pemain yang memenangi Kejuaraan di benua asalnya saat bermain di Milan
Eropa
  • Angelo Anquilletti (Italia 1968)
  • Giovanni Lodetti (Italia 1968)
  • Pierino Prati (Italia 1968)
  • Gianni Rivera (Italia 1968)
  • Roberto Rosato (Italia 1968)
  • Ruud Gullit (Jerman Barat 1988)
  • Marco van Basten (Jerman Barat 1988)
Amerika Latin
  • Serginho (Paraguay 1999)
Pemain yang memenangi Piala Konfederasi saat bermain di Milan
  • Leonardo (Arab Saudi 1997)
  • Dida (Jerman 2005)
  • Kaká (Jerman 2005, Afrika Selatan 2009)
  • Alexandre Pato (Afrika Selatan 2009)
Peraih Ballon d'Or
  • Gianni Rivera - 1969
  • Ruud Gullit - 1987
  • Marco Van Basten - 1988, 1989, 1992
  • George Weah - 1995
  • Andriy Shevchenko - 2004
  • Kaká - 2007
Aku berharap suatu saat ada pemain dari Benua Asia yang memberikan prestasi cemerlang untuk Tim kesayangan kita, AC Milan..

MILAN PER SEMPRE,
San Siro Not Giuseppe Meazza

REKOR-REKOR YANG DI PEROLEH PAOLO MALDINI

-PAOLO MALDINI
memecahkan rekor penampilan
terbanyak diSERI-A dengan 666
kali tampil di SERI-A dengan
mencetak 27 gol
dengan posisinya yang sebagai
bek .
-PAOLO MALDINI memecahkan
rekor penampilan terbanyak
seorang pemain dikancah eropa
( UEFA ) baik diliga champions
maupun dipiala uefa dengan
penampilan 181 kali bermain
disemua ajang eropa
-PAOLO MALDINI pencatat rekor
mencetak gol tercepat kegawang
lawan pada pertandingan final
liga champions eropa , Paolo
maldini mencetak gol dimenit
pertama ( 52 detik ) pada
pertandingan final liga
champions eropa di Istambul ,
Turki ketika
ACMILAN melawan Liverpool dari
inggris .
-PAOLO MALDINI adalah pemain
terbanyak yang tampil di final
liga champions eropa dengan 8
kali tampil , yaitu pada tahun
1988,1989,1992,1993,1994,2002
-PAOLO MALDINI memainkan
partai ke-1000 bersama ACMILAN
disemua ajang yang pernah
diikuti Milan pada saat acmilan
me–
lawan parma distadion Ennio
tardini tanggal 16 Februari 2008
pada pecan ke-23 Serie-A liga
Italia musim kompetisi 2007–
2008 dan
PAOLO MALDINI juga memainkan
partai ke-1001nya bersama
acmilan disemua ajang yang
diikuti Milan pada hari rabu
tanggal–
20 Februari 2008 diEmirates
stadium, London pada saat
acmilan melawan arsenal pada
lanjutan perdelapanfinal liga
champions eropa
dipertemuan pertama musim
kompetisi 2007 – 2008 .
-PAOLO MALDINI memecahkan
rekor penampilan terbanyak
diliga Italia serie-A , setelah
berhasil mengalahkan
penampilan terban-
yak milik Dino zoff dengan 570
kali penampilannya diliga Italia
serie-A , PAOLO MALDINI tampil
sebagai starter pada pekan ke-5
seri-A liga Italia tanggal 25
September 2005 dimusim 2005–
2006 untuk melakukan partai ke
571 kalinya tampil diliga Italia
serie-A
bersama klub kebanggaannya
ACMILAN melawan klub Treviso
dan sampai saat ini PAOLO
MALDINI telah tampil 666 kali
diserie-A bersama ACMILAN klub
yang sangat dicintainnya , kalau
Dino zoff meraih rekornya
dengan berpindah pindah klub
tapi tak demikian halnya dengan
PAOLO MALDINI , dia
memecahkan rekor Dino zoff
dengan kesetiaan yang luar biasa
dari
seorang maestro sepakbola
terbesar di italia sebagai pemain
yang bermain dengan gemilang
dan meraih banyak sekali rekor
sebagai
pribadi dan juga klub serta
penghargaan dan trophy
berbagai gelar juara selama lebih
dari 22 tahun kariernya diklub
tercintanya
ACMILAN , dan diapun akan
menghabiskan karier
sepakbolanya yang gemilang dan
mengakhiri kariernya ditempat
dimana ia
memulai segala kegemilangan
dalam sejarah panjangnya ,
tempat ia memulai karier
sepakbolanya , tempat ia
memulai karier
profesionalnya , yaitu ACMILAN .

Macam2 Ultras Milanisti
Mungkin sebagian temen2 milanisti tau bahwa utras milanisti di Italy ada beberapa dan berbeda dalam kurun waktu yang berbeda pula, tapi tidak sedikit yang belum tau. Nah sekarang kita bahas satu2 ya.. Sumbernya dari Tabloid Bola.. ^_^ Yah.. sebagai referensi aja, jadi kita tidak hanya sebagai milanisti yang cuma tau "Forza Milan".. mengenali club kesayangan kita ini tidak akan habisnya.. :p

Secara historis, milanisti berasal dari kelas pekerja, masyarakat imigran dari Italy Selatan. Sebaliknya tifosi inter berasal dari golongan menengah-atas (dulu). Hingga mereka menyebut milanisti dengan sebutan "casciavit", yang berarti obeng. Julukn ini mengindifikasikan bahwa milanisti kala itu adalah golongan ploletar.

Di Italy sendiri ada 5 milanisti ultras yang dikenal, untuk itu kita bahas satu2:
1. FOSSA DEI LEONI
Dibentuk tahun 1968, Fossa Dei Leoni merupakan grup ultras pertama yang lahir di Italy. Sejarahnya dimulai dari sekelompok anak muda pendukung I Rossoneri yang berkumpul di sektor 18 San Siro. Pada tahun 1972 Fossa Dei Leoni pindah dari sektor 18 ke sektor tengah stadion sekaligus menciptakan lagu wajib yang terinspirasi  dari film L'armata Brancaleone.Nama organisasi ini diambil dari julukan yang diberikan kepada stadion tua di Milan, juga memberikan ide bahwa sektor yang dihuni ultras kelompok ini adalah sarang singa. Fossa Dei Leoni sering membawa spanduk bergambar Che Guevara (sayap kiri).Selama bertahun2 Fossa Dei Leoni menjdi model buat ultras klub lain. Namun, pada 17 Nov 2005 organisasi ini dibubarkan. Terjadi konflik di internal Milanisti. Kelompok lain menuduh Fossa bekerja sama dengan polisi (sesuatu yang tidak bis diterima dalam idealisme ultras). Setelah sejumlah anggotanya diserang dan diancam, Fossa memilih bubar.Ada pula isu bahwa Fossa bubar karena ada pertentangan dengan Brigate Rossonere dan Commandos Tigre kerena perbedaan ide politik dan perebutan kekuasaan di San Siro.
  2. COMMANDOS TIGRE
Lahir tahun 1967, Commandos Tigre sempat "terusir" dengan ditempatkan di Curva Nord sampai tahun 1985. Setelah pindah ke Curva Sud, triade Commandos-Fossa-Brigate memimpin tribun khusus untuk supporter I Rossoneri.Kelompok ultras yng satu ini sangat dekat dengan kepemimpinan Silvio Berlusconi. Selama kepelatihan rrigo Sacchi dan Fabio Capello, Commandos mengalami peningkatan jumlah anggota terbesar sepanjang sejarah.

3. BRIGATE ROSSONERE
Banner pertama Brigate muncul di Curva Sud pada laga Milan-Bologna, 19 Okt 1975. Setelah  Fossa bubar, Brigate menjadi kelompok ultras terbesar. Walau sekarang Curva Sud sudah dipersatukan dalam 1 banner, Brigate tetap menjadi pemimpin tak resmi di tribun.Brigate terkenal setia. Mereka selalu mengikuti Milan pada semua partai dimana Milan tampil.
  4. ALTERNATIVA ROSSONERA (ARN)
Grup termuda curva sud. Lahir 6 Juli 1994, organisasi ini sempat berkembang menjadi elemen penting di curva sud. Namanya diambil dari konsep grup yang secara mentalitas terletak ditengah2 visi Milan sebagai klub dan konsep ultras garis keras. Sayang karena problem internal Nov 2008, ARN tidak lagi menjadi bagian dari Curva Sud.

5. GUERRIERI ULTRAS CURVA SUD MILANO

Organisasi ini lebih dibilang sbg penerus Fossa Dei Leoni. Lahir 2005,dibentuk oleh sejumlah militan Fossa.  Guerrieri berdiri damai dengan grup yg lain dan mampu mengisi kekosongan Curva Sud setelah Fossa bubar. Berbeda dg Fossa yg beraliran sayap kiri, Guerrieri tidak identik dg politik tertentu. Mereka adlh grup independen yg hanya ingin berjuang untuk Milan.

Sejarah Fossa Dei Leoni
Fossa dei Leoni (FDL) adalah asosiasi ultras sepakbola pendukung AC Milan didirikan pada tahun 1968 . Ini adalah kelompok ultras yang pertama untuk membentuk di Italia.
Awal sejarah

Asosiasi ini lahir awalnya sebagai sebuah kelompok ketika sekelompok pendukung milan mulai bertemu di sector 18 yang populer San Siro stadion, di Milan , mengenakan seragam AC Milan dan mendukung Milan di stadion bendera dan confetti . Nama itu dipilih karena nama panggilan dari stadion lama AC Milan.
Pada 1972 mereka pindah dari jalan 18 ke sektor tengah stadion. Pada tahun yang sama mereka menciptakan himne, diinspirasikan ke “film Italia armata Brancaleone L’ “. Pada periode itu banyak Italia ultras atau kelompok yang akan mengidentifikasi dirinya dalam ide-ide politik yang berbeda dan Fossa diidentifikasi sendiri ke sayap kiri , mengambil selalu di stadion spanduk besar dengan gambar Che Guevara . Karena beberapa masalah dengan polisi Italia , dari 1975 ke 1977 itu berganti nama dalam “Inferno Rossonero” (Red-Black Neraka).
Pada tahun-tahun yang Fossa menjadi model dan contoh untuk banyak kelompok-kelompok ultras di Italia dalam film Italia ” Eccezzziunale … veramente “. Dalam film yang dibintangi, Diego Abatantuono , memainkan peran pemimpin kelompok, bernama “Donato, yang ras dari Fossa”.
Setelah 38 tahun Akhirnya FDL secara resmi membubarkan diri pada Tanggal 17 November 2005 oleh anggotanya sendiri Selama konflik internal antara pendukung Milan’s, Fossa dei Leoni dituduh berkolaborasi dengan DIGOS (tidak dapat diterima untuk cita-cita ultras) untuk memperoleh restitusi dari spanduk lawan dan beberapa anggota itu terancam. Pada akhirnya konflik tersebut dibawah para pemimpin kelompok memutuskan bubar untuk sementara.
Alasan lain konflik ini adalah adanya keretakan hubungan kelompok dengan dua ultras sejarah Milan lainnya yaitu Brigate Rossonere dan Commandos Tigre , karena perbedaan politik dan perjuangan untuk kepemimpinan antara para pendukung Milan.
Setelah berbagai hipotesis untuk menciptakan kelompok, satu bulan kemudian (31 Desember 2005) mereka mendirikan kelompok “Guerrieri kurva Ultras Sud Milano” disusun oleh banyak mantan anggota Fossa dei Leoni.
Himne dari Fossa, berdasarkan ke tema musik film Italia ” L’armata Brancaleone “( 1966 ):
” Leoni armati stiam marciando siam la Fossa dei Leon…dei leon.. leon.. leon… leon… leon… siam la Fossa dei Leon! Sangue! Violenza! Fossa dei Leoni! ” “Leoni siam armati marciando stiam la Fossa dei dei Leon … leon .. leon .. leon … leon … leon … siam la Fossa dei Leon! Sangue Violenza! Fossa dei Leoni!”

Pokok dan persaingan tertua adalah terhadap para pendukung Inter , klub sepak bola lainnya di kota Milan . persaingan utama lainnya adalah terhadap para pendukung Roma (kota kembar sejak awal 1980-an), SSC Napoli (kembar sejak awal 1980-an), Juventus , Lazio , Genoa , Verona , Atalanta , Fiorentina , Sampdoria dan Cagliari .
hubungan Persahabatan dari kelompok tersebut dengan kelompok pendukung sedikit. Fossa hanya berdamai dengan ultras dari Brescia .

AC Milan vs Persib Bandung

 Kisah ini memang sudah agak usang, yaitu sekitar era perserikatan 1994 silam. Namun momen tersebut tetap menjadi kebanggaan Indonesia karena tim sekelas AC Milan bersedia bertanding dengan klub lokal (bukan dengan timnas lho...).
Pada saat itu, Persib menjadi juara Kompetisi Perserikatan 2000/2001 sedangkan AC Milan menjadi juara Seri A Liga Italia pada musim yang sama. Pertandingan dilaksanakan tanggal 4 Juni 1994 di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Bagi Persib,kesempatan menjajal klub besar Eropa itu merupakan yang kedua. Sebelumnya, pada 11 Juni 1987,Persib juga berkesempatan menjajal PSV Eindhoven di stadion Lebak Bulus, Jakarta.  Pada saat itu PSV diperkuat Ruud Gullit, Eric Gerets, dan Ronald Koeman. Hasilnya,Persib  dihajar PSV 0-6.


Suasana pertandingan saat Persib menjamu AC Milan

Di antara daftar pemain Milan yang diboyong pelatih Fabio Capello tidak terdapat nama Franco Baressi dan Paolo Maldini yang tengah berkonsentrasi membela timnas Italia di Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Dua bintang Belanda, Ruud Gullit dan Marco Van Basten juga tidak turut ke Indonesia. Gullit sedang dipinjamkan ke Sampdoria, sedangkan Basten dibekap cedera. Sedangkan Jean Piere Papin memang ada dalam rombongan, tapi ia tidak bisa dimainkan karena kontraknya sudah habis pada 31 Mei 1994 dan sudah memilih hijrah ke Bayern Munich.

Tanpa Baressi, Maldini, Basten, Gullit, dan Papin, tidak lantas kekuatan Milan dan Persib menjadi berimbang. Sebab, dalam rombongan yang datang ke Jakarta masih ada pemain-pemain ternama lainnya macam Marcel Dessailly, Zvonimir Boban, Dejan Savicevic, Gianluigi Lentini, Filippo Galli, Mauro Tassoti, Christian Panucci, Stefano Eranio, Fernando Di Napoli, Enzo Francescoli, Brian Laudrup, dan penjaga gawang Sebastiano Rossi. Di antara mereka, ada sederet nama pemain muda yang tengah dimatangkan Capello macam Paolo Baldieri, Christian Antigori, dan Stefano Desider.

STAGIONE 1899 - 1900
Pada bulan Maret 1861, di Turin, Vittorio Emanuele II menyatakan lahirnya Kerajaan Italia. Pada periode sejarah yang sama, lahir juga sepakbola di Inggris. Setelah diperkenalkan di Eropa Utara dan khususnya di Perancis dan Swiss, sepak bola sampai juga di Italia pada dekade terakhir abad ke-19.

Pertandingan-pertandingan awal di Italia dimainkan di kota-kota tepi pantai, Genoa dan Palermo, pada tahun 1890. Di sini, para pelaut dan operator maritim Inggris masih berselisih soal cara bermain. Langkah berikutnya adalah pembentukan tim lokal, siap untuk menghadapi tantangan dari "pemain-pemain" yang telah datang dari negeri jauh. Genoa didirikan pada 1893, klub sepakbola pertama di Italia, didirikan oleh orang-orang Inggris bersama beberapa orang Genoa yang bersemangat mengenai permainan baru ini. Pada tahun 1897 giliran Juventus, yang lahir atas prakarsa siswa-siswa SMA (kata “juventus” dalam bahasa Latin adalah "pemuda"). Pada tahun 1898, liga Italia dimulai dan, akhirnya, pada akhir 1899, berdirilah Milan Cricket dan Football Club.


Trofi pertama yang dimenangkan oleh Milan adalah Medali Emas Umberto I (King’sMedal). 

Berikut sedikit biografi singkatnya : 


Umberto I of Savoy 
(14 Maret 1844 – 29 Juli 1900) 

Bernama lengkap Umberto Ranieri Carlo Emanuele Giovanni Maria Ferdinando Eugenio di Savoiaanak dari Vittorio Emanuele II, menjadi  Raja Italia dari 9 Januari 1878 sampai wafatnya, dan bergelar Umberto I. Ia dijuluki "raja yang baik." Ia tidak memimpin melalui “hak kebangsawanan”, ia bersumpah untuk bertindak "sesuai dengan hukum." Ia mengakui keberadaan parlemen dalam sistem politik Italia. Tidak memimpin Dewan Menteri, hanya menerima kunjungan dari presiden dan, setelah mendengar laporan, menandatangani dekrit.


Umberto I of Savoy

Pada mulanya, Umberto direncanakan untuk bertunangan dengan Archduchess Mathilde of Austria, seorang wanita keturunan bangsawan dari Austria, tapi kemudian Mathilde tewas dalam sebuah kecelakaan pada umur 18 tahun. Lalu, pada tanggal 21 April 1868 Umberto menikah dengan sepupunya, Margherita Teresa Giovanna, yang bergelar Princess of Savoy.Margherita sudah menjadi ratu sebelum suaminya menjadi raja, karena seringkali menjadi pendamping Vittorio Emanuele II, ayah Umberto, dalam upacara resmi, setelah kematian Maria Ratu Adelaide, ibu Umberto.


Margherita di Savoia

Pasangan kerajaan itu melakukan perjalanan ke seluruh  Italia untuk mengenal dan menjadi simbol persatuan Italia. Sukses, terutama berkat sikap Margaret, yang mampu memikat orang banyak, mengenakan kostum regional di tempat yang dikunjungi, dan mendemonstrasikan untuk menghargai budaya dan tradisi. Putra tunggal mereka lahir di Napoli, bernama Vittorio Emanuele Ferdinando Maria Gennaro, bergelar Prince of Naples (kelak menjadi raja Italia dengan gelar Vittorio Emanuele III).
Selama masa-masa krisis, penindasan terhadap orang-orang yang melakukan protesmembuat raja menyepakati beberapa hal (yang paling mencolok adalah penganugerahan Medali kepada Jenderal Bava Beccaris yang menggunakan senjata ketika menghadapikerumunan orang yang memprotes kenaikan harga roti (82 tewas dan 503 luka-luka).

Pada tahun 1878 di Naples, seorang koki John Passanante mencoba menusuk raja, yangjuga mengalami serangan serupa dFoggia. Umberto mengatakan bahwa serangan-serangan itu adalah risiko dan bahwa mereka yang memerintah harus menerima. Pada tahun 1897, ia lolos dari usaha pembunuhan oleh seorang pandai besi, Pietro Acciarito Rattazzi.

Pada 21 Juli 1900, Gaetano Bresci, seorang anarkis Italia yang telah berimigrasi keAmerika pada tahun 1897, membunuh sang Raja dengan tiga luka tembak, dengaalasanuntuk membalas peristiwa pemberian medali untuk Jenderal Bava Beccaris.


Gaetano Bresci 

**************************************************************************

Pada tanggal 16 Desember 1899, di sebuah ruangan di Hotel du Nord dekat Stazione Centrale (sekarang bernama Hotel Principe di Savoia, di Piazza della Repubblica), Herbert Kilpin dan Alfred Ormonde Edwards bersama dengan rekan-rekan mereka yang terdiri dari orang Inggris dan sejumlah orang Italia (mantan anggota klub Mediolanum), mendirikan Milan Football and Cricket Club.


11 orang deklarator Milan Football and Cricket Club : 

  1. Alfred Edwards (Inggris)
  2. Herbert Kilpin (Inggris)
  3. Samuel Richard Davies (Inggris)
  4. Henry Paulet Saint John Mildmay (Inggris)
  5. Barnett (Inggris)
  6. Daniele Angeloni (Italia)
  7. Francesco Angeloni (Italia)
  8. Penvhyn Liewellyn Patrick Neville (Wales)
  9. Giulio Antonio Cederna (Italia)
10. Guido Valerio (Italia)
11. Antonio Dubini (Italia)







Deklarasi:

“Siamo noi, la squadra di questa grande citta : il Milan ! Il rosso e il nero, colori fiammeggianti, saranno il nostro simbolo. Italiano, Inglesi, e non solo, uniti porteremo la vocazione all'impresa, a farci ricordare nel tempo, in ogni Paese, con la forza e la bellezza del nostro modo di essere sportivi.”

(“Ini adalah kita, tim dari kota besar: Milan ! Merah dan Hitam, warna menyala, akan menjadi simbol kita. Orang Italia, orang Inggris, dan bukan hanya itu, bersama-sama menyampaikan seruan kepada lembaga ini, untuk diingat dalam waktu, di setiap negara, dengan kekuatan dan keindahan cara kita untuk menjadi sporty.”)



Piagam Deklarasi


  
Statuta:

"I sottoscritti soci, che appongono la firma per l'impegno che si assumono, dichiarano di fondare una Società Sportiva che prende la denominazione di Milan Cricket and Football Club, con lo scopo di diffondere il gioco del football e di praticare il cricket nella misura più ampia possibile".

("Para anggota di bawah ini, yang membubuhkan tanda tangan terhadap komitmen yang Anda ikuti, mengatakan bahwa mereka mendirikan klub yang mengambil nama Milan Cricket dan Football Club, dengan tujuan untuk menyebarkan praktek permainan sepak bola dan kriket seluas mungkin.")



Piagam Statuta






Berita di Gazzetta dello Sport pada Senin, 18 Desember 1899 mengenai kelahiran Milan Football and Cricket Club.









Susunan kepengurusan awal :
Alfred Edwards, Presiden
- Edward Nathan Berra, Wakil Presiden dan manager tim cricket
David Allison, manager tim sepakbola
Samuel Richard Davies, Sekretaris Jenderal

Penasehat:
Barnett
Henry Paulet Saint John Mildmay
Pietro “Piero” Pirelli (kelak menjadi Presiden Milan selama 20 tahun)

Anggota:
Daniele Angeloni
- Giovanni Carlo “Giannino” Camperio
- Antonio Dubini
- Guido Valerio
- Herbert Kilpin




Pelatih : Herbert Kilpin

Pemain-pemain : 

Kiper :
Hoberlin Hood (Inggris)

Belakang :
Pietro Cignaghi (Italia)
Lorenzo Torretta (Italia)

Tengah :
Kurt Lies (Inggris)
Guido Valerio (Italia)
David Allison (Inggris)

Depan :
Herbert Kilpin (Inggris)
Samuel Richard Davies (Inggris)
Penvhyn Llewellyn Patrick Neville (Inggris)
Antonio Dubini (Italia)
- Attilio Formenti (Italia)


Cadangan :
Tengah :
Alberto Pirelli (Adik dari Pietro “Piero” Pirelli)
Giovanni Carlo “Giannino” Camperio



Markas besar organisasi ini terletak di Fiaschetteria Toscana via Berchet, 1 - Milano(sekarang ditempati oleh sebuah lembaga dari Banca Nazionale del Lavoro), di pojokan Via Foscolo, samping Galleria Vittorio Emanuele.


Fiaschetteria Toscana via Berchet, dulu dan sekarang. 

Sedangkan lapangan yang menjadi tempat latihan dan juga kandang Milan adalah Trotteratau yang lebih dikenal dengan Campo Trotter (Camp Trotter). Stadion lain yang sering dipakai juga sebagai kandang Milan adalah Piazza Doria (Civic Arena).

Lapangan Trotter terletak di tengah padang rumput di pinggiran utara kota dengan banyak ruang untuk menunggang kuda dan permainan outdoor. Trotter adalah sebuah tanah lapang yang ditandai dengan garis-garis menggunakan kapur di tanah, dengan pintu kayu yang sangat sederhana, tanpa infrastruktur pendukung. Penonton, atau mungkin hanya pelintas, dapat dengan mudah menghadiri dan menyaksikan atraksi para pemain dari pinggir lapangan.


Kilpin dan rekan-rekan sedang latihan di Campo Trotter, lapangan latihan Milan yang pertama.


Campo Trotter tahun 1900, para penonton sedang menyaksikan salah satu pertandingan kandang Milan.

Dalam deklarasi ini juga diputuskan bahwa seragam klub tersebut adalah garis-garis Merah-Hitam vertikal. Tak lama setelah itu bergabung juga beberapa orang lagi diantaranya adalah Pietro “Piero” Pirelli, beberapa pemain dari Mediolanum dan sejumlah siswa dari Cattaneo. Rossoneri sekarang siap untuk memasuki kancah pertarungan.



Pendirian klub sepakbola baru ini membangkitkan minat besar di antara para pemuda kelas menengah, juga mereka yang ingin segera melihat karya para deklarator, dan menjadi anggota klub. Para pendiri pun bisa mengandalkan sejumlah praktisi yang akan dipilih untuk masuk ke dalam tim. Setelah mendaftarkan diri di FIF (Federasi Sepakbola Italia) 15 Januari 1900 dan telah mencoba semua kandidat pemain yang tersedia, Milan merasa siap untuk memulai tantangan pertama.

Kurang dari tiga bulan setelah dilahirkan, tepatnya tanggal 11 Maret 1900, di lapangan Trotter, Milan menghadapi pertandingan derby melawan Mediolanum Milan, tim kota Milan yang sudah jauh lebih dulu ada. Awalnya pertandingan ini berlangsung menarik dan seimbang, tapi kemudian Milan “merusak” permainan Mediolanum dan menang dengan skor 2-0 melalui gol Allison dan Kilpin. Pertandingan pertama Milan yang bersejarah ini berlangsung selama 80 menit (2 x 40 menit).

Pada tahun 1900, Rossoneri berpartisipasi dalam kejuaraan pertama mereka bersama empat tim lain Genoa, Torino, Juventus, dan Ginnastica Torino. Tanggal 15 April, Milan pergi ke kota Turin untuk bertanding secara resmi pertama kali menghadapi Torino diVelodrome Umberto I di Turin, namun kalah 0-3 (melalui tripletta Eduardo Bosio, rekan Kilpin sewaktu bersama-sama mendirikan Internazionale Torino).

Ini adalah line up resmi pertama Milan : Hood, Cignaghi, Torretta, Lies, Kilpin, Valerio, Dubini, Davies, Neville, Allison, Formenti. Tim inti Milan terdiri dari 5 orang Inggris, 1 orang Wales, dan 5 orang Italia.

Milan kembali bertanding beberapa minggu setelahnya, tepatnya tanggal 27 Mei 1900 untuk tampil di edisi pertama dari Medaglia del Re (King’s Medal), yang diadakan sebagai hadiah oleh Raja Umberto I beberapa waktu sebelum terbunuh di Monza pada bulan Juli tahun itu. Milan mengalahkan Juventus dengan skor 2-0 melalui gol Camperio dan Allison, dan merebut Medaglia del Re. Jumlah penonton, 500 orang lebih.


Medaglia del Re


**********************************************************************
Pertandingan-pertandingan Milan di musim 1899-1900.

(Persahabatan)
Minggu, 11 Maret 190
Campo Trotter, Milano


MILAN  2 – 0  MEDIOLANUM 
Gol : Allison, Kilpin

Line up:
Hood, Cignaghi, Torretta, Lies, Kilpin, Valerio, Dubini, Davies, Neville, Allison, Pirelli.

…………………………………………………………………………………….

(Persahabatan)
Minggu, 18 Maret 1900
Campo Trotter, Milano

MILAN  0 - 4  TORINO

………………………………………………………………………………………


(Penyisihan Kejuaraan Italia)
Minggu, 15 April 1900
Velodromo Umberto I, Torino

TORINO  3 – 0  MILAN

………………………………………………………………………………………

(Medaglia del Re)
Minggu, 27 Mei 1900
Civic Arena, Milano


MILAN  2 – 0  JUVENTUS
Gol : Camperio, Allison


Line up:
Hood, Cignaghi, Camperio, Lies, Kilpin, Valerio, Dubini, Davies, Neville, Allison, Pirelli.


STAGIONE 1900-1901
Tahun 1901, masyarakat Italia menyaksikan sebuah tim yang berkomitmen kuat untuk menghilangkan gap dengan “saudara” mereka yaitu kota Genoa dan Turin. Secara resmi, liga sepakbola yang diatur oleh federasi sepakbola (FIF) hanya mencakup daerah-daerah industri, yaitu Genoa - Torino (Turin) - Milan (dikenal dengan nama GE-TO-MI). Di tempat lain sebenarnya ada juga pergerakan atau kegiatan sepakbola, namun kurang terorganisir, terutama di Timur Laut Italia, dan tidak terdaftar dalam Federasi Sepakbola Italia.


Kota Milan tahun 1901

Pada musim kedua berdirinya, Milan sudah menjadi juara Italia. Milan meraih scudetto setelah mengalahkan Mediolanum di babak eliminasi, mengatasi Juventus di semifinal, dan di final menghempaskan Genoa.

Scudetto pertama dalam sejarah Milan ini seperti mengulangi kesuksesan mereka di ajang "King’s Medal" edisi kedua, dua bulan sebelumnya, di musim yang sama. Di ajang ini, Milan menjadi juara dengan urut-urutan pertandingan yang sama seperti saat merebut scudetto : menaklukkan Mediolanum secara gemilang di perempatfinal, melumat Juventus di semifinal dan mengalahkan Genoa di final !!!

Inilah tahun di mana sepakbola menunjukkan dirinya sebagai olahraga yang besar. Kemenangan tandang sangat sulit dicapai. Di kandang Genoa, protagonista dalam sepakbola Italia selama bertahun-tahun, hal itu bahkan mendekati mustahil. Lapangan yang penuh dengan “perangkap” yang hanya diketahui oleh pemain tuan rumah, juga transfer pemain-pemain bagus yang dilakukan rival-rival Milan. Ditambah lagi, perjalanan dengan kereta api ke Turin atau Genoa dari Milan yang butuh waktu empat atau lima jam. Perjalanan dimulai pada hari Sabtu, menginap dan makan di mana pun berada, dan akhirnya menjalani pertandingan di hari Minggu, kemudian menghadapi perjalanan pulang (inilah bagian yang selalu menyedihkan).

NAMUN, di sinilah Milan menunjukkan kekuatannya ketika memenangkan gelar. Pembalasan dendam Rossoneri atas Genoa di ajang “King’s Medal” ternyata belum cukup.

Di liga, kemenangan fantastis Milan atas Juventus dan Genoa di semifinal dan final saja (yang membuahkan scudetto), sudah sangat mencengangkan orang, mengingat Rossoneri baru berumur 17 bulan. Ditambah lagi dengan fakta bahwa kedua kemenangan historis itu diraih Milan saat bermain di kandang lawan !!!
(Sebagai catatan, Genoa belum pernah mengalami kekalahan di kandang. Bahkan seri pun tidak.)

Tidak tanggung-tanggung, di Ponte Carrega (kandang Genoa) Milan membantai sang favorit dan juara bertahan selama 3 musim berturut-turut itu dengan skor telak : 3-0 !!!!!!
Koran-koran bahkan menyebut Milan sebagai “Phenomenon”. Milan telah menjelma menjadi tim yang superior..............!

Dan Milan pun mulai menulis kisah legendanya sendiri..........



Throphy scudetto 1901.

*************************************************************************

Milan, sang Phenomenon, berkembang dengan cepat sebagai klub sepakbola pujaan. Milan yang dimotori bintang asli sepanjang masa, Herbert Kilpin, telah menggairahkan impian para pemain muda terampil dan berbakat untuk bergabung. Milan menggantikan imajinasi kolektif yang sampai saat itu diwakili oleh tim lain di kota Milan, Mediolanum. (Rossoneri selalu mengalahkan Mediolanum dalam SETIAP pertemuan mereka.)

Milan juga menampilkan struktur perusahaan dan aplikasi yang sangat meningkat. Peningkatan ini sebanding dengan jumlah praktisi dan anggota, dan berada dalam kesinambungan akan meningkatnya jumlah pemain yang bercita-cita tinggi, sehingga kerangka Milan menjadi semakin kuat.


Berita di Gazzetta dello Sport mengenai keberhasilan Milan menjadi Juara Italia.


**************************************************************************
Pertandingan-pertandingan Milan di musim 1900-1901.
**************************************************************************

UJI COBA
Minggu, 2 Desember 1900
Campo Trotter, Milano
MILAN (A)  5 - 4  MILAN (B)

MILAN (A): Allison (capt.)
MILAN (B): Kilpin (capt.)

**************************************************************************
  
TROFEO "ALBERO DI NATALE”


Semifinal 
Minggu, 23 Desember 1900
Campo Trotter, Milano 
MILAN  11 - 0  MEDIOLANUM

MILAN: Kilpin (capt.)
MEDIOLANUM: Gadda (capt.)

...............................................

Final
Minggu, 23 Desember 1900
Campo Trotter, Milano
MILAN  2 - 0  GENOA

************************************************************************* 

MEDAGLIA  DEL  RE   (King’s Medal)


Perempatfinal
Minggu, 3 Maret 1901
Campo Trotter, Milano 
MILAN  5 - 0  MEDIOLANUM

MILAN :
Hayes, Suter, Angeloni, Lies, Neville, Valerio, Dubini, Davies, Kilpin, Spreafico, Colombo.

MEDIOLANUM :
Magnani, Gadda (capt.), Ghinelli F., Parodi, Angeloni II, Ferrarese, Recalcati, Meazza U., Luzzato, Ghinelli A., Ermolli.

Wasit : Nordi Carlo

...............................................

Semifinal
Minggu, 10 Maret 1901
Campo Trotter, Milano
MILAN  3 - 0  JUVENTUS

...............................................

Final
Minggu, 17 Maret 1901
Campo Trotter, Milano

MILAN  1 - 1  GENOA
(Genoa menolak bertanding pada pertandingan ulang, Milan dinyatakan sebagai juara.)

MILAN :
Hood, Formenti, Allison, Neville, Davies, Dubini, Suter, Kilpin, Lies, Wagner, Gregoletto.

GENOA :
Spensley, Edoardo Pasteur (capt.), Ghigliotti, Rossi, Enrico Pasteur, Passadoro, Agar, Calì, Dapples, Damata, Bocciardo G.

Wasit : Weber di Torino

************************************************************************* 

(Menjelang dimulainya liga, Milan mentransfer Catullo Gadda dari Mediolanum. Dan seusai merebut scudetto, Gadda kembali lagi ke Mediolanum.)

KEJUARAAN / LIGA ITALIA


Babak Eliminasi
Minggu, 14 April 1901
Trotter, Milano

MILAN  2 - 0  MEDIOLANUM
Gol : Davies, Lies.

MILAN:
Hood, Suter, Gadda, Lies, Kilpin, Angeloni, Recalcati, Davies, Negretti, Allison, Colombo.
Pelatih : Kilpin.

MEDIOLANUM:
Magnani, Massaroni I Bosisio, Torretta, Ghinelli, Magni, Massaroni II, Meazza U., Banderheirer, Luzzato, Ghinelli.
Pelatih : Meazza.

Wasit: De Roote di Torino

...............................................

Semifinal 
Minggu, 28 April 1901
Piazza D'Armi, Torino

JUVENTUS  2 – 3  MILAN             
Gol : Donna, Negretti, Malvano, Negretti, Kilpin.

JUVENTUS :
Durante, Armano, Rolandi, Varetto, Canfari, Barberis, Gibezzi, Malvano, Forlano, Savage, Donna.
Pelatih : Donna.

MILAN:
Hood, Suter, Wagner, Angeloni, Neville, Lies, Colombo, Allison, Kilpin, Negretti, Davies.
Pelatih : Kilpin.

Wasit : Nasi di Torino

...............................................

Final
Minggu, 5 Mei 1901
Ponte Carrega, Genoa 

GENOA  0 - 3  MILAN
Gol : Kilpin, Negretti (2).

GENOA :
Spensley, Ghigliotti, Pasteur I, Rossi, Passadoro, Pasteur II, Agar, Bocciardo, Calì II, Dapples, Delamare.
Pelatih : Spensley.

MILAN :
Hood, Suter, Gadda, Lies, Kilpin, Angeloni, Recalcati, Davies, Negretti, Allison, Colombo.
Pelatih : Kilpin.

Wasit : Ghiglione di Torino

*************************************************************


Pemain yang diturunkan Milan pada musim ini :


Hoberlin Hood (Inggris / kiper)
Hayes (Inggris / kiper)
Catullo Gadda (Italia / bek)
Hans Heinrich Suter (Swiss / bek)
Luigi Wagner (Italia / bek)
Kurt Lies (Inggris / gelandang)
- Daniele Angeloni (Italia / gelandang)
- Agostino Recalcati (Italia / gelandang)
Guido Valerio (Italia / gelandang)
Herbert Kilpin (Inggris / pelatih, bek, gelandang, striker) 
- Guerriero Colombo (Yunani / striker)
- Samuel Richard Davies (Inggris / striker)
- David Allison (Inggris / striker)
- Ettore Negretti (Italia / striker)
Penvhyn Llewellyn Patrick Neville (Wales / striker)
Bernardino Guido Gregoletto (Italia / striker)
Antonio Dubini (Italia / striker)
- Attilio Formenti (Italia / striker)
Spreafico (Italia / striker)


****************************************************************************


Kiper pertama Milan adalah Hoberlin Hood.

Selain bertindak sebagai kiper, ia juga diakui karena kualitas keberanian dan kekuatan mentalnya. Sehingga ia dimasukkan dalam jajaran defender-defender ekstrim pada waktu itu, ia terlihat bagaikan tiang besar di daerah pertahanan. Hal ini adalah hasil dari skema taktik dengan hanya 2 bek dan 5 penyerang yang digunakan oleh semua tim: oleh karena itu setiap sudut lapangan adalah “pertempuran” besar, di mana lawan juga “melabrak” dengan cara yang sama.




Suter-Gadda adalah pasangan defensif yang tersusun dengan sangat baik sekali, sebuah kombinasi yang sangat unggul.
Hans Heinrich Suter dari Swiss adalah seseorang yang berasal dari kelas sosial yang tinggi, yang lalu mencari petualangan baru untuk mengakhiri karir di Amerika Serikat, di mana ia meninggal pada tahun 1955.





Catullo Gadda, yang didatangkan dari dan kembali lagi ke Mediolanum, piawai dan “otoriter” dalam pertempuran dengan lawan.





Lini tengah dipimpin oleh sang maestro, Herbert Kilpin. Seorang pemain yang mungkin tidak terlalu berbakat secara teknik, tetapi mampu mengisi segala kekurangan di lapangan melalui watak dan karakter yang membangkitkan semangat dan daya juang. Kilpin ditemani oleh Kurt Lies, tinggi dan kuat,





serta Daniele Angeloni (ex Mediolanum) yang sangat kaya akan teknik bermain.





Lini depan, yang begitu “ramai”, berpusat pada Ettore Negretti, pemain muda penuh harapan yang kemudian tidak mampu bersinar lebih jauh lagi di tahun-tahun mendatang, namun menjadi titik penentu di mana ia mencetak masing-masing dua gol pada semifinal melawan Juventus dan final menghadapi Genoa.






Samuel Richard Davies, seorang ahli yang sangat dipercaya oleh Kilpin baik di lini penyerangan maupun dalam kehidupan sehari-hari di dunia tekstil.





David Allison, orang Inggris yang lahir di Prancis, sarat pengalaman dalam bermain dan berkepribadian yang kuat, ia bermain sebagai penyerang tengah dan sangat sulit dijaga. Ia seorang master dalam kotak penalti dan pintar mengakali peraturan permainan serta lihai mengelabui wasit dan staff pertandingan.





Di bagian penyerang luar, ada Agostino Recalcati. Ia sebenarnya adalah seorang gelandang, namun dipasang bermain di area antara tengah dan depan sehingga lebih berfungsi sebagai striker, sangat cepat melakukan perpindahan posisi. Recalcati berasal dari Mediolanum. Dan setelah merebut scudetto bersama Rossoneri di musim ini, ia kembali ke Mediolanum bersama-sama dengan Gadda.
Pada tahun 1904, ia ikut mendirikan klub US Milanese.
Guerriero Colombo, striker dengan kualitas teknis yang sangat kompetitif.
Penvhyn Llewellyn Patrick Neville, salah satu pendiri Milan. Seorang pemain serbaguna, walaupun posisi aslinya adalah striker.



*****************************************************************************



Formasi AC Milan saat memenangkan scudetto pertama tahun 1901.


Berdiri dari kiri ke kanan:
Kurt Lies
Catullo Gadda
Hoberlin Hood
Edward Nathan Berra (Italia / Wakil Presiden)
Hans Heinrich Suter 

Duduk di kursi dari kiri ke kanan:
Herbert Kilpin 
- Alfred Edwards (Inggris / Presiden) 
- Giovanni Carlo “Gianinni” Camperio (Pemain cadangan dan anggota eksekutif klub)
- Daniele Angeloni

Bawah dari kiri ke kanan:
- Agostino Recalcati
- Samuel Richard Davies
- Ettore Negretti
- David Allison
- Guerriero Colombo


  • DERBY MILAN
    ~PERNAK-PERNIK DERBY MILANO MUSIM 2010-2011~
    Derby della Madonnina selalu meninggalkan cerita menarik, tak terkecuali pada duel Derby ke-176 kemarin. Berikut pernak-perniknya:

    ~ Sebanyak 80.018 lembar tiket laga ini terjual habis. Pendapatan dari penjualan tiket mencapai 2,382 juta euro atau sekitar 29 miliar rupiah.

    ~ Leonardo terkena kutukan derby Milano sebagai pelatih. Dari 3 laga yg dijalaninya, tak satupun ia memperoleh kemenangan baik saat melatih MILAN maupun inter. Bahkan, tim yang dilatihnya tak pernah mencetak gol & selalu kalah dengan skor telak !

    ~ Leonardo mendapat sambutan “istimewa” dari MILANISTI. Berkat “pengkhiatannya” pada IL DIAVOLO, Leo dianggap sebagai Yudas. Dalam ajaran Katolik, Yudas adalah pengkhianatYesus Kristus. Kubu Curva Sud membawa spanduk raksasa bergambar karikatur The Last Supper (tragedi penghianatan terhadap Yesus) milik Leonardo da Vinci.

    ~ Debut Cassano dalam derby Milano hanya berjalan 11 menit. Dalam waktu singkat itu, ia menghasilkan penalti, mencetak gol, hingga mendapat kartu kuning & kartu merah !

    ~ Lembaga analisis media ternama Eropa, Vidierre, memperkirakan laga Derby Della Madonnina kemarin disaksikan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia. Angka ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah MILAN & inter !

Histori di Balik Derby Milan (Derby della Madonnina) 
Persaingan antara AC Milan dan Inter Milan tidak terlepas dari pendirian Milan Cricket and Football Club pada 16 Desember 1899. Alfred Edwards, pebisnis dan pesepakbola yang menjadi wakil konsul Inggris di Milan, berperan dalam prosesnya.
Singkatnya, perpecahan tidak bisa dielakkan menyoal perlu tidaknya merekrut pemain asing di 1908, hingga akhirnya pada 9 Maret di tahun itu juga berdirilah Inter atau dengan nama langkapnya FC Internazionale Milano. Inter langsung membuka keran buat pemain asing, Milan keukeuh memaksimalkan pemain lokal.
Derby Milan untuk pertama kalinya terjadi pada 10 Januari 1910. Pada awalnya perselisihan melibatkan kelas sosial di dalamnya. Nerazzurri lebih didukung kaum borjuis, sedangkan kaum pekerja umumnya mendukung Milan. Namun ke belakang perselisihan ideologi dan sosial itu sedikit terselubungi, sejak Milan dimiliki Silvio Berlusconi yang cenderung konservatif-kanan dan Inter dikontrol Massimo Moratti yang cenderung sosialis-kiri.
Permusuhan yang kental tercetus dari banyak hal dalam partai yang dikenal dengan sebutan Derby della Madonnina ini. Madonnina merupakan penamaan patung Virgin Mary di Duomo, katedral yang menjadi land-mark Milan. Satu contoh paling mudah penyebutan nama stadion yang menjadi markas bersama sejak 1947.
Milan enggan menyantumkan bermain di Stadio Giuseppe Meazza. Rossoneri lebih memilih San Siro, nama asli yang sesuai dengan daerah setempat. Padahal sejak 1980, Dewan Kota Milan mengubah namanya untuk menghormati Meazza, pemain yang lebih lama bermain untuk Inter ketimbang bersama Milan.
Stadion terbesar di Italia tersebut menjadi saksi bisu permusuhan. Setiap tim memiliki ruang ganti sendiri. Jadi, Giuseppe Meazza merupakan satu dari sedikit stadion yang memiliki tiga ruang ganti pemain, plus satu untuk tim tamu. Tribun stadion sudah dikavling. Curva sud atau sektor selatan milik Milanisti lengkap dengan kursi yang didominasi warna merah, dan curva nord atau sektor selatan yang diwarnai biru menjadi milik Interisti.

CACADNYA ILER MERDA
Ini Dia 75 Rekaman Percakapan Calciopoli
Jum'at, 16 April 2010 - 11:35 wib


NAPLES – Mantan Direktur Juventus Luciano Moggi tak main-main untuk membuka kembali kasus Calciopoli. Bahkan, dia merilis 75 rekaman telpon di pengadilan di Naples kemarin.

Pecinta Serie A kembali dikejutkan dengan temuan baru dalam lanjutan skandal Calciopoli. Di depan media, tim pengacara Moggi membeberkan 75 rekaman telpon.

Diketahui rekaman tersebut lebih sering melibatkan mantan Presiden Inter Milan Giacinto Facchetti. Sementara yang lainnya seperti Presiden Cagliari Massimo Cellino, Presiden Bologna Renato Cipollini, mantan Direktur Palermo Rino Foschi, Presiden Reggina Pasquale Foti, Wakil Presiden Milan Adriano Galliani, Chief Roma Daniele Prade, mantan pelatih Udinese Luciano Spalletti, mantan ketua wasit Paolo Bergamo dan Pierluigi Pairetto serta mantan wasit senior Massimo De Santis juga diduga terlibat Calciopoli.

Sebagian besar hasil penyadapan telpon terdengar Facchetti berbicara dengan De Santis dan Bergamo. Mereka mendiskusikan masalah wasit ‘pesanan’. Sementara Presiden Inter Massimo Moratti dan mantan Direktur Milan Leonardi Meani ‘tertangkap’ berkomunikasi dengan De Santis sebelum deby.

Informasi lebih lanjut mengenai rekaman percakapan orang-orang yang diduga terlibat Calciopoli akan dibeberkan Selasa (20/4/2010). Tapi, seperti diberitakan Goal, Jumat (16/4/2010), terdapat 75 rekaman percakapan yang dianggap penting:

1. 24/11/2004
BERGAMO-Pairetto
“(Wasit) Ayroldi mengubah laporan mengenai Totti”
2. 12/05/2005
CELLINO-BERGAMO
3. 22/02/2005
CELLINO-BERGAMO
“Kirim saya wasit”
4. 22-052005
CELLINO-Pairetto
5. 07/03/2005
CIPOLLINI-BERGAMO
6. 08/03/2005
CIPOLLINI-BERGAMO
7. 26/02/2005
DE SANTIS
“Coba hubungi Facchetti”
8. 26/05/2005
FACCHETTI-MAZZINI
“Orang itu main besok”
9. 27/05/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Milan dipimpin Ayroldi”
10. 03-012005
FACCHETTI-BERGAMO
“Saatnya makan malam”
11. 05/01/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Tiba di Pisa pukul 5”
12. 02/02/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Saya bertengkar dengan (wasit) Racalbuto”
13. 25/02/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Mereka menentukan lapangan dan asisten”
14. 26/04/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Pertandingan melawan Juve disiapkan dengan baik”
15. 14/05/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Mancini tenang-tenang saja”
16. 23/12/2004
FACCHETTI-BERGAMO
“Moratti punya hadiah”
17. 27/01/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“(wasit) Paparesta sudah disiapkan”
18. 05/01/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Taman”
19. 26/11/2004
FACCHETTI-BERGAMO
“Untuk semua yang sudah membantu Minggu ini”
20. 09/01/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Pertandingan itu harus kita menangkan bersama”
21. 17/01/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Saya tinggalkan guci-guci di lobi”
22. 10/01/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Saya akan mengirim Gemignani dan Nicoletti untuk Anda”
23. 24/02/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Saya akan telpon kembali”
24. 03/01/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Trefoloni sedang santai dan dia bisa disiapkan”
25. 15/01/2005
FACCHETTI-BERGAMO
“Walter Gagg ada di rumah Faccheti”
26. 24/03/2005
FACCHETTI-DE SANTIS
27. 24/03/2005
FACCHETTI-DE SANTIS
“Sekretaris”
28. 15/03/2005
FACCHETTI-Ghirelli
“Tiket untuk pengacara”
29. 28/12/2004
FACCHETTI-Ghirelli
“Dengan orang Skotlandia di Milan”
30. 28/12/2004
FACCHETTI-Ghirelli
“Lapangannya buruk”
31. 28/12/2004
FACCHETTI-Ghirelli
“Saya akan bicara dengan Galliani”
32. 04/01/2005
FACCHETTI-Ghirelli
“Peraturan umum”
33. 08/02/2005
FACCHETTI-LANES
“Pengaturan wasit ini tidak wajar”
34. 25/11/2004
FACCHETTI-MAZZEI
“Itu diurus Mazzaei”
35. 12/12/2004
FACCHETTI-MAZZEI
“Syaa tak bisa datang karena banyak wartawan di sana”
36. 11/12/2004
FACCHETTI-MAZZEI
“Pergi untuk dapatkan tiket besok”
37. 25/11/2004
FACCHETTI-MAZZEI
“Pilih wasit yang bagus untuk pertandingan Minggu sore”
38. 11/02/2005
FACCHETTI-Pairetto
“Anda telah melakukannya untuk Coppa Italia”
39. 16/11/2004
FACCHETTI-Pairetto
“Anda telah dipih untuk Coppa Italia”
40. 11/02/2205
FACCHETTI-Pairetto
“Anda pilih (Wasit) Trefoloni”
41. 12/04/2005
FACCHETTI-Pairetto
“Saya butuh bantuan”
42. 02/02/2005
FACCHETTI-Pairetto
“Yang paling penting di sana”
43. 17/03/2005
FACCHETTI-Pairetto
“Semoga berhasil”
44. 02/03/2005
FACCHETTI-Pairetto
“Beri saya dua tiket”
45. 12/04/2005
FACCHETTI-Pairetto
“Pairetto tinggalkan pesan di mesin penjawab”
46. 31/03/2005
FACCHETTI-Pairetto
“Pairetto tinggalkan pesan di sekretaris”
47. 31/03/2005
FACCHETTI-Pairetto
“Sabtu ini kami tampil di pertandingan internasional”
48. 14/04/2005
FOSCHI-DE SANTIS
“Kami harus lihat”
49. 25/02/2005
FOSCHI-DE SANTIS
“Saya ucapkan selamat kepada Anda”
50. 08/03/2005
FOSCHI-PAIRETTO
“Dekati wasit, dan taruh mereka di tempat pertama”
51. 26/01/2005
FOSCHI-PAIRETTO
“Tiket lebih banyak”
52. 06/01/2005
FOSCHI-PAIRETTO
"Cazziatone"
53. 02/04/2005
FOSCHI-Pairetto
“Cazziatone di Cesena”
54. 22/04/2005
FOSCHI-Pairetto
“Cazziatone di Cesena”
55. 22/04/2005
FOSCHI-Pairetto
“Cazziatone imbang”
56. 22/03/2005
FOSCHI-Pairetto
“Pujian untuk Rodomonti”
57. 04/02/2005
FOSCHI-Pairetto
“Kami mengkhawatirkan De Santis”
58. 28/11/2004
FOTI-BERGAMO
59. 04/12/2004
FOTI-BERGAMO
60. 11/12/2004
FOTI-BERGAMO
61. 07/11/2004
FOTI-BERGAMO
“Buat grid!”
62. 16/05/2005
GALLIANI-BERGAMO
63. 28/04/2005
GALLIANI-BERGAMO
“Permintaan bantuan kepada Bergamo dari Galliani”
64. 17/05/2005
GALLIANI-BERGAMO
“Hasil imbang melawan Juve mengejutkan”
65. 01/03/2005
GALLIANI-MAZZINI
66. 11/04/2005
GALLIANI-MAZZINI
67. 28/11/2004
GALLIANI-Pairetto
“Kami akan bersenang-senang”
68. 17/05/2005
GALLIANI-Pairetto
“Sekretaris mengundangnya ke Turki”
69. 24/03/2005
GALLIANI-Pairetto
“Pairetto dipuji Galliani melalui voicemail”
70. 27/02/2007
Meani-DE SANTIS
“Sebelum derby”
71. 25/12/2004
MORATTI-BERGAMO
72. 25/12/2004
MORATTI-BERGAMO
73. 10/01/2005
MORATTI-BERGAMO
74. 21/05/2005
Prada-MAZZINI
“Kami sangat bergantung kepada Anda”
75. 12-05-2005
SPALLETTI-BERGAMO
“Saya akan memilih Pisacreta dan Griselli mengambil tanggung jawab itu. Kami akan membuat semuanya terjadi”


sejarah derby della madonina (Milan vs Iler)
derby della madonina

kenapa derby ini dinamakan derby della madonina karena untuk menghormati salah satu tempat wisata utama kota Milan, yaitu patung Bunda Maria di atas Duomo, yang biasanya disebut "Madonnina".
  1. Derby della Madonnina, atau Derby Milan ,salah satu derby terpanas dalam pertandingan sepak bola di liga italia antara klub Italia Associazione Calcio Milan dan Internazionale Milano Football Club. Ini adalah derby lokal diperebutkan gengsi dan pengaruh di kota trsebut dan merupakan salah satu derbies yang paling di nanti oleh pecinta sepak bola seluruh dunia
  2. selain itu ada juga derby ibukota antara AS Roma -  ss lazio dan derbies Turin, dan derby lainnya.
  3. derby della madonina secara luas dianggap sebagai salah satu derbies Crosstown utama di Serie A, dan copa italia selain itu persaingan ini pernah terjadi di luar liga domestik yaitu d liga champions ,di tanah eropa derby in juga menjadi yg pertama kalinya,, karena begitu kerasnya derby ini ,banyak sekali kejadian - kejadian menarik salah satunya adalah perkelahian antara pemain bahkan pemilihan wasit harus benar -benar di perhitungkan, sehingga hanya wasit tertentu yg dipilih untuk memimpin pertandingan ini saat bertemu.

kenapa derby ini dinamakan derby della madonina karena untuk menghormati salah satu tempat wisata utama kota Milan, yaitu patung Bunda Maria di atas Duomo, yang biasanya disebut "Madonnina".

Rivalry culture
Pada tanggal 16 Desember 1899, Alfred Edwards N freind .mendirikan club  Milan Cricket dan Football Club.
Edwards, seorang mantan wakil konsul Inggris di Milan dan kepribadian yang terkenal masyarakat tinggi Milan, pertama kali presiden klub terpilih.
Awalnya, tim memasukkan bagian kriket, dikelola oleh Edward Berra, dan bagian sepak bola yang dikelola oleh David Allison. Tim Milan segera mendapat orang terkemuka yang relevan di bawah panduan Herbert Kilpin's. Trofi pertama yang memenangkan adalah Medaglia del Re (King's Medal) pada Januari 1900, dan tim kemudian memenangkan tiga mil nasional, tahun 1901, 1906 dan 1907. Kemenangan tahun 1901 terutama relevan karena itu berakhir seri berturut-turut menang dari Genoa, yang telah satu-satunya tim yang memenangkan gelar sebelum 1901.

Pada tahun 1908, isu atas penandatanganan pemain asing menyebabkan perpecahan dan mengakibatkan brdirinya klub  FC Internazionale Milano.
Di masa lalu, Inter dipandang sebagai klub kaum borjuis Milan (bauscia dijuluki, Milan istilah yang berarti "pembual"), sedangkan Milan adalah tim kelas pekerja (dijuluki casciavit, yang berarti dalam "obeng" dialek Milan, dengan kedua mengacu pada pekerja kerah biru, dan untuk "canggung") dan didukung terutama oleh para pekerja, anggota serikat buruh dan migran dari Italia Selatan
ac milan sempat menerima julukan tim kelas bawah..namun julukan itu hilang saat milan di ambil alih oleh salah satu org terkaya di italia yaitu Silvio Berlusconi ,dan julukan itu hilang karena Milan kini dimiliki oleh arus konservatif. Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi dan Inter dimiliki oleh seorang pengusaha  Massimo Moratti.
tahun 1960, Inter adalah club tersukses dikota milan dan berhasil, memenangkan Piala Eropa dua kali berturut-turut dan Piala Interkontinental dua kali berturut-turut.
Namun pada akhir 1980-an dan 1990-an Silvio Berlusconi Milan adalah tim yang lebih dominan, dengan banyak kemenangan baik di Italia dan di kompetisi Eropa.

the mazzola VS rivera years

PADA tahun1960-an derby Milan mempertemukan  dua bintang besar sepak bola di Italia berhadapan antara mazzola vs rivera .
sandro mazzola adalah Salah satu pemain yang paling representatif dari Inter , besar di club di Torino FC ,Valentino Mazzola (yang bersama dengan sebagian besar teman-teman timnya Torino,
,rivera dijuluki Golden Boy untuk bakatnya.di Era ini  persaingan semakin memanas karena ke dua klub trus bersaing untuk mnjadi yg trbak d italia dan eropa
Milan memenangkan Piala Eropa di 1962-63,
Inter mengikutinya dengan kembali ke belakang sukses di tahun-tahun berikutnya.
Milan lagi memenangkan gelar di 1968-69. Selama periode ini berhasil bagi kedua tim,persaingan trus memanas dikarena kan ke dua club ditanganin oleh pelatih terkenal pada saat itu,
Milan dilatih oleh Nereo Rocco dan Inter dipimpin oleh Helenio Herrera,

persaingan di timnas
Persaingan berlanjut di tim nasional Italia, rivera vs mazzola ke dua pemain sering tidak bermain bersama, untuk menjaga keharmonisan timnas italia dan biasanya kedua pemain saling ganti menganti. Rivera akhirnya kehilangan garis start-up posisinya di geser olehMazzola ,pada tahun 1970 final piala dunia melawan Brazil, di mana Italia dikalahkan 1-4 oleh Amerika Selatan. persainga kedua pemain ini membuat  Italia  hancur. namun yg menarik Banyak pelatih dan fans melihat ini sebagai kesalahan sang pelatih saat itu Ferruccio karena sang pelatih tidak mempercayakan kedua pemain ini main bersama di menit" awal

The 1990s and present years
 di akhir 1980-an dan awal 1990-an ketika trio Belanda Marco van Basten, Frank Rijkaard dan Ruud Gullit bermain untuk Milan dan trio Jerman Andreas Brehme, Jurgen Klinsmann dan Lothar Matthäus warna membela Inter. Meskipun dalam kurun waktu itu Milan mendominasi sepakbola Italia dan Eropa, persaingan kedua kelb ini semakin terknal di tanah eropa dan di  Piala Dunia 1990:
bahkan sempat di bahs di piala dunia milan = belanda dan inter = germany
tim Belanda telah memasuki persaingan sebagai salah satu favorit didasarkan pada kenyataan bahwa mereka telah memenangkan Kejuaraan Eropa sebelumnya pada tahun 1988, dan trio telah menikmati sukses besar di Milan di tingkat Eropa dengan back-to-back gelar Piala Eropa pada tahun 1989 dan 1990. Milan telah memenangkan 1988 Inter Scudetto

Ketika Belanda bertemu Jerman di Piala Dunia, pertandingan itu dimainkan di tanah rumah Inter dan Milan, San Siro, dan bagi banyak rasanya seperti versi tim nasional dari derby Milan. karena kebetulan saat itu piala dunia 1990 d selengarakan di italia
Permainan berujung dengan sedkit kasar dan yang berakhir dengan kekalahan untuk Belanda
salah satu yg menarik adalah ketika Rijkaard  meludahi Rudi Völler . Jerman memenangkan pertandingan 2-1 dengan dua pemain Inter Klinsman dan Brehme mencetak kemenangan,

Milan, bagaimanapun, terus sukses baik lokal maupun internasional: mereka membangun skuad di bawah memimpin Fabio Capello kemudian dijuluki sebagai Invincibles, yang memenangkan kelima Milan Piala Eropa pada tahun 1994, ketika mereka mengalahkan Johann Cruijff FC Barcelona "tim impian" 4-0 dalam salah satu yang paling final Eropa sisi pernah. Capello Milan mencapai final kompetisi Eropa tiga kali berturut-turut.

Di sisi lain, Inter hasur menunggu lama untuk bangkit di tahun 2006, , ketika skandal Calciopoli Juventus dilucuti dari judul 2005-06 dan menyerahkannya kepada tim. Inter pergi untuk memenangkan gelar Serie A 2007 juga, dengan menjalankan memecahkan rekor kemenangan 17 berturut-turut, pada cara memenangkan kedua peralatan melawan Milan. Derby Milan kedua terkenal, seperti Ronaldo sebelumnya membintangi dengan Inter di akhir 1990-an.

Merah-dan-hitam  di tingkat Eropa

Di babak Semi dari Liga Champions 2002-03, Inter Milan dihadapkan dengan kedua derbies selesai sama (0-0, 1-1). Mengingat bahwa kedua klub bermain di stadion yang sama, Milan sisi ditunjuk jauh di leg kedua, dan seterusnya menang Salah satu pertandingan derby paling terkenal antaraAC mlan vs Inter Milan terjadi di perempat final Liga Champions pada tanggal 12 April 2005. Dengan Milan memimpin 1-0 berkat gol Andriy Shevchenko dan di lag ke 2 milan unggul sementara   2-0 sehingga agregat unggul 3-0, keunggulan ini memicu kemarahan pendukung hardcore Inter menjadi marah, setelah keputusan kontroversial oleh wasit Markus Merk. Botol dan berbagai puing lain nya  dilemparkan ke dalam lapangan.
aks pelemparan itu mengakibat kan korban di kubu milan penjaga gawang milan nelson Dida,kejadian terjadi saat dida ingin mengambil bola untuk melakukan tendanga gawan namun tiba" flare ( pembakar suar ) meluncur turun dari dek atas dan mengenai nelson dida .wasit  Merk sempat menghentikan pertandingan pada menit ke-74. Setelah tertunda tiga puluh menit di mana petugas pemadam kebakaran telah dipanggil untuk menghapus suar pembakaran dari lapangan, pertandingan itu dimulai kembali. namun milan harus kehilangan penjaga gawang nya Dida, bagaimanapun, tidak dapat melanjutkan, dan digantikan oleh Christian Abbiati. Kurang dari satu menit kemudian, meskipun, Merk akhirnya menghentikan pertandingan setelah semakin banyak nya flare yg dilemparkan k dalam lapangan. Pertandingan itu berhenti saat mlan unggul 3-0, dan mengubah agregat menjadi  5-0, kejadian itu membuat. Inter didenda € 200.000 (£ 132,000) - denda terbesar yang pernah dijatuhkan oleh UEFA - dan diperintahkan untuk bermain pertama mereka empat pertandingan Liga Champions di balik pintu tertutup di musim 2005-06 sebagai hukuman.

List of matches from (1995-2011)
Season Date Home team Score Away team Competition Home goal scorers Away goal scorers
1995-1996
Inter 1–1 Milan Serie A Paganin 19' Savicevic 46'
Milan 0–1Inter Serie A Branca 5'

1996-1997
Milan 1–1 Inter Serie A Baggio 4' Djorkaeff 12'
Inter 3–1 Milan Serie A Djorkaeff 32' (pen), Zamorano 43', Ganz 58' Baggio 88'

1997-1998
Inte r2–2 Milan Serie A Simeone 13', Ronaldo 68' (pen) Weah 29', Cruz 80' (pen)
Milan 0–3 Inter Serie A Simeone 42',87', Ronaldo 77'
Milan 5-0 Inter Coppa Italia Albertini 28' (pen), Ganz 33', Savicevic 43', Colonnese 46' (o.g.), Nilsen 60'
Inter1–0Milan Coppa Italia Branca 31'


1998-1999
Milan2–2Inter Serie A Weah 13', Albertini 60' (pen) Ronaldo 7', Moriero 48'
Inter 2–2 Milan Serie A N'Gotty 7' (o.g.), Ganz 90' (pen) Leonardo 14', 52'


1999-2000
Inter 1–2 Milan Serie A Ronaldo 20' (pen) Shevchenko 28', Weah 89'
Milan 1–2 Inter Serie A Shevchenko 90' (pen) Zamorano 43', Di Biagio 63'
Milan2–3 Inter Coppa Italia Shevchenko 44', 55' Vieri 28', Mutu 53, Seedorf 68'
Inter 1–1 Milan Coppa Italia Baggio 37' Shevchenko 35'


2000-2001
Milan 2–2 Inter Serie A Boban 65', Bierhoff 84' Şükür 11', Di Biagio 72'
Inter 0–6 Milan Serie A - Comandini 3', 19', Giunti 53', Shevchenko 67', 78, Serginho 81'

2002-2001
Inter 2–4 Milan... Serie A Ventola 13' Kallon 90' Shevchenko 59', 77', Contra 61', Inzaghi 66'
 Milan 0–1Inter.. Serie A - Vieri 78'

2001-2002
Milan 1–0 Inter Serie A Serginho 12' -
Inter 0–1Milan Serie A - Inzaghi 11' (pen.)

2002-2003
Milan 0–0 Inter UEFA CL - -
Inter 1–1Milan UEFA CL Martins 84' Shevchenko 45'

2003-2004
Inter 1–3  Milan Serie A Martins 79' Inzaghi 39', Kaká 46', Shevchenko 77'
Milan 3–2 Inter Serie A Tomasson 56', Kaká 57', Seedorf 58' Stanković 15', Zanetti 40'

2004-2005
Milan 0–0 Inter Serie A - -
Inter 0–1Milan Serie A Kakà 77', -

2004-2005 UCL
Milan 2–0 Inter UEFA CL Stam 46', Shevchenko 76' -
Inter 0–1 Milan UEFA CL ,Shevchenko 30'

2005-2006
Inter 3–2 Milan Serie A Adriano 24', 93', Martins 61' Shevchenko 39', Stam 85'
Milan 1–0 Inter Serie A Kaladze 71', -

2006-2007
Milan 3–4 Inter Serie A Seedorf 53', Gilardino 79', Kakà 94' Crespo 17', Stanković 22', Ibrahimovic 50', Materazzi 72'
Inter 2–1Milan Serie A Cruz 56', Ibrahimovic 76' Ronaldo 40'

2007-2008
Inter 2–1 Milan Serie A Cruz 36', Cambiasso 64' Pirlo 18'
Milan 2–1 Inter Serie A Inzaghi 53', Kakà 58' Cruz 78'

2008-2009
Milan 1–0 Inter Serie A Ronaldinho 36' -
Inter 2 -1Milan Serie A Adriano 29', Stanković 43' Pato 72'


2009-2010
Milan 0–4 Inter Serie A - Motta 29', Milito 36' (pen), Maicon 46', Stanković 70'
Inter 2–0 Milan Serie A Milito 10', Pandev 67' -

14-11-2010
Inter 0–1 Milan Serie A - Ibrahimovic 4' (pen.)
03-04-2011 Milan - Inter................ Serie A

Biggest wins (friendly matches not included)
* Four or more goals difference, OR the winning team scored five or above
Milan
  • Milan 6-3 Inter on 30 April 1911 in Campionato
  • Inter 0–4 Milan on 1 April 1917 in Coppa Regionale Lombarda
  • Milan 8-1 Inter on 3 March 1918 in Coppa Mauro (the most emphatic scoreline in derby history)
  • Inter 0–4 Milan on 13 October 1918 in Coppa Giurati
  • Inter 2–5 Milan on 16 February 1919 in Coppa Mauro
  • Milan 5-3 Inter on 27 March 1960 in Campionato
  • Milan 4-0 Inter on 27 June 1963 in Torneo Città di Milano
  • Milan 6-4 Inter on 26 June 1969 in Torneo Città di New York
  • Milan 5-0 Inter on 8 January 1998 in Coppa Italia
  • Inter 0–6 Milan on 11 May 2001 in Campionato
 Inter
  • Milan 0–5 Inter on 6 February 1910 in Campionato
  • Inter 5-1 Milan on 17 February 1910 in Campionato
  • Inter 5-2 Milan on 22 February 1914 in Campionato
  • Inter 5-4 Milan on 6 November 1932 in Campionato
  • Inter 6-5 Milan on 6 November 1949 in Campionato
  • Inter 5-2 Milan on 28 March 1965 in Campionato
  • Inter 4-0 Milan on 2 April 1967 in Campionato
  • Milan 1–5 Inter on 24 March 1974 in Campionato
  • Milan 0–4 Inter on 29 August 2009 in Campionato
Head to head
The following table lists the history of meetings between A.C. Milan and F.C. Inter, updated to the most recent derby of 14 November 2010.
Matches ...inter wins... Draw...... Milan wins .......Inter goals.... Milan goals
seri A
175........ 64................... 52............. 59............... 255........... 236
coppa italia
23.......... 7................ 7................ 9........................ 22........... 32
UEFA Champions League
4............ 0................ 2................ 2................ 1............... 6
Totals
202........ 71.................. 61............... 70.................278............... 274
Other Meetings
72.......... 24.............. 11............... 37............. 128............ 159
Totals
274........ 95............... 72............. 108.................. 407............ 433



Sejarah The Dream Team AC Milan 

Silvio Berlusconi ‘tak perlu berpikir panjang untuk membeli AC Milan pada 1986. Dia ambisius, dia memiliki banyak uang, dan dia gila sepak bola. Dia kemudian meretas jalan untuk mengantar Milan menuju tangga kesuksesan di seri A Liga Italia dan di Piala Champions Eropa. Jalan yang akhirnya melahirkan julukan The Dream Team bagi Milan.

Langkah awal, Berlusconi mencoba membangun skuad solid di tubuh Milan. Pelatih Arigo Sachi direkrut untuk meracik strategi tim; duo Belanda didatangkan: Marco Van Basten dari Ajax Amsterdam dan Ruud Gullit dari PSV Eindhoven. Duo Belanda tersebut kemudian dipadukan oleh Sachi dengan pemain-pemain lokal Italia: Giovani Galli, Franco Baresi, Mauro Tasotti, Alesandro Costacurta, Paolo Maldini, Angelo Colombo, Carlo Anceloti, Alberigo Evani, dan Roberto Donadoni.

Hasilnya, tanpa menunggu lama, Milan meraih gelar Seri A setahun berikutnya, yaitu pada musim 1987-1988. Milan meraih posisi puncak dengan meraih poin tertinggi 45, selisih tiga poin di atas peringkat dua, Napoli.
Musim berikutnya, 1988-1989, Milan tidak mampu mempertahankan gelar seri A-nya meskipun mendapat tambahan satu lagi pemain baru asal Belanda, Frank Rijkard, yang direkrut dari Real Zaragosa. Milan hanya mampu menduduki peringkat tiga dengan poin 46, selisih 12 poin di bawah sang juara, Inter Milan, yang diperkuat trio Jerman: Lothar Matheus, Juergen Klinsman, dan Andreas Brehme. Namun, di Piala Champions, Milan berhasil tampil maksimal sebagai juara dengan menghancurkan Steaua Bucharest yang diperkuat George Hagi, 4-0 tanpa balas. Gol dicetak oleh Gullit dan Van Basten, masing-masing dua gol.
Gelar Piala Champions kembali dipertahankan Milan di musim berikutnya, 1989-1990, setelah mengalahkan Benfica di partai final melalui gol tunggal Rijkard. Gelar Piala Super Eropa dan Piala Toyota juga berhasil diraih dengan mengalahkan Barcelona 2-1 agregat dan Atletico Nacional 1-0. Namun, di Seri A, Milan kembali gagal menjadi juara setelah hanya menduduki peringkat dua dengan poin 49, selisih dua poin di bawah sang juara, Napoli, yang diperkuat Diego Armando Maradona dan Ciro Ferrara.

Musim 1990-1991, Milan kembali gagal menjuarai seri A setelah lagi-lagi berada di peringkat dua dengan poin 46, selisih lima poin di bawah Sampdoria. Begitu juga dengan Piala Champions, Milan gagal mempertahankannya setelah kalah dari Marseile di perempat final dengan skor 1-4 agregat. Namun, Milan berhasil mempertahankan Piala Super Eropa dan Piala Toyota setelah mengalahkan Sampdoria 3-1 agregat dan Olimpia 3-0. Di musim ini juga, Milan menjual dua pemain emasnya, yaitu Angelo Colombo ke Bari dan kiper Giovani Galli ke Napoli. Untuk mengganti kiper, Milan merekrut Sebastiano Rossi dari Cessena. Musim ini menjadi akhir kejayaan bagi The Dream Team I.

The Dream Team I
Skuad Inti The Dream Team I, pelatih: Arigo Sachi; kiper: Giovani Galli; bek: Franco Baresi, Alesandro Costacurta, Mauro Tasotti, Paolo Maldini; gelandang: Frank Rijkard, Angelo Colombo/Alberigo Evani, Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti; striker: Marco Van Basten, Ruud Gullit.

Prestasi: juara Seri A 1987-1988, Piala Super Italia 1988, Piala Champions 1989 dan 1990, Piala Super Eropa 1990 dan 1991, Piala Toyota 1990 dan 1991.

Musim 1991-1992, Milan mengalami masa transisi. Pelatih Sachi keluar karena berseteru dengan Van Basten; posisinya kemudian digantikan oleh Fabio Capello. Di musim ini juga turut bergabung gelandang muda berbakat, Demitrio Albertini, yang direkrut dari Padova. Hasilnya luar biasa, Milan kembali menjuarai seri A dengan poin 56, selisih delapan poin di atas peringkat dua, Juventus, yang diperkuat oleh Roberto Baggio.

Kesuksesan berlanjut ke musim 1992-1993. Milan kembali memuncaki seri A dengan meraih poin 50, selisih empat poin di atas peringkat dua, Inter Milan. Namun sayang, kesuksesan tersebut tidak berlanjut ke Piala Champions setelah Milan dikalahkan Marseille 0-1 di partai final, partai yang juga membuat Van Basten mendapatkan cedera parah di bagian engkelnya yang kemudian membuatnya pensiun selamanya dari sepak bola. Di musim ini, Milan juga banyak merekrut pemain baru: Jean Piere Papin dari Marseile, Zvonimir Boban dari Bari, Dejan Savisevic dari Red Star Belgrade, Stefano Eranio dari Genoa, dan Gianluigi Lentini dari Torino.
Musim selanjutnya, 1993-1994, Milan kembali berbenah menyusul hengkangnya duo Belanda: Gullit ke Sampdoria dan Rijkard ke Ajax Amsterdam, plus cedera parah yang diderita Van Basten dan pensiunnya Carlo Ancelotti, serta semakin tuanya umur beberapa pemain: Mauro Tasotti dan Roberto Donadoni. Pemain-pemain baru pun direkrut: Marcel Desaily dari Marseille, Brian Laudrup dari Fiorentina, Cristian Panucci dari Genoa, dan Florin Radocioui dari Brescia.
Hasilnya mantap, Milan meraih sukses ganda: menjuarai Seri A dan Piala Champions. Di Seri A, Milan memuncaki klasemen dengan poin 50, selisih tiga poin di atas peringkat dua, Juventus. Di Piala Champions, Milan menghancurkan Barcelona yang diperkuat Romario dan Ronald Koeman, serta dilatih Johan Cruyf, 4-0 tanpa balas. Dua gol dicetak Massaro, dua gol lainnya dicetak oleh Savicevic dan Desaily. Di musim ini, Milan juga tampil di Piala Toyota menggantikan Marseille yang dihukum karena kasus suap, namun Milan kalah dari Sao Paolo 2-3.

Musim 1994-1995, Milan gagal mempertahankan kesuksesannya. Gelar seri A direbut Juventus yang diperkuat Fabrizio Ravanelli, Antonio Vialli, Didier Deschamps, dan pemain muda Alesandro Del piero. Di Piala Champions, Milan dikalahkan Ajax Amsterdam di partai final 0-1 melalui gol tunggal Patrick Kluivert. Di Piala Toyota, Milan juga kalah 0-2 dari Vales Sarsfield yang diperkuat kiper tangguh Jose Luis Chilavert. Gelar Piala Super Eropa menjadi gelar satu-satunya setelah Milan mengalahkan Arsenal 4-1 agregat. Musim ini menjadi akhir kejayaan dariThe Dream Team II.

The Dream Team II
Skuad inti The Dream Team IIpelatih: Fabio Capello; kiper: Sebastiano Rossi; bek: Franco Baresi, Alesandro Costacurta, Mauro Tasotti/Cristian Panucci, Paolo Maldini; gelandang:Marcel Desaily, Demitrio Albertini, Zvonimir Boban, Roberto Donadoni/Stefano Eranio;penyerang: Danielle Massaro/Marco Simone, Dejan Savicevic.
Prestasi: Juara Seri A 1991-1992, 1992-1993, dan 1993-1994; juara Piala Italia 1992, 1993, dan 1994; juara Piala Champions 1994; Runner Up Piala Champions 1993 dan 1995; juara Piala Super Eropa 1995; Runner Up Piala Toyota 1994 dan 1995.

Selama 1995 hingga 2001, Milan membeli beberapa pemain bintang untuk memperkuat skuad. Ada yang berhasil; Ada yang gagal. Mereka yang berhasil di antaranya Roberto Baggio dan George Weah yang berhasil membawa Milan juara Seri A musim 1995-1996; Oliver Bierhoff yang berhasil membawa Milan juara Seri A musim 1998-1999, dan Andriy Shevchenko yang berhasil menciptakan 26 gol dan menjadi top skor Seri A, namun keberadaan mereka belum berhasil menciptakan The Dream Team baru.
Musim 2001-2002, Milan kembali berbenah. Pemain-pemain baru berkualitas didatangkan: Gennaro Gattuso dari Salernitana dan Rui Costa dari Fiorentina. Namun, musim ini, Milan tetap tidak mampu menggeser dominasi Juventus.
Musim berikutnya, 2002-2003, pemain-pemain baru kembali didatangkan: Clarence Seedorf dan Andrea Pirlo dari Inter Milan, Filippo Inzhagi dari Juventus, Serginho dari Cruzeiro Brazil, Fernando Redondo dari Real Madrid, dan Rivaldo dari Barcelona. Pelatih baru juga direkrut untuk mengolah strategi tim, yaitu Carlo Ancelotti, mantan pemain Milan era The Dream Team I.
Hasilnya, Milan berhasil merebut juara Coppa Italia dengan mengalahkan AS Roma 6-3 agregat dan merebut Piala Champions dengan mengalahkan Juventus lewat drama adu pinalti 3-2 (0-0).

Musim 2003-2004, Milan mendatangkan pemain muda asal Sao Paolo Brazil, Ricardo Kaka. Hasilnya, Milan menjuarai Seri A dan menggeser dominasi Juventus. Milan memuncaki klasemen dengan poin 72, selisih 6 poin di bawah peringkat dua, AS Roma. Milan juga meraih gelar Piala Super Eropa dengan mengalahkan FC Porto 1-0. Namun sayang, Milan gagal meraih Piala Toyota setelah dikalahkan Boca Juniors lewat adu pinalti. Begitu pula di Piala Champions, geliat Milan hanya sampai perempat final setelah dikalahkan Deportivo La Coruna, 4-5 agregat.
Musim 2004-2005, Milan mendatangkan Hernan Crespo dari Chelsea. Namun, Milan tetap gagal berprestasi di seri A. Di Piala Champions, Milan sebenarnya berpeluang besar menjadi juara, namun akhirnya gagal secara dramatis setelah dikalahkan Liverpoll lewat adu pinalti 3-1, padahal di babak normal, Milan sudah unggul terlebih dahulu 3-0, namun dapat disamakan 3-3.
Musim 2005-2006, formasi Milan tidak banyak berubah, hanya tambahan pemain muda Alberto Gilardino di sektor depan. Hasilnya juga tidak jauh beda, Milan gagal menjuarai Seri A dan di Piala Champions, prestasi Milan terhenti di semi final setelah dikalahkan Barcelona 1-0 agregat. Namun, di musim ini, pemain-pemain Milan memberikan kontribusi bagi Italia untuk meraih gelar Piala Dunia 2006 dengan mengalahkan Prancis lewat adu pinalti 5-4. Di musim ini juga, Milan menjual bintangnya Andriy Shevchenko ke Chelsea.
Musim 2006-2007, Milan memulai Seri A dengan poin minus delapan setelah terlibat kasus Calciopoli. Hasilnya, di akhir musim, Milan ‘tak mampu menjuarai seri A. Di Liga Champions, Milan memulai dari babak kualifikasi II, tapi Milan mampu menjuarai ajang ini setelah menghempaskan para wakil Inggris, Manchester United di Semi Final dengan 5-3 agregat dan Liverpoll di partai final dengan 2-1, sekaligus sebagai partai balas dendam atas kekalahan menyakitkan di final Piala Champions 2005.

Kaka mengangkat piala Champions
Musim berikutnya, Milan memulai musim dengan menjuarai Piala Super Eropa dengan mengalahkan Sevilla 3-1. Kesuksesan berlanjut setelah Milan menjuarai Piala Toyota dengan mengalahkan Boca Juniors 4-2. Namun, gelar Piala Champions tidak mampu dipertahankan setelah Milan tertahan di Perdelapan Final oleh Arsenal dengan 0-2 agregat. Di Seri A, Milan juga tidak mampu menggeser dominasi Inter Milan. Musim ini menjadi akhir kejayaanThe Dream Team III.

Skuad The Dream Team III,kiper: Nelson Dida; bek: Paolo Maldini, Alesandro Nesta, Kakaber Kaladze/Marek Jankulovski, Serginho/Massimo Oddo; gelandang: Andrea Pirlo/Fernando Redondo, Gennaro Gattuso/Massimo Ambrossini, Rui Costa/Rivaldo/Ricardo Kaka, Clarence Seedorf/Serginho; striker: Filipho Inzaghi/Alberto Gilardino, Andriy Shevchenko.

Prestasi: juara Seri A 2003-2004, juara Coppa Italia 2004, juara Liga Champions 2003 dan 2007 dan runner up 2005, juara Piala Super Eropa 2003 dan 2007, juara Piala Toyota 2008 dan runner up 2004.

Kini, Milan kembali ingin membangun The Dream Team baru. Bermaterikan pemain-pemain muda dipadukan dengan pemain-pemain berkualitas dan berpengalaman. Berikut skuadnya:

Pemain-pemain Milan 2011
Pelatih: Massimiliano Algeri; kiper: Cristian Abiatti, Marco Amelia; bek: Alesandro Nesta, Roberto Legrotaglue, Tiago Silva, Mark Yepes, Marco Antonini, Gianluca Zambrotta, Ignazio Abate, Massimo Oddo; gelandang: Andrea Pirlo, Mark Van Bommel, Massimo Ambrossini, Kevin Prince Boateng, Gennaro Gattuso, Matheo Flamini, Clarence Seedorf, Alexander Merkel;striker: Alexander Pato, Robinho, Zlatan Ibrahimovic, Antonio Cassano, Filippo Inzhagi.

Daftar Kapten AC Milan Sepanjang Masa
  • Herbert Kilpin (1899-1907)
  • Gerolamo Radice (1908-1909)
  • Guido Moda (1909-1910)
  • Max Tobias (1910-1911)
  • Giuseppe Rizzi (1911-1913)
  • Louis Van Hege (1913-1915)
  • Marco Sala (1915-1916)
  • Aldo Cevenini (1916-1919)
  • Alessandro Scarioni (1919-1921)
  • Cesare Lovati (1921-1922)
  • Francesco Soldera (1922-1924)
  • Pietro Bronzini (1924-1926)
  • Gianangelo Barzan (1926-1927)
  • Abdon Sgarbi (1927-1929)
  • Alessandro Schienoni (1929-1930)
  • Mario Magnozzi (1930-1933)
  • Carlo Rigotti (1933-1934)
  • Giuseppe Bonizzoni (1934-1936)
  • Luigi Perversi (1936-1939)
  • Giuseppe Bonizzoni (1939-1940)
  • Bruno Arcari (1940-1941)
  • Giuseppe Meazza (1941-1942)
  • Giuseppe Antonini (1942-1944)
  • Paolo Todeschini (1944-1945)
  • Giuseppe Antonini (1945-1949)
  • Andrea Bonomi (1949-1952)
  • Carlo Annovazzi (1952-1953)
  • Omero Tognon (1953-1954)
  • Gunnar Nordahl (1954-1956)
  • Nils Liedholm (1956-1961)
  • Francesco Zagatti (1961)
  • Cesare Maldini (1961-1966)
  • Gianni Rivera (1966-1975)
  • Romeo Benetti (1975-1976)
  • Gianni Rivera (1976-1979)
  • Albertino Bigon (1979-1980)
  • Aldo Maldera (1980-1981)
  • Fulvio Collovati (1981-1982)
  • Franco Baresi (1982-1997)
  • Paolo Maldini (1997-2009)
  • Massimo Ambrosini (2009- , tidak tetap)
PRESTASI & TROPHY
Bila dihitung berdasarkan total banyaknya gelar, maka Milan adalah salah satu klub tersukses di Italia, dengan total raihan gelar juara lebih dari 29 tropi dan menjadi terbanyak kedua setelah Juventus (40 tropi domestik)[35]. Milan juga menjadi salah satu klub tersukses di dunia bersama Boca Juniors[36], dengan rekor 14 trofi Eropa dan 4 trofi dunia. Milan juga mengenakan bintang tanda bahwa mereka memenangi lebih dari 10 gelar Seri A. Ditambah lagi, Milan juga memakai Lambang Penghargaan UEFA di seragam mereka karena memenangi lebih dari lima gelar Liga Champions.
  
Kejuaraan Nasional
  • Seri A:
  • Juara (17): 1901; 1906; 1907; 1950-51; 1954-55; 1956-57; 1958-59; 1961-62; 1967-68; 1978-79; 1987-88; 1991-92; 1992-93; 1993-94; 1995-96; 1998-99; 2003-2004
  • Runner-up (14): 1902; 1947-48; 1949-50; 1951-52, 1955-56, 1960-61; 1964-65; 1968-69; 1970-71; 1971-72; 1972-1973; 1989-90; 1990-91; 2004-05
  • Seri B:
  • Juara (2): 1980–81; 1982–83
  • Copa Italia:
  • Juara (5): 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1976–77; 2002-03
  • Runner-up (7): 1941–42; 1967–68; 1970–71; 1974–75; 1984–85; 1989-90; 1997-98
  • Piala Super Italia:
  • Juara (5): 1988; 1992; 1993; 1994; 2004
  • Runner-up (3): 1996; 1999; 2003
Kejuaraan Eropa
  • Piala/Liga Champions:
  • Juara (7): 1962-63; 1968-69; 1988-89; 1989-90; 1993-94; 2002-03; 2006-07
  • Runner-up (4): 1957-58; 1992-93; 1994-95; 2004-05
  • Piala Super Eropa:
  • Juara (5): 1989; 1990; 1994; 2003; 2007
  • Runner-up (2): 1973; 1993
  • Piala Winners:
  • Juara (2): 1967–68; 1972–73
  • Runner-up (1): 1973–74
Kejuaraan Dunia
  • Piala Interkontinental / Piala Dunia Antarklub FIFA:
  • Juara (4):1969; 1989; 1990; 2007
  • Runner-up (4): 1963; 1993; 1994; 2003
Kejuaraan lainnya
  • Piala Latin (Piala yang paling penting bagi klub-klub Eropa pada tahun 40-an dan 50-an. Diselenggarakan sejak 1949 hingga 1957 antara juara-juara Perancis, Italia, Portugal dan Spanyol. Kejuaraan ini menghilang setelah dimulainya Piala Champions.):
  • Juara (3): 1951; 1956
  • Runner-up (1): 1953
  • Piala Mitropa:
  • Juara (1): 1981-82
  • Piala Kejuaraan Dubai
  • Juara (1): 2009
  • Trofeo Santiago Bernabéu
  • Juara (2): 1988, 1990
  • Runner-up (1): 1999
  • Trofeo Luigi Berlusconi
  • Juara (11): 1992, 1993, 1994, 1996, 1997, 2002, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009

Peraih Ballon d'Or
  • Gianni Rivera - 1969
  • Ruud Gullit - 1987
  • Marco Van Basten - 1988, 1989, 1992
  • George Weah - 1995
  • Andriy Shevchenko - 2004
  • Kaká - 2007
  • Pemain yang memenangi Piala Konfederasi saat bermain di Milan
    • Leonardo (Arab Saudi 1997)
    • Dida (Jerman 2005)
    • Kaká (Jerman 2005, Afrika Selatan 2009)
    • Alexandre Pato (Afrika Selatan 2009)
  • Pemain yang memenangi Kejuaraan di benua asalnya saat bermain di Milan
     EROPA
    • Angelo Anquilletti (Italia 1968)
    • Giovanni Lodetti (Italia 1968)
    • Pierino Prati (Italia 1968)
    • Gianni Rivera (Italia 1968)
    • Roberto Rosato (Italia 1968)
    • Ruud Gullit (Jerman Barat 1988)
    • Marco van Basten (Jerman Barat 1988
    AMERIKA LATIN
    Serginho (Paraguay 1999)
  • Pemain yang memenangi Piala Dunia saat bermain di Milan
    • Pietro Arcari (Italia 1934)
    • Franco Baresi (Spanyol 1982)
    • Fulvio Collovati (Spanyol 1982)
    • Marcel Desailly (Perancis 1998)
    • Roque Júnior (Korsel-Jepang 2002)
    • Gennaro Gattuso (Jerman 2006)
    • Alberto Gilardino (Jerman 2006)
    • Filippo Inzaghi (Jerman 2006)
    • Alessandro Nesta (Jerman 2006)
    • Andrea Pirlo (Jerman 2006)
    • Cafu (Korsel-Jepang 2002)
PELATIH TERNAMA
  • Herbert Kilpin
    • Salah satu pendiri AC Milan sekaligus pelatih pertama Milan.
  • Carlo Ancelotti
    • Sumbangsihnya terhadap Milan adalah menyumbang 2 trofi Seri A dan 2 trofi Liga Champions sebagai pemain, serta 2 trofi Liga Champions dan 1 trofi Seri A sebagai pelatih.
  • Cesare Maldini
    • Sebagai pemain dia menyumbang 4 trofi Seri A dan 1 trofi Liga Champions.
  • Arrigo Sacchi
    • Pelatih yang membawa Milan mendapat predikat "The Dream Team", memenangkan 1 trofi Seri A, dan 2 trofi Liga Champions berturut-turut.
  • Fabio Capello
    • Suksesor dari Sacchi, di tangannya, Milan menjadi semakin gemilang. Menyumbangkan 4 trofi Seri A dan 1 trofi Liga Champions.
  • Nereo Rocco
    • Pelatih jenius Milan yang menemukan taktik catenaccio. Menyumbangkan 2 trofi Seri A, 1 trofi Liga Champions, dan 1 trofi Piala Winners.
  • Vittorio Pozzo
    • Pelatih legendaris Italia, meski di masanya Milan tidak terlalu bersinar, Ia membuktikan diri bahwa dirinya adalah pelatih jenius dengan menemukan formasi Metodo (2-3-2-3), formasi yang menyeimbangkan antara serangan dan pertahanan.
  • Nils Liedholm
    • Melatih Milan selama 3 generasi (1963-1966, 1977-1979, dan 1984-1987), Liedholm menyumbangkan 4 trofi Seri A.
  • Leonardo de Araújo
    • Pelatih Milan pertama yang berasal dari Brazil.
NOMOR YANG DIPENSIUNKAN
3 Paolo Maldini       Bek tengah 1985–2009 Diaktifkan kembali untuk salah satu dari anak Paolo,   Christian Maldini dan Daniel Maldini, bila sudah masuk tim inti Milan.
6 Franco Baresi       Sweeper 1977–1997

Pemain legenda
  • Demetrio Albertini
  • Massimo Ambrosini
  • Carlo Ancelotti
  • Roberto Baggio
  • Franco Baresi
  • Alessandro Costacurta
  • Renzo De Vecchi
  • Paolo Di Canio
  • Roberto Donadoni
  • Gennaro Gattuso
  • Filippo Inzaghi
  • Gianluigi Lentini
  • Giuseppe Pancaro
  • Cesare Maldini
  • Paolo Maldini
  • Mauro Tassotti
  • Alessandro Nesta
  • Andrea Pirlo
  • Gianni Rivera
  • Sandro Salvadore
  • Angelo Sormani
  • Giovanni Trapattoni
  • Massimo Oddo
  • Gianluca Zambrotta
  • Alberto Gilardino
  • José Altafini
  • Kaká
  • Kurt Hamrin
  • Ronaldinho
  • Ronaldo
  • Rivaldo
  • Serginho
  • Cafu
  • Leonardo
  • Alexandre Pato
  • Edgar Davids
  • Klaas-Jan Huntelaar
  • Clarence Seedorf
  • Marco van Basten
  • Frank Rijkaard
  • Ruud Gullit
  • Gunnar Gren
  • Nils Liedholm
  • Gunnar Nordahl
  • Zlatan Ibrahimovic
  • Marcel Desailly
  • Jean-Pierre Papin
  • Mathieu Flamini
  • Yoann Gourcuff
  • Herbert Kilpin
  • David Beckham
  • Ray Wilkins
  • Oliver Bierhoff
  • Karl Heinz Schnellinger
  • Roberto Ayala
  • Hernán Crespo
  • Jon Dahl Tomasson
  • Martin Laursen
  • Zvonimir Boban
  • Umit Davala
  • José Mari
  • Rui Costa
  • Dejan Savićević
  • Juan Alberto Schiaffino
  • Andriy Shevchenko
  • George Weah
Cat : *yang di bold yang masih aktif bermain*

SKUAD MUSIM 2010-2011
1 GK Marco Amelia
4 MF Mark van Bommel
7 FW Alexandre Pato
8 MF Gennaro Ivan Gattuso (Wakil Kapten)
9 FW Filippo Inzaghi
10 MF Clarence Seedorf
11 FW Zlatan Ibrahimovic
13 DF Alessandro Nesta
14 MF Rodney Strasser
15 DF Sokratis Papastathopoulos
16 MF Mathieu Flamini
17 DF Massimo Oddo
18 DF Marek Jankulovski
19 DF Gianluca Zambrotta
20 MF Ignazio Abate
21 MF Andrea Pirlo

23 MF Massimo Ambrosini ( Kapten)
25 DF Daniele Bonera
27 MF Kevin-Prince Boateng
28 MF Urby Emanuelson
30 GK Flavio Roma
32 GK Christian Abbiati
33 DF Thiago Emiliano da Silva
35 DF Dídac Vilà
52 MF Alexander Merkel
66 DF Nicola Legrottaglie
70 FW Róbson Robinho de Souza
76 DF Mario Yepes
77 DF Luca Antonini
90 FW Nnamdi Oduamadi
99 FW Antonio Cassano

Juara Liga Champions dari Tahun ke Tahun

Paris (ANTARA/AFP) - Berikut ini juara Piala Eropa / Liga Champions UEFA dari tahun ke tahun, menjelang putaran 16 besar turnamen 2010-2011 yang berlangsung Selasa.

2011 : Barcelona (Spanyol) 2010: Inter Milan (Italia) 2009: Barcelona (Spanyol) 2008: Manchester United (Inggris) 2007: AC Milan (Italia) 2006: Barcelona (Spanyol) 2005: Liverpool (Inggris) 2004: Porto (Portugal) 2003: AC Milan (Italia) 2002: Real Madrid (Spanyol) 2001: Bayern Munich (Jerman) 2000: Real Madrid (Spanyol) 1999: Manchester United (Inggris) 1998: Real Madrid (Spanyol) 1997: Borussia Dortmund (Jerman) 1996: Juventus (Italia) 1995: Ajax (Belanda) 1994: AC Milan (Italia) 1993: Marseille (Prancis) 1992: Barcelona (Spanyol) 1991: Red Star Belgrade (Yugoslavia) 1990: AC Milan (Italia) 1989: AC Milan (Italia) 1988: PSV Eindhoven (Belanda) 1987: Porto (Portugal) 1986: Steaua Bucharest (Romania) 1985: Juventus (Italia) 1984: Liverpool (Inggris) 1983: Hamburg (Jerman) 1982: Aston Villa (Inggris) 1981: Liverpool (Inggris) 1980: Nottingham Forest (Inggris) 1979: Nottingham Forest (Inggris) 1978: Liverpool (Inggris) 1977: Liverpool (Inggris) 1976: Bayern Munich (Jerman) 1975: Bayern Munich (Jerman) 1974: Bayern Munich (Jerman) 1973: Ajax (Belanda) 1972: Ajax (Belanda) 1971: Ajax (Belanda) 1970: Feyenoord (Belanda) 1969: AC Milan (Italia) 1968: Manchester United (Inggris) 1967: Celtic (Skotlandia) 1966: Real Madrid (Spanyol) 1965: Inter Milan (Italia) 1964: Inter Milan (Italia) 1963: AC Milan (Italia) 1962: Benfica (Portugal) 1961: Benfica (Portugal) 1960: Real Madrid (Spanyol) 1959: Real Madrid (Spanyol) 1958: Real Madrid (Spanyol) 1957: Real Madrid (Spanyol) 1956: Real Madrid (Spanyol) Gelar per klub : Real Madrid (Spanyol): 9 AC Milan (Italia): 7 Liverpool (Inggris): 5 Bayern Munich (Jerman), Ajax (Belanda): 4 Barcelona (Spanyol), Inter Milan (Italia), Manchester United (Inggris): 3 Benfica (Portugal), Juventus (Italia), Nottingham Forest (Inggris), Porto (Portugal): 2 Catatan : Kompetisi ini dikenal dengan nama Piala Eropa hingga 1993, kemudian diubah menjadi Liga Champions.